Anda di halaman 1dari 19

Secara umum kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses

pembelajaran serta perkembangan individu

Kurikulum

adalah Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajar dapat terus memiliki minat untuk belajar sebagai bagian dari

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi: Suatu kurikulum, dipandang sebagai suatu rencana

kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau perangkat tujuan yang ingin dicapai.Kurikulum menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajarmengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negar

b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu

sistem: Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang

studi: Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994

(1) Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945

mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang. (2) Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan. (3) Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. (1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan (2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) (3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. (4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

(5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya

disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. (6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. (7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Permasalahan di atas terasa saat

berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu

(1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai

upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat. (2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. (3) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. (4) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. (5) Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.ss

Pertama, soal tunggalistik. Dalam realitasnya kurikulum yang sedang dilaksanakan ini tidak bersifat pluralistik dikarenakan kurang mengakomodasi

perbedaan potensi dan kultur yang ada di masyarakat. Kurikulum 1994 sarat dengan
"muatan nasional" yang berkonotasikan pada keseragaman beban. Memang benar bahwa setiap sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan Muatan Lokal yang boleh berbeda antara sekolah yang satu dengan yang lain; namun demikian hal ini di dalam realitasnya banyak yang mandek, tidak berjalan. Bahkan di banyak sekolah

Muatan Lokal dianggap sebagai sekedar asesoris yang tidak harus dipasang.
Secara teknis juga sangat sulit melaksanakan Muatan Lokal dika-renakan adanya tuntutan jam wajib yang terlalu padat; yaitu 42 jam masing-masing untuk siswa kelas 1, 2 dan 3 SMU dan SLTP. Juga 42 jam untuk siswa kelas 5 dan 6 SD dan 40 jam untuk kelas 4 SD. Jum-lah ini pun belum termasuk mata pelajaran khas bagi

sekolahsekolah swasta yang berkarakter

Kedua, soal fleksibilitas. Kurikulum 1994 terkesan kaku serta benar-benar tidak fleksibel. Beratnya beban yang ada pada kurikulum tersebut menyebabkan sekolah tidak kreatif untuk mengembangkan ide dan pemikirannya. Baik dari sisi material (subject matter) maupun dari sisi cara pengajaran (methodology) kurikulum kita

benar-benar kurang sensitif terhadap pengembangan kreativitas.


Guru-guru di sekolah kita di dalam mengajar anak didik tidak lagi mengaplikasi pendekatan kreativitas dan kasih sayang akan tetapi lebih cenderung pada

bagaimana
dapat mengejar target kurikulum. Bagai-mana seluruh bahan ajar dapat

disampaikan
kepada siswa agar supaya tidak ada keluhan di Ebtanasnya mengakibatkan sang

guru
terkesan terburu-buru dalam mengajar tanpa mempedulikan kemampuan siswa

yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Apabila ada sebagian siswa yang tertinggal
dalam mengikuti pelajaran tertentu itu menjadi perso-alan yang kesekian setelah persoalan pencapaian target kurikulum itu terselesaikan. Akibatnya banyak, atau bahkan kebanyakan, siswa kita menjadi tertinggal beneran pada akhirnya.

Ketiga, soal wawasan keeksaktaan.

Apabila dicermati ternyata materi eksakta dalam Kurikulum 1994 relatif sangat rendah sehingga tidak mampu menciptakan anak didik yang memiliki wawasan keeksaktaan secara memadai.

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya

memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.

Anda mungkin juga menyukai