Anda di halaman 1dari 20

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DALAM SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Sistem Pelayanan Kesehatan (SPK)

Dosen Pengajar: Riastuti Kusuma Wardani, M.K.M.

Disusun Oleh: DEWI ERMA LATIFAH 109101000090

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI telah mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah kualitas pelayanan kesehatan di Negara Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga. Berbicara mengenai data kesehatan agak membuat kita miris ketika ada temuan bahwa negara kita menduduki peringkat atas dalam hal jumlah kematian bayi diantara anggota SEAMIC (South East Asia Medical Center). Sebagian masyarakat masih mempunyai kesulitan dalam memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang optimal. Desentralisasi permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah merupakan inovasi yang patut disambut dengan baik untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan seperti disparitas pelayanan kesehatan yang masih tinggi, rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2015, dibutuhkan strategi pengorganisasian komunitas yang terpadu. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam mencipta inovasi model pelayanan kesehatan di aras basis. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah. Oleh karena itu, Puskesmas merupakan ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara menyeluruh.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan seperti halnya sistem pada umumnya, juga terdiri dari berbagai elemen atau sub sistem. Salah satu sistem yang dimaksud adalah sistem pelayanan kesehatan. Sistem Pelayanan Kesehatan adalah sistem yang mengkoordinasikan semua kegiatan sedemikian rupa sehingga menjamin setiap masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Sistem Pelayanan Kesehatan secara umum terdiri dari sistem pelayanan medik dan sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, Rumah Sakit dikenal sebagai bentuk sistem pelayanan medik, sedangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mencakup sistem pelayanan kesehatan masyarakat dan juga sistem pelayanan medik. Berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan, dibedakan 5 jenjang: 1. Tingkat Rumah Tangga 2. Tingkat Masyarakat 3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua 5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) a. UKM Strata Pertama UKM strata pertama yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat. Penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas. Minimal ada 6 jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yaitu Promosi Kesehatan; Kesehatan Ibu, Anak dan KB; Perbaikan Gizi; Kesehatan Lingkungan; Pemberantasan penyakit Menular; dan Pengobatan. Dalam UKM strata pertama, peran aktif masyarakat dan swasta diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, sampai dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Polindes, POD, Pos UKK dan Dokter Kecil dalam usaha kesehatan sekolah.

b. UKM Strata Kedua UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawabnya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi manajerial dan teknis kesehatan. Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Fungsi teknis mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas. Dapat dilengkapi unit-unit pelaksana teknis seperti unit pencegahan dan pemberantasan penyakit, promosi kesehatan, pelayanan kefarmasian, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, dan kesehatan ibu, anak dan KB. Unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan. c. UKM Strata Ketiga UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawab Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan. Fungsi manajerial dan teknis kesehatan. Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan kesehatan dan di

pertanggungjawaban

penyelenggaraan

pembangunan

provinsi/nasional. Fungsi teknis mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari kabupaten/kota dan Provinsi. Didukung oleh pusat-pusat unggulan, misalnya Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi Nasional, Pusat Laboratorium Nasional, Institut Ketergantungan Obat Nasional, dll. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) a. UKP Strata Pertama UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan profesional: Puskesmas, praktik dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama dan rumah bersalin.

Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik.

b. UKP Strata Kedua UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta. Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan profesional: Rumah Sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, praktik dokter spesialis, dokter gigi spesialis, klinik spesialis, BP4, BKMM, BKJM. Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik. c. UKP Strata Ketiga UKP strata ketiga adalah UKP tingkat unggulan yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta. Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan profesional: Praktik Dokter Spesialis Konsultan, Praktik Dokter Gigi Spesialis Konsultan, Klinik Spesialis Konsultan, Rumah Sakit Kelas B Pendidikan dan Kelas A milik Pemerintah, Rumah Sakit Khusus dan Rumah sakit swasta. Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik. 2.2 Pengertian Puskesmas Sesuai keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dari definisi di atas, Puskesmas secara umum mengandung pengertian:

1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kab/kota (UPTD), Puskesmas merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan. 2. Pembangunan Kesehatan Sebagai penyelengara upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Puskesmas bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinkes Kabupaten/kota sesuai kemampuannya. 4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan. Namun demikian, satu kecamatan dimungkinkan terdapat lebih dari satu Puskesmas. Tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

2.3 Fungsi dan Peran Puskesmas Fungsi Puskesmas: 1. Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Berwawsan Kesehatan Puskesmas menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan. Untuk itu berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat, antara lain: Upaya KIA: Posyandu, Polindes, Poskesdes, POD; Upaya Pengobaran: Posyandu, POD; Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Kadarzi, Panti Pemulihan Gizi; Upaya Kesehatan Sekolah: Dokter kecil, SBH, Poskestren; Upaya kesehatanLingkungan: Pokmair, Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL);

Upaya Kesehatan Usila: Posyandu Usila, Panti Wreda; Upaya Kesehatan Kerja: Pos UKK; Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisonal: TOGA, Battra; Upaya Pembiayanan dan Jaminan Kesehatan: Dana sehat, Tabulin, mobilisasi dana keagamaan.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. a. Pelayanan Kesehatan Perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan rawat inap. b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promkes, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, KB, serta berbagai program kesmas lainnya. Pelaksanaan fungsi Puskesmas dilaksanakan dengan cara: Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.

Peran Puskesmas: Sebagai institusi pelaksana teknis, Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistik, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD.

Fasilitas Penunjang Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan akses layanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, Bidan desa di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang sudah ada. Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasawisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. 1. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau Pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. 2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling adalah: a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah yang tidak atau sulit dijangkau oleh pelayanan Puskesmas atau puskesmas pembantu dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu, atau disesuaikan dengan kondisi geografis tiap puskesmas.

b. Melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB). c. Dapat dipergunakan sebagai alat transport penderita dalam rangka rujukan bagi kasus darurat. d. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual. 3. Bidan Desa Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 300 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan Posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma, disamping memberikan pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan di rumah penduduk. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga Dasawisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau secara rasional.

Gambar 2.1

2.4 Kedudukan Puskesmas Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah : 1. Sistem Kesehatan Nasional Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan sebagai tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya. 3. Sistem Pemerintah Daerah Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan. 4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dana bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.5 Manajemen Puskesmas Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan

efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajeman. Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.
I.

PERENCANAAN Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan. 1. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap Puskesmas yakni Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan Puskesmas adalah :
a. Menyusun usulan kegiatan b. Mengajukan usulan kegiatan c. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

2. Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan b. Menyusun usulan kegiatan c. Mengajukan usulan kegiatan d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
II. PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN

Pelaksanaan dan Pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut :

A. Pengorganisasian Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh yang petugas dimilikinya. Puskesmas Penentuan dengan para

mempertimbangkan

kemampuan

penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan yaitu penggalangan kerjasama bentuk dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja dan penggalangan kerjasama bentuk banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, serta agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah. Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait dan secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan. B. Penyelenggaraan Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan penanggungjawab rencana dan para kegiatan pelaksana Puskesmas, yang telah dalam arti para pada

ditetapkan

pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat diselenggarakannya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Mengkaji ulang rencana pelaksanan yang telah disusun terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksanaan. 2. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan merata kepda seluruh petugas. 3. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Kendali

mutu

dan

kendali

biaya

merupakan

hal

penting

dalam

penyelenggaraan Puskesmas. Kendali mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah yang menyebabkan masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menerapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. Sedangkan kendali biaya adalah upaya yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk pembiayaannya, serta memantau pelaksanaannya sehingga terjangkau oleh masyarakat. C. Penilaian Kegiatan penilaiaan dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Melakukan penilaiaan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan Sumber data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua, berbagai sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun Kedua, sumber data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulan. 2. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
III. PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelengaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Pengawasan Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan

kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan

mencakup aspek adminstratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangudangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Pertanggungjawaban Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi penggantian Kepala Puskesmas, maka Kepala Puskesmas yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.

2.6 Kebijakan Puskesmas dalam Pelayanan Kesehatan Visi : Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Indikator Kecamatan Sehat: 1. Lingkungan sehat, 2. Perilaku sehat, 3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan Misi : Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

Tujuan

Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Konsep dasar: SE Mendagri No. 100/756/Otoda Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark). Tabel 2.1 RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB & STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEWENANGAN WAJIB 1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar 1. 2. 3. JENIS PELAYANAN Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 4. 5. 6. 7. 8. 9. 2. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 2. 3. 1. Pelayanan Kesehatan Usia Subur Pelayanan Kesehatan Kerja Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan Imunisasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Pelayanan Pengobatan / Perawatan Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi dasar (Kebidanan, Bedah, Penyakit Dalam, Anak) Pelayanan kegawat daruratan Pelayanan laboratorium kesehatan yang mendukung upaya kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. 4. 3. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular 2. 1. Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio

3. 4. 5. 6. 7.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta Pencegahan & Pemberantasan Penyakit ISPA Pencegahan & Pemberantasan Penyakit HIVAIDS

8. 9.

Pencegahan & Pemberantasan Penyakit DBD Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Diare

10. Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Filariasis 4. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 5. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan 1. 2. Pemantauan pertumbuhan balita Pemberian suplemen gizi Pelayanan gizi Penyuluhan gizi seimbang Penyelenggaraan kewaspadaan gizi Penyuluhan perilaku sehat Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan 6. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 2. 3. 7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain 8. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian dan Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan serta Makanan dan Minuman 3. 2. 1. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar Penyediaan dan pemerataan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan Pelayanan Pengamanan Farmasi Alat Kesehatan 1. 1. Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi Pengendalian vektor Pelayanan Hygiene Sanitasi di tempat umum Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Napza) yang Berbasis Masyarakat

Indikator SPM seharusnya menjadi acuan dalam Perencanaan Daerah, Penganggaran Daerah, Pemekaran/Penggabungan Lembaga Perangkat Daerah, Pengawasan, Pelaporan, Dokumen LPJ Kepala Daerah dan Penilaian Kapasitas Daerah.

2.7 Analisis Mutu Pelayanan Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pudarnya ujung tombak pelayanan kesehatan (Puskesmas) menjadi hal yang sangat disayangkan dibandingkan pada tahun 1980-an dimana Pusat Pelayanan Kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang hendak berobat, yang kini fenomena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya Puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima yang dapat menangani berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas Puskesmas tidak begitu tanggap dengan pelayanan medik, tetapi lebih menekankan administrasi. Dari banyak kasus yang terjadi dibanyak daerah, jelas bahwa Puskesmas memiliki pencitraan yang rendah pada saat sekarang. Dilihat dari sarana, Puskesmas memiliki fasilitas yang lengkap dengan dana yang telah diserahkan Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab sesuai dengan subsidi pemerintah dalam bidang kesehatan. Salah satu yang membuat masyarakat menjadi malas berobat ke Puskesmas adalah petugas yang tidak cepat tanggap terhadap masyarakat dengan keluhan kesehatan yang dialami oleh masyarakat yang mau berobat. Biaya karcis yang mahal, petugas yang tidak ramah dan tidak tanggap karena menganggap pasien adalah beban menjadi pemicu masalah ini. Ditambah lagi obat-obatan yang kurang bervariasi sehingga tidak efektif dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Peran serta masyarakat dalam menanggapi berbagai masalah di lingkungan sekitarnya juga menjadi salah satu faktor dalam gagalnya program Dinkes-Puskesmas dalam penanggulangan berbagai masalah kesehatan. Dari kasus Dinkes Melalui Puskesmas,

Gagal Tangani Gizi Buruk dan Banyak Balita Minim Gizi, memberikan gambaran bahwa salah satu program Puskesmas yaitu Posyandu untuk pelayanan bayi dan balita belum tepat sasaran, misalnya kurangnya penyuluhan informasi kepada para ibu yang mempunyai bayi dan balita tentang pentingnya zat gizi untuk anaknya, sehingga menyebabkan datangnya wabah gizi buruk. Masalah lain yang masih dikeluhkan oleh masyarakat yaitu tentang jam kerja Puskesmas sangat singkat, hanya samapai jam 14.00 WIB, sehingga pelayanan yang diberikan tidaklah maksimal. Puskesmas yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat memang belum memberikan kontribusi yang maksimal tentang program pelayanan yang ada. Kendala lain yang menjadi hambatan adalah: a) Kemampuan keuangan daerah yang terbatas, b) Pelaksanaan program Puskesmas sebagai bagian dari integral pembangunan kesehatan secara menyeluruh belum dapat optimal, c) Pengelolaan kegiatan Puskesmas yang selama ini bersifat sentralistik menjadikan Puskesmas belum terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, d) Puskesmas yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, e) Kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di Puskesmas, dan f) Kurang siapnya Puskesmas dalam menghadapi era globalisasi di masa depan.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada layanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang setingitingginya, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan Puskesmas umumnya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan Puskesmas dewasa ini. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari segi variasi, Petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberi layanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke Puskesmas. Disamping itu program Puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan Puskesmas.

3.2

Saran Diharapkan kepada berbagai pihak yang ikut terlibat dan bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan Puskesmas agar tidak hanya melimpahkan semua wewenang dan kesalahan yang ada kepada Puskesmas setempat. Dinas Kesehatan untuk tetap mengawasi jalannya program yang telah dibuat sedemikian rupa, demi kemandirian Puskesmas dalam melaksanakan layanan yang maksimal kepada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Munawar. 2009. Sistem Kesehatan. Marendeng: STIKMAR. Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya: Airlangga University Press. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV. Sagung Seto. Ridlo, Ilham A. Definisi Puskesmas. http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/09/definisipuskesmas.html diakses tanggal 30 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai