Berwa kmasyarakatan
DCASVAIZM
UNANG NUANSAH
Sign Up he
MY FACEBOOK
-Yuwnank Dcasvaizm
yuwnank dcasvaizm [dcasvaizm] on Plurk dcasvaizm bilang karmaku abiz...respon dunk... 1 tahun yang lalu
SMAN 1 CIAWIGEBANG :: WEBSITE :: INFORMASI ONLINE Australia-Indonesia Partnership (AIP) with Kang Guru in Indonesia (KGI)
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motifasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar. Banyak tokoh dalam aliran humanistik, diantaranya ialah 1. Kolb (Rene: 1996) yang terkenal dengan Belajar Empat Tahap, 2. Honey dan Mumford dengan pembagian macam-macam siswa, 3. Hubermas dengan Tiga Macam Tipe Belajar, serta 4. Bloom dan Krathwahl yang terkenal dengan Taksonomi Bloom. 1. Pandangan Kolb : Menurut pandangan ini, belajar dibagi menjadi empat tahap : 1. Tahap Pengalaman Kongkret 2. Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif 3. Tahap Konseptualitas 4. Tahap Eksperimentasi Aktif 2. Pandangan Honey dan Mumford Menggolongkan kelompok belajar menjadi empat macam : 1. Kelompok Aktivis 2. Kelompok Reflektor 3. Kelompok Teoris 4. Kelompok Pragmatis Masing-masing kelompok mempunyai karateristik yang berbeda-beda. 3. Pandangan Hubermas Pandangan ini berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Yaitu : 1. Belajar Teknis 2. Belajar Praktis 3. Belajar Emansipatoris 4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan segala aspek akan membuat belajar lebih bermakna sehingga menambah pengalaman belajar bagi para siswa. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistic dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah tersebut yaitu : 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Menentukan materi pembelajaran 3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik 4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam belajar 5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran 6. Membimbing siswa belajar secara aktif 7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajar 8. Membimbing siswa dalam membuat koseptualitas pengalaman belajarnya 9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata 10. Mengevaluasikan proses dan hasil belajar Pandangan yang kedua adalah Pandangan Progresif dalam pembelajaran, yaitu peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Menurut Dewey, terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan sekolah. Yaitu :
Tingkatan pertama, untuk anak pada pendidikan pra sekolah; Tingkatan kedua, penggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan; Tingkatan ketiga, anak menemukan ide-ide atau gagasan, mengujinya dan menggunakan ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama. Pandangan progresif memilki cara pandang berbeda dengan pendidikan tradisional, dalam hal : 1. Guru memiliki kendali dalam pembelajaran 2. Hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi 3. Belajar yang pasif dan cenderung tidak faktual 4. Memisahkan sekolah dengan masyarakat 5. Menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin Pendidikan progresif mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Berikan kebebasan kepada anak untuk berkembang secara alamiah 2. Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar 3. Guru memiliki peran sebagai nara sumber dan pembimbing kegiatan belajar 4. Mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga, dan 5. Sekolah progresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan. Pandangan ketiga adalah Pandangan Sosiokultural Konstruktifis dalam Pendidikan, yaitu siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Revolusi kontruktif memiliki akar yang kuat dalam sejarah pendidikan yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky yang menekankan perubahan kognitif hanya terjadi konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Terdapat empat prinsip kunci dari teori kontruktif modern, yaitu : 1. Penekanannya dari hakikat sosial dari pembelajaran 2. Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangannya mereka 3. Adanya penekanan pada keduanya, yaitu hakikat social dari belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif. Menurut teori konstrukstif, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek. Guru memiliki peran membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Artinya guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengatahuannya sendiri. Pandangan selanjutnya ialah Pandangan Ki Hadjar Dewantara Terhadap Pendidikan. Menurut beliau, pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri agar tidka tergantung kepada orang lain baik lahir maupun batin. Ada beberapa falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu : 1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya 2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai hidup tertib dan damai 3. aDat istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis) 4. Untuk mengetahui karateristik masyarakat saat ini diperlukan kajian mendalam tentang kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan dating pada masyarakat tersebut 5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain, hal ini terjadi karena pergaulan antar bangsa. Ruang Lingkup Kebudayaan Dalam Pendidikan Menurut Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. J.J. Honningman membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yaitu : Ideas, Activities dan Artifacts. Sedangkan Koentjaraningrat (1996) membedakan kebudayaan dengan empat wujud, yaitu : Artifact, Sistem tingkah laku dan tidakan berpola, Sistem gagasan, dan Sistem ideologis. Unsur-unsur pokok kebudayaan dibagi 4, ini menurut Melville J. Herskovits, yaitu : 1. Alat-alat teknologi 2. Sistem ekonomi 3. Keluarga, dan 4. Kekuasaan politik. Sedangkan menurut Malinowski, unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut : 1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya. 2. Organisasi ekonomi 3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) 4. Organisasi kekuatan C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur kebudayaan ini secara universal terdiri atas : 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia 2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi 3. Sistem kemasyrakatan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan, dan 7. Religi. Pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam perkembangan bahkan matinya kebudayaan. Keluarga digunakan sebagai lembaga dalam mewariskan kebudayaan orang dewasa kepada anak-anaknya. Selain itu pada masyarakat modern, sekolah juga merupakan salah satu lembaga utama untuk mewariskan kebudayaan Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan Masyarakat sebagai satu sistem sosial yang di dalamnya terdapat aspek struktural, kultural, dan proses-proses sosial. Pendidikan nasional sebagai bagian dari pendidikan umat manusia harus berpartisipasi untuk bersama-sama membangun masyarakat madani. Menurut Tilaar (2000), upaya yang dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan, ialah : 1. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan 2. Pendidikan untuk semua 3. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi masyarakat 4. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk pendidikan 5. Kerja sama dengan dunia usaha dan industri Teori-teori pembelajaran yang menggunakan konsep pendidikan berbasis masyarakat, maka pembelajaran berwawasan kemasyarakatan didasarkan pada hal-hal berikut, yaitu : 1. Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik 2. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran 3. Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari dengan peserta didik 4. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik 5. Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik 6. Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik
7. Menumbuhkan kemandirian Prinsip-prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan sebagai berikut : 1. Determinasi diri 2. Membantu dirinya sendiri 3. Mengembangkan kepemimpinan 4. Lokalisasi 5. Pelayanan terpadu 6. Menerima perbedaan 7. Belajar terus menerus di buat oleh dcasvaizm di 06:32 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)
TENTANG AKU
dcasvaizm KUNINGAN, JAWABARAT, Indonesia aku ingin menjadi pemimpin yang bijaksana dan disegani oleh org lain.. bukan ditakuti... sama murid-murid aku di panggil guru killer.. tapi murid-muridku kalo cerita mslah apapun ma aku... aku ingin seperti pa sopyan( guru bhs inggris).. ku wktu SMA.. bijaksana dan disegani.. aku sedang berusaha menguasai psikologi perkembangan anak.. dan profesi keguruan yang sepenuhnya.. mudah-mudahan berguna bagi diriku,murid2ku.. dan insyaallah untuk calon anak-anakku dan calon istriku kelak... amien... Lihat profil lengkapku
Blog Archive
2010 (3) 2009 (13) o Desember (2) o November (11) Teknik Menulis Artikel PEMBELAJARAN BERWAWASAN MASYARAKAT Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation... PERAN GURU PROFESI KEGURUAN
STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPONEN PENGELOLAAN PEMB... STANDAR GURU Guru Sebagai Profesi dan Standar Kompetensinya DEMOKRASI, HUKUM, DAN HAK ASASI MANUSIA Konsep Hak Asasi Manusia <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
MY FAVORIT BLOG
detiknews - detiknews Guru Pukul Murid, Polisi Kembali Panggil Kholil - Kepolisian Polres Metro Jakarta Barat kembali memanggil Kholil, guru yang memukul muridnya Ade Sukma Fachrurromdzi (14). Pada panggilan pertama Kholil mang... 27 menit yang lalu
Liputan6 :: Bola - Aktual Tajam dan Terpercaya RSS 0.92 Tinggal Selangkah Lagi Eto'o Gabung Anzhi - 18/08/2011 18:52 (Inter Milan) Inter Milan dan Anzhi Makhachkala bakal kembali bertemu di meja perundingan guna membicarakan fee transfer Samuel Eto'o. Isu... 1 bulan yang lalu
Google Terjemahan Copyright 2009 | DCASVAIZM designed by the Jinsona Design and XML coded by vio club
Modul2
Hakikat kebudayaan Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme/materialisme. Dari berbagai definisi yang telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact. Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan yang variatif, relatif, universal, dan counterculture. Salah satu kelebihan kita menjadi manusia adalah diberikannya kemampuan untuk merasakan hal-hal disekeliling kita dengan seluruh panca indera yang dimiliki.yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya adalah adanya cipta, rasa, dan
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Definisi Budaya 2 Pengertian kebudayaan 3 Unsur-Unsur 4 Wujud dan komponen o 4.1 Wujud o 4.2 Komponen
5 Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan o 5.1 Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) o 5.2 Sistem mata pencaharian o 5.3 Sistem kekerabatan dan organisasi sosial o 5.4 Bahasa o 5.5 Kesenian o 5.6 Sistem Kepercayaan 5.6.1 Agama Samawi 5.6.2 Agama dan filsafat dari Timur 5.6.3 Agama tradisional 5.6.4 "American Dream" 5.6.5 Pernikahan o 5.7 Sistem ilmu dan pengetahuan 6 Perubahan sosial budaya 7 Penetrasi kebudayaan 8 Cara pandang terhadap kebudayaan o 8.1 Kebudayaan sebagai peradaban o 8.2 Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum" o 8.3 Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi 9 Kebudayaan di antara masyarakat 10 Kebudayaan menurut wilayah 11 Referensi 12 Daftar pustaka 13 Lihat pula 14 Pranala luar
seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
[sunting] Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: o alat-alat teknologi o sistem ekonomi o keluarga o kekuasaan politik 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya o organisasi ekonomi o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) o organisasi kekuatan (politik)
Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
[sunting] Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli atropologi Cateora, yaitu :
Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Lembaga social Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier Sistem kepercayaan Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut. Bahasa Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi
keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasilhasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
alat-alat produktif senjata wadah alat-alat menyalakan api makanan pakaian tempat berlindung dan perumahan alat-alat transportasi
[sunting] Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
[sunting] Kesenian
Karya seni dari peradaban Mesir kuno. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia. Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.[6] Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.[7] Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.[8] [sunting] Agama dan filsafat dari Timur
Agni, dewa api agama Hindu Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama dari timur dan Filosofi Timur Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi. Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahyna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand. Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia. Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, memengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China. [sunting] Agama tradisional Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama tradisional Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. [sunting] "American Dream" American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. [9] Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),[10] yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya. [sunting] Pernikahan Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error). Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
pengetahuan tentang alam pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia pengetahuan tentang ruang dan waktu
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial: 1. tekanan kerja dalam masyarakat 2. keefektifan komunikasi 3. perubahan lingkungan alam.[11]
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas. Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan". Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human nature) Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaandapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan. Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang
sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama. Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli. Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah. Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat tradisional di Amerika Serikat. Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda. Asia Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan tenggara. Australia Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin. Eropa Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini. Timur Tengah dan Afrika Utara Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.
[sunting] Referensi
1. ^ a b c Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi 2. ^ Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25 3. ^ Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488. 4. ^ Dari bahasa Arab, artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari langit berupa wahyu.
5. ^ Karena dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno dan ditelusuri oleh para pemeluknya kepada tokoh Abraham/Ibrahim, yang juga disebutkan dalam kitab-kitab suci ketiga agama tersebut. 6. ^ (PDF) Annual Assessment, Jewish People Policy Planning Institute (Jewish Agency for Israel), 5 Oktober 2007, hlm. 15, based on American Jewish Year Book. 106. American Jewish Committee. 5 Oktober 2006. 7. ^ Adherents.com Number of Christians in the world 8. ^ Miller, Tracy, ed. (2009) (PDF), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the Worlds Muslim Population, Pew Research Center, hlm.4" 9. ^ Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1. 10. ^ Ronald Reagan. "Final Radio Address to the Nation". 11. ^ O'Neil, D. 2006. "Processes of Change".
Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28. Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University of Michigan Press. Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6. Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29164-4 Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New York, Dawkiins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2 Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29. Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0-465-09719-7. "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. 1957.
Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8 Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States: Littlefield, Adams & Co. Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7 Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and Winston. ISBN 978-0-03-080361-1. Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum
Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In D. Matsumoto (Ed.), Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 978-0-335-15275-9. Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation. Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-0-87968-091-6 O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10. Reagan, Ronald. "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June 3, 2006. Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press. UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23. White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and Giroux. Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York. ISBN 978-0-679-76867-8. Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-157955-008-0
(Indonesia) Situs Resmi Budaya dan Pariwisata (Budpar) Indonesia (Indonesia) Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok (Indonesia) Forum Budaya Pembebasan (Inggris) Artikel tentang definisi budaya
Search Documents
Explore
Sign Up | Log In
suatu kebudayaan. Bahkan ketika Margaret Mead mengunjungi kembali tempat penelitiaannya semula di pulau-pulau Pasifik (Coming off Age in Samoa) beberapa puluh tahun sesudah penelitiannya tampak terjadi suatu perubahan kebudayaan yang pasti terjadi karena peranan pendidikan. Sebagai ilustrasi dapat kita ketengahkan hasil penemuan M. Fortes pada suku Tallensi di Afrika. Demikian pula tulisan- tulisan yang dikemukakan oleh G.F. Knller (Educational Anthropology: An
Introduction, 1965). Telah banyak tulisan-tulisan mengenai antropologii pendidikan antara lain buku yang diedit oleh Spindler (1974) Education and Cultural Process: Toward an Anthropology of Education. Lebih dahulu dari tulisan-tulisan tersebut Brameld telah menulis bukunya mengenaiCultural Foundation of Education (1957). Dan banyak lagi tulisan-tulisan lainnya yang menempatkan betapa peranan pendidikan di dalam proses membudaya.
Peranan pendidikan di dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata di dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Di dalam hal ini kita kenal mengenaii teori superorganik kebudayaan dari Kroeber. Namun demikian, teori Kroeber tersebut tidak seluruhnya dapat diterima. Para pakar antopologi, juga antropologi pendidikan menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidak-bidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah kreator dan sekaligus manipulator dari kebudayaannya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif.
By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.
Ruth Benedict menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam
Para ahli psikologi behaviorisme melihat kelakuan manusia sebagai suatu rekasi dari rangsangan dari sekitarnya. Di sinilah peranan pendidikan di dalam pembentukan kelakuan manusia. John Gillin menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut: 1. kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar
2. kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi kelakukan tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang- perangsang untuk terbentuknya kelakuan-kelakuan tertentu 3. kebudayaan mempunyai sistem reward and punishment terhadap kelakuan-kelakuan tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk kelakuan yang sesuai dengan sistem nilai dalam kebudayan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap kelakuan-kelakuan yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat tertentu 4. kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar. Pada dasarnya pengaruh tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. 2. kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangannya untuk mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut
tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi di dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya.
3. dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah imajinasi. Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti apabila seseorang hidup terasing seorang diri tnapa lingkungan kebudayaan maka dia akan memulai dari nol di dalam pengembangan kepribadiannya.
4. kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup di dalam masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Yang paling efisien adalah dia secara harmonis menacri keseimbangan antara tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
5. di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang dekat dan tujuan dalam waktu yang panjang. 6.Learning is a goal teaching behaviour.
7. dalam psikoanalisis antara lain dikemukakan mengenai peranan super ego dalam perkembangan kepribadian. Super ego tersebut tidak lain adalah dunia masa depan yang ideal.
8. kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia. Bersama- sama dengan ego, beserta id, keduanya merupakan energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super ego yang diarahkan oleh nilai-nilai budaya. Bidney menyatakan bahwa individu bukan pemilik pasif dari nilai-nilai sosial budaya tetapi juga aktif di dalam menciptakan dan mengubah kebudayaannya.
Salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Artinya kebudayan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lenih dari proses transmisi kebudayaan. Manusia atau pribadi adalah aktor dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Dengan demikian kebudayaan bukanlah suatu entity yang statis tetapi sesuatu yang tersu menerus berubah.
Related Documents
PreviousNext 1.
p.
p.
p.
2.
p.
p.
p.
3.
p.
p.
p.
4.
p.
p.
p.
5.
p.
p.
p.
6.
p.
p.
p.
7.
p.
p.
p.
8.
p.
1.
5 p.
5 p.
4 p.
2.
3 p.
5 p.
11 p.
3.
7 p.
7 p.
139 p.
4.
49 p.
32 p.
24 p.
5.
49 p.
7 p.
32 p.
6.
24 p.
29 p.
2 p.
7.
44 p.
40 p.
31 p.
8.
11 p.
17 p.
21 p.
9.
2 p.
Recent Readcasters
Add a Comment
Upload a Document
peranan se
Search Documents
Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff Support FAQ Developers / API Jobs Terms Copyright Privacy