Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG Kecenderungan penderita gangguan jiwa pada era globalisasi sekarang ini jumlahnya mengalami peningkatan, selain itu kecenderungan kasus kasus psikotik juga tetap tinggi. Beban hidup yang semakin berat diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa (Yosep, 2006). Gangguan jiwa saat ini diidentifikasi dan ditangani sebagai masalah medis. American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai

peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas atau sangat kehilangan kebebasan (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern, perkembang dan industry. Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001). Saat ini penanganan penderita gangguan jiwa belumlah

memuaskan, hal ini terutama terjadi di negara yang sedang berkembang, disebabkan ketidaktahuan (ignorancy) keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa diantaranya adalah masih terdapatnya pandangan yang negative (stigma) dan bahwa gangguan jiwa bukanlah suatu penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Kedua hal tersebut di

atas menyebabkan penderita gangguan jiwa mengalami perlakuan yang diskriminatif dan tidak mendapatkan pertolongan yang memadai. (Dadang Hawari, 2001). Beberapa penyebab kekambuhan pasien gangguan jiwa salah satunya adalah keluarga, khususnya fungsi keluarga yang berkaitan dengan kesehatan yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yang komplek. Sistem keluarga dapat berfungsi dengan baik dan memelihara taraf kesehatan anggota anggotanya, serta mendukung perkembangan setiap anggota dan menerima serta melakukan perubahan perubahan. Namun,sistem keluarga juga dapat menimbulkan

disfungsional, meskipun hanya pada satu atau beberapa anggota keluarga saja, akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Wiramihardja, 2007). Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga tersebut meliputi mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi masalah kesehatan, merawat anggota yang mengalami masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan secara tepat (Rasmun, 2001). Disamping itu tanggung jawab keluarga juga berperan penting dalam proses penyembuhan anggota keluarga gangguan jiwa. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses keparawatan dirumah sakit, persiapan pulang dan perawatan dirumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas peran serta keluarga yang memadahi akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga stastus kesehatan klien meningkat (Keliat, 1996). Di rumah sakit jiwa banyak klien yang jarang dikunjungi keluarga, akibatnya keluarga tidak mengikuti proses keperawatan klien, keluarga hanya mengetahui perilaku klien sewaktu di bawa kerumah sakit. Setelah sembuh pihak rumah sakit memulangkan klien ke lingkungan keluarga dan umumnya beberapa hari/minggu/bulan dirumah, klien kembali dirawat dengan alasan perilaku klien yang tidak dapat diterima oleh keluarga dan lingkungan. (Keliat, 1996)

Pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa dapat di pandang dari berbagai segi : Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluaraga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan pengembangan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. (Clement dan Buchanan, 1982, hlm. 171). Individu menguji coba perilaku didalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengapdosi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan dimasyarakat (Keliat, 1996). Kedua, jika keluarga dipandang pada satu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota sistem dapat mempengruhi seluruh sistem. Sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota (Keliat, 1996). Ketiga, berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu klien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadi masalah dan mempertahankan keadaan adaptif (Keliat, 1996). Keempat, dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuhgangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani prilaku klien dirumah ( Sullinger, 1988 dalam Keliat 1996) Dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian kembali setiap klien. Oleh karena itu peran serta keluarga dalam proses pemulihan dan pencegahan kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat diperlukan (Keliat, 1996). Tingkat pengetahuan keluarga dalam perawatan merupakan sebuah gambaran suatu peran dan fungsi yang dapat dijalankan dalam keluarga, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu perawatan individu dalam perannya didasari oleh harapan dan

pada perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah asah, asih, asuh, dan juga beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga yaitu fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan. Keluarga sebagai unit pelayanan yang merawat adalah keluarga yang ada disekitarnya, kesehatan keluarga diarahkan kepada bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam pengobatan untuk memelihara kesehatan keluarganya. Berdasarkan pemikiran diatas maka kesehatan diarahkan kepada bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam pengobatan untuk memelihara kesehatan keluarga. Pemeliharaan

kesehatan pada anggota kerluarga ini mempunyai dua prinsip yaitu pemeliharaan kesehatan fisik kesejahteraan psikologis dan emosional, secara relatif penelitian akhir telah menekankan pentingnya hubungan psikologis antara orang tua dan anak apalagi seorang gangguan jiwa sangat membutuhkan perhatian atau perawatan yang khusus oleh anggota keluarga terutama dalam pemeliharaan pengobatan kesehatan.

Keberhasilan terapi gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainya tetapi juga pengetahuan keluarga dan peran serta pasien dalam pengobatan. (Dadang Hawari, 2001) Peran dan fungsi keluarga dalam menunjang keberhasilan perawatan klien gangguan jiwa juga diungkapkan oleh Soejono, sebagai berikut, Dengan pengobatan yang teratur serta perhatian keluarga, kemungkinan tingkat penyembuhan penyakit jiwa akan lebih besar. Kerana keluarga merupakan tempat beradaptasi klien yang pertama yang sangat mempengaruhi pola perilaku klien untuk berperan dimasyarakat (Media Indonesia, Edisi 32, 1999). sebagian besar pengobatan dan perawatan klien gangguan jiwa disebabkan karena rendannya kepedulian keluarga, 68% dari 300 klien rawat inap tidak dipedulikan keluarga, (data dari Rumah Sakit Palembang per September 1998). Hal tersebut ditandai oleh antara lain rendahnya pengetahuan keluarga tentang tanda tanda dari kelainan jiwa dan cara penanggulangannya (Bina Diknakes, Edisi No 32, Juli 1999)

Dari uraian tersebut diatas, penulis beramsusi bahwa kesiapan keluarga dalam menerima anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa dapat mununjang kondisi kesehatan jiwa klien saat dirumah. Berdasarkan permasalan tersebut diatas mendorong penulis untuk melakukan studi kasus tentang bagaimana kesiapan keluarga dalam menerima anggota keluarga gangguan jiwa setelah dirawat di Ruang 23 RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 1.2.RUMUSAN MASALAH Dari peryataan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Gambaran Kesiapan Keluarga dalam Menerima Anggota Keluarga Gangguan Jiwa setelah Dirawat di Ruang 23 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

1.3.TUJUAN PENELITIAN Mengidentifikasi Gambaran Kesiapan Keluarga dalam Menerima Anggota Keluarga Gangguan Jiwa setelah Dirawat di Ruang 23 RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 1.4.MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : 1.4.1. Bagi Penulis Memperluas wawasan tentang Gambaran Kesiapan Keluarga dalam Menerima Anggota Keluarga Gangguan Jiwa setelah Dirawat di Ruang 23 RSU Dr. Saiful Anwar Malang 1.4.2. Bagi Institusi Sebagai pemasukan data, sumber informasi bagi institusi dan memberikan sumbangan pikiran perkembangan ilmu pengetahuan untuk peneliti selanjutnya. 1.4.3. Bagi Keluarga

Meningkatkan pengetahuan kekeluaraga mengenai Kesiapan Keluarga dalam Menerima Anggota Keluarga Gangguan Jiwa setelah Dirawat.

Anda mungkin juga menyukai