Januari 2011
Lanjutan
Benarkah bahwa naik-turunnya dukungan terhadap pemerintah, presiden dan wakil presiden membawa dampak atas naik-turunnya dukungan politik terhadap partai-partai politik pendukung pemerintah dan partai politik yang beroposisi? Jika selama ini media massa dan para pengamat menyoroti semakin memburuknya kondisi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi serta lemahnya kinerja pemerintah di sektor ini, apakah publik juga memiliki penilaian yang sama? Demikian juga, dengan kondisi ekonomi, benarkah kritik-kritik para pengamat atas buruknya kondisi ekonomi beresonansi dengan persepsi publik atas kondisi ekonomi yang mereka lihat dan alami? Dampak politik korupsi sesungguhnya masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan politik. Jika di kalangan ekonom, korupsi selalu dianggap membawa dampak negatif (karena menaikkan biaya ekonomi), tidak demikian halnya di kalangan ilmuwan politik dan pelaku politik. Ada pandangan yang menyatakan bahwa korupsi bisa berdampak positif bukan dalam arti etika dan moral. Tetapi korupsi dianggap bisa juga menggerakkan birokrasi, memberi nyawa partai politik, dan meningkatkan partisipasi politik dengan adanya politik uang sebagaimana terjadi di sejumlah negara Amerika Latin (Seligson, 2002). Benarkan kenyataan ini? Adakah dampak ini berbias pada partai politik, baik yang ada dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan?
Metodologi
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel sekitar 1.229 Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Survei terakhir dilakukan 18-30 Desember 2010.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 4
Lanjutan
Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan, di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst. Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masingmasing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 6
Lanjutan
Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga. Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.
Prov 1
Ds 1 Ds n RT1 RT2 RT3 .
Prov k
Ds 1 Ds m RT5
Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 8
KK1 KK2
Laki-laki
Perempuan
Sumber Dana
Survei ini dibiayai oleh Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI), yang menaungi Lembaga Survei Indonesia (LSI).
DEMOGRAFI NASIONAL
KATEGORI SAMPEL PROVINSI NAD 1.5 SUMATERA UTARA 5.4 SUMATERA BARAT 2.3 RIAU 2.3 JAMBI 1.5 SUMATERA SELATAN 3.2 BENGKULU 0.8 LAMPUNG 3.2 BANGKA BELITUNG 0.8 KEPULAUAN RIAU 0.7 DKI JAKARTA 3.3 JAWA BARAT 17.1 JAWA TENGAH 14.7 DI YOGYAKARTA 1.6 JAWA TIMUR 16.3 BANTEN 4.1 BPS 2.0 5.8 2.1 2.2 1.3 3.3 0.8 3.3 0.5 0.6 3.3 17.2 14.8 1.5 16.4 4.1 KATEGORI SAMPEL PROVINSI BALI 2.0 NTB 2.0 NTT 1.6 KALIMANTAN BARAT 1.6 KALIMANTAN TENGAH 0.9 KALIMANTAN SELATAN 1.6 KALIMANTAN TIMUR 1.6 SULAWESI UTARA 0.7 SULAWESI TENGAH 0.7 SELAWESI SELATAN 4.0 SULAWESI TENGGARA 0.7 GORONTALO 0.7 SULAWESI BARAT 0.7 MALUKU 0.8 MALUKU UTARA 0.8 PAPUA 0.8 IRJABAR 0.0 BPS 1.5 2.0 2.0 1.9 0.9 1.5 1.4 1.0 1.1 3.4 0.9 0.4 0.5 0.6 0.5 1.2 0.3
2009
2010
40
39
30
20
10
40 39 39 40 37 38 37 37 37 34 35 34 34 35 34 32 31 30 29 29 29 29 27 28 27 26 28 25 24 23 23 23 22 23 21 20 19 17 17 17 15 15 13 11 11 10 9 10 9 9 9 8 8 8 7
36
37
B a ik S e da ng B uruk T ida k t a hu
28 29 26 24
10 10
Feb'09
Jul'09
Aug'10
Okt'08
April' 04
Sep' 05
Sep'04
Sep'06
Sep'07
Sep'08
Des'08
Apr'09
Okt'10
Jan'10
Kondisi politik nasional selama 2010 lebih buruk dibandingkan 2009. Dan sejak Jan10 sampai Des10 tidak menunjukkan peningkatan yang berarti.
Des'10
Mar'09
Mar'10
2008
2009
69 67 55 59
2010
60 50 40
52
55
57
57
60
59
59
55 48
55
B a ik S e da ng
30
30
31
24 18
25 14 6
28
29
26
26 15 10 5 Apr'09 Mar'09 6
23
23 20
22 13 5 Jan'10
27 22 16 15
27 21
29
B uruk T ida k t a hu
20 10 0
11 3
10 2 4
12
10 3 5
10 4 Feb'09
10
9 2 Jul'09 Mei'09 2
13 5 Okt'10 Des'10
3 Aug'10 Mar'10
Sep' 05
Sep'06
Sep'07
Sep'08
Okt'08
Setelah memburuk pada pada Okt10, kondisi keamanan nasioal pada Des10 kembali ke posisi normal. .
Des'08
2009
59 48 49 61 59 54
2010
60
50
46
40
41 30 18 11 6
43
46 41 37 34 34 33
43 35 35 33 32 32 31 30 29 30 29 28 20 37
B a ik S e da ng B uruk T ida k t a hu
30
20
28 26 22 23 22
31 30
18 7
25 26 23 24 22 10 11 5 5 5 Jun'09 Jul'09 15 9
10
6 Sep'07 Sep'08
7 Okt'08
5 Aug'10 Mar'10
6 Okt'10
7 Des'10
Sep' 05
Sep'06
Kondisi penegakan hukum selama 2010 lebih buruk dibandingkan 2009. Dan sejak Jan10 sampai Des10 kondisinya cenderung terus memburuk.
Des'08
Jan'10
58 53 50 43 38 33 28 25 33 32 31 27 22 24 19 21 17 26 25 45 42 49 44 40 37 38 31 25 39 42 51 52
56
40 33 31 23 21 23 21 22 18 31
39 5 34 30 29 24 26 34 32 31 30
31 32 24 25
30 26 27 26
21
8 4 4 5
7 2
Jun '05
Jun '07
Jun '08
Jun'09
Jul'09
Okt '04
Okt '08
Aug'10
Sept
Sept
Nov'09
Des '04
Des '05
Des '06
Des '07
Des '08
Mei'09
Okt'10
Apr '05
Apr '07
Apr '08
Sep '03
Sep '07
Sep '08
Setelah mencapai titik tertinggi pada Jul09, persepsi kondisi ekonomi nasional turun tajam pada Nov09. Dan sejak Jan10 sampai Des10 kondisinya cenderung terus memburuk.
Feb '09
Mar'09
Des'10
Apr'09
Jan'10
Mar'10
Sep'03 Okt'04 Des'04 Apr'05 Jun'05 Sept Des'05 Sept Des'06 Apr'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Apr'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 Nov'09 Jan'10 Mar'10 Aug'10 Okt'10 Des'10
Secara umum, persepsi terhadap kondisi ekonomi berkorelasi dengan tingkat inflasi. Ketika Inflasi tinggi, yang merasa ekonomi buruk juga cenderung tinggi, begitupun sebaliknya.
TEMUAN
Secara umum, persepsi publik atas berbagai kondisi kehidupan masyarakat bersifat negatif. Dalam perbandingan, kondisi politik, penegakan hukum, dan kondisi ekonomi pada tahun 2010 lebih buruk dibandingkan pada tahun sebelumnya (2009). Sepanjang tahun 2010, hanya kondisi keamanan dan ketertiban nasional yang dalam persepsi publik sedikit memburuk pada bulan Oktober, namun kemudian kembali normal pada bulan Desember.
81 78 63 51 35 31 27
0 25 50
Baik+Sangat baik
Di antara sejumlah masalah yang divaluasi, skor tinggi terletak pada kinerja pemerintah dalam masalah pendidikan terjangkau dan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Sedangkan skor rendah ditujukan kepada kinerja dalam mengatasi masalahmasalah ekonomi.
2009
84
2010
80 78 79 80 77
59 49 45 51 Baik+Sangat baik
Des'08
Feb'09
Persepsi terhadap kinerja pemerintah dalam menanggulangi masalah korupsi selama 2010 jauh lebih buruk dibandingkan periode 2009. Kondisi pada tahun 2010: setelah mencapai titik terendah pada Okt10, persepsi pada Des10 sedikit naik.
Des'10
Mei'09
Jun'09
Okt'08
Jul'09
Sep'05
Sep'06
Sep'07
Sep'08
Mar'09
Jan'10
Mar'10
Okt'10
TEMUAN
Evaluasi publik atas kinerja pemerintah mencakup banyak kebijakan di berbagai lini. Beberapa di antaranya, untuk penyediaan pendidikan dasar yang terjangkau dan penyediaan layanan kesehatan, mayoritas publik mengatakan baik atau sangat baik. Namun, untuk kinerja pemerintah dalam hal mengendalikan hargaharga barang kebutuhan pokok, mengurangi jumlah orang miskin, dan mengurangi jumlah pengangguran, hanya sepertiga dari publik yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah baik atau sangat baik. Pada kinerja memberantas korupsi, hanya separo dari mereka yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah baik atau sangat baik. Sepanjang Juni-Oktober tahun 2010, penilaian publik atas kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi terus memburuk, kecuali pada bulan Desember yang sedikit membaik.
56
57
60
55 37
Semua Responden
<= SD
SLTP
SLTA
KULIAH
56% responden menilai baik kinerja POLISI dalam menjalankan tugasnya menangkap koruptor. Namun kalangan terpelajar memberi nilai yang lebih rendah dibandingkan kalangan kurang terpelajar. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 25
48
49
52
46 32
Semua Responden
<= SD
SLTP
SLTA
KULIAH
48% responden menilai baik kinerja KEJAKSAAN dalam menjalankan tugasnya mengusut koruptor. Namun kalangan terpelajar memberi nilai yang lebih rendah dibandingkan kalangan kurang terpelajar. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 26
47
50
50
45 25
Semua Responden
<= SD
SLTP
SLTA
KULIAH
47% responden menilai baik kinerja PENGADILAN dalam menjalankan tugasnya menghukum koruptor. Namun kalangan terpelajar memberi nilai yang lebih rendah dibandingkan kalangan kurang terpelajar. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 27
70 61 55
69
63
Semua Responden
<= SD
SLTP
SLTA
KULIAH
61% responden menilai baik kinerja KPK dalam menjalankan tugasnya menyeret koruptor ke pengadilan. Kalangan terpelajar memberi nilai yang lebih tinggi kepada KPK dibandingkan kalangan kurang terpelajar. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 28
70
61
60 50
56 48 47
40
30
20
10
KPK
POLISI
KEJAKSAAN
PENGADILAN
Kinerja lembaga-lembaga dlm menangani korupsi menurut kelompok masy. yg lebih berpendidikan (% Baik atau Sangat baik)
70
63
60
50
40
37
32 25
30
20
10
KPK
POLISI
KEJAKSAAN
PENGADILAN
Menurut kelompok masyarakat yang lebih berpendidikan (lulus kuliah), kinerja KPK jauh lebih baik dari 3 lembaga lainnya.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 30
TEMUAN
Secara umum, kinerja lembaga-lembaga penegakan hukum dinilai sedang. Rentang persentasi publik yang menilai bahwa lembagalembaga ini berkinerja baik adalah antara 47-61%. Dalam perbandingan, mereka menilai bahwa KPK memiliki kinerja paling baik, baru kemudian diikuti oleh polisi, kejaksaan, dan yang paling jelek pengadilan. Faktor pendidikan nampak memiliki penilaian publik atas kinerja lembaga-lembaga tersebut. Mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi secara umum lebih kritis, dan memberikan penilaian yang cenderung lebih negatif.
75
63 52
50
35
25
2
0
SBY
BOEDIONO
75
65 57
60 44
62 49 51 44 SBY Boediono
50
25
<= SD
SLTP
SLTA
KULIAH
Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono pada kalangan terpelajar Cenderung lebih rendah dibandingkan pada kalangan kurang terpelajar.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 34
75
64 54
50
64 54
58 43 SBY Boediono
25
Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono pada kalangan atas Cenderung lebih rendah dibandingkan pada kalangan menengah dan bawah.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 35
79
75
67
55
70 59
48 54
72
64 61 SBY Boediono
50
25
SUMATERA
INDONESIA TIMUR
Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono paling rendah di wilayah Jawa-Bali.
75
66
56
58
47
50
SBY
Boediono
25
Desa
Kota
Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono di Kota lebih rendah dibanding di desa.
79
75
66 56 48 38 29
61 53 46
57 39
63 54
65 59 52 45
62 SBY Boediono
50
25
HANURAGERINDRA
PKS
PAN
PKB
GOLKAR
PPP
PDIP DEMOKRAT
Kepuasan terhadap kinerja SBY dan Boediono paling rendah pada pemilih Gerindra, PKS, dan PDIP.
Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 38
Trend Evaluasi atas Kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden & Wakil Presiden (%)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
77 69 64 59
80 71 65
65 58 52 53 50
63 5656 55
67 58
63 54
64
67 54 55 56 58
56 51 48 39
69 70 63 53 54 45
49
74
8080 79
85 75 70
65 66 53 45
62 63 49 52
61 62
56
55 58 56 59 58 60
65
50
63
49
51
51 49 50 49
SBY JK Boediono
2008 2009
Mar'09 Apr'09 Nov'09 Mei'09 Jul'09 Jan'10 Feb'09 Jun'09
2004
Des'004 Mar'05 Nov'04
2005
Des' 05 Jan' 06 Jun'05 Sept' 05
2006
Mar' 06 Nov' 06 Mar'07 Des'06 Feb' 07 Sep'06 Jun'06
2007
Mar'08 Des'07 Mei' 07 Sep'07 Jun'07 Jun'08
2010
Mar'10 Aug'10 Des'10 Okt'10
Sep'08
Des'08
Okt'08
TEMUAN
Tingkat kepuasan publik pada Presiden SBY terus menurun sejak bulan Juli 2009 (yang mencapai tingkat tertinggi) sampai bulan Oktober 2010 (titik terendah). Tingkat kepuasan publik atas kinerja SBY sedikit menaik dari pada bulan Desember 2010 sebesar 1%, tetapi stagnan secara statistik dibanding Oktober 2010. Adapun tingkat kepuasan publik atas kinerja Wakil Presiden Budiono berfluktuasi sejak ia menjabat posisi itu, yang berkisar naik-turun di kisaran 49-53%.
76
75
65
68
50
46
53
34
25
SBY
Boediono
Responden yang merasa penegakan hukum baik Responden yang merasa penegakan hukum sedang Responden yang merasa penegakan hukum buruk
Persepsi terhadap kinerja penegakan hukum berhubungan dengan tingkat kepuasan kepada SBY-Boediono. Semakin positif sikap terhadap penegakan hukum, semakin tinggi kepuasan publik kepada SBY-Boediono.
78
75
69
66
59
50
48
37
25
SBY
Boediono
Responden yang merasa kondisi ekonomi baik Responden yang merasa kondisi ekonomi sedang Responden yang merasa kondisi ekonomi buruk
Persepsi terhadap keadaan ekonomi nasional berhubungan dengan tingkat kepuasan kepada SBY-Boediono. Semakin positif keadaan ekonomi, semakin tinggi kepuasan publik kepada SBY-Boediono.
79
75
63
68
50
45
50
36
25
SBY
Boediono
Responden yang merasa keadaan politik baik Responden yang merasa keadaan politik sedang Responden yang merasa keadaan politik buruk
Persepsi terhadap keadaan politik nasional berhubungan dengan tingkat kepuasan kepada SBY-Boediono. Semakin positif keadaan politik, semakin tinggi kepuasan publik kepada SBY-Boediono.
75
72 55 59
50
42
48
30
25
SBY
Boediono
Responden yang merasa keamanan baik Responden yang merasa keamanan sedang Responden yang merasa kemanan buruk
Persepsi terhadap keadaan keamanan nasional cenderung berhubungan dengan tingkat kepuasan kepada SBYBoediono. Semakin positif keadaan keamanan nasional, semakin tinggi kepuasan publik kepada SBY-Boediono.
80
74 PUAS DGN SBY 70 65 57 60 59 49 39 37 39 40 37 29 43 35 31 26 29 28 35 26 25 33 29 24 KONDISI POLITIK BAIK 56 55 54 59 59 55 48 66 62 63 55 KONDISI KEAMANAN BAIK KONDISI PENEGAKAN HUKUM BAIK KONDISI EKONOMI BAIK
70 60 50 40 30 20 10
63
67 63 59 52 46 41 37 28 24 29 31 29 43 37 29 25 31 29 58 56 55 57
69
70
46 41 32
48 38 37
Sep'06
Sep'07
Sep'08
Mar'09
Sept' 05
Mar'10
Jan'10
Aug'10
Feb'09
Okt'08
Okt'10
Des'08
Dari trend survei, naik turunnya kepuasan terhadap kinerja SBY berhubungan erat dengan kondisi ekonomi, politik dan hukum. Sedangkan dengan kondisi keamanan, kurang erat hubungannya. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 46
Des'10
Jul'09
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Trend kepuasan terhadap Kinerja SBY berkorelasi positif dan signfikan dengan trend kondisi penegakan hukum, ekonomi dan politik. Korelasinya dengan trend kondisi ekonomi tampak paling tinggi. Sedangkan korelasi trend kepuasan dengan trend kondisi keamanan tidak signifikan. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 47
TEMUAN
Korelasi antara persepsi publik atas kondisi politik, penegakan hukum, dan kondisi ekonomi sangat kuat dan signifikan. Dengan kata lain, semakin negatif evaluasi mereka atas kondisi-kondisi ini semakin rendah pula tingkat kepuasan mereka atas kinerja SBY. Dan sebaliknya. Sementara, persepsi publik atas membaiknya kondisi keamanan tidaklah bertaut secara signifikan dengan tingkat kepuasan mereka atas kinerja SBY.
30.1
21.4 14.1
2.7
2.4
2.3
1.2
3.8
Jika Pemilu diadakan sekarang, Demokrat mendapat suara terbanyak (21.4%). Urutan selanjutnya ditempati PDIP (14.1%) dan Golkar (12.7%). Sementara itu, jumlah pemilih mengambang sangat besar (30.1%).
PD
21
17
Golkar
14
14 14
12
13 11 11
14 11
9
15
11
12
13 11
PDIP
Mar'10
Apr'10
Ags'10
Okt'10
Des'10
Sejak naik pesat pada Jan10, elektabilitas Demokrat cenderung mengalami penurunan, dan pada Des10 posisinya kembali ke hasil Pemilu 2009. Sementara itu, elektabilitas Golkar dan PDIP sejak Pemilu 2009 tampak berfluktuasi dan belum menunjukkan trend yang konsisten. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 51
2
1 1
2 2
1
Hanura Gerindra
sejak Pemilu 2009 elektabilitas partai-partai menengah tampak berfluktuasi dan belum menunjukkan trend yang konsisten. Bahan Rilis LSI_Survei Nasional (Des 2010) 52
TEMUAN
Dampak politik evaluasi publik atas kinerja pemerintah dan presiden terlihat berkaitan. Dalam simulasi pertanyaan jika pemilu diadakan sekarang (pada saat survei) Partai Demokrat mengalami penurunan dari perolehan suara pada simulasi-simulasi yang dilakukan di surveisurvei sebelumnya. Yang menarik, merosotnya dukungan terhadap Demokrat tidak dibarengi oleh kenaikan dukungan suara partai-partai lainnya, baik yang berada pada kubu pemerintah maupun opisisi. Tidak terjadi pula kenaikan dukungan signifikan pada partai menengah dan kesil. Justru, jumlah pemilih yang abstain atau mengambang sangat besar, yakni 30,1%. Ini bisa ditafsirkan bahwa partai-partai selain Demokrat kurang berhasil memanfaatkan penurunan dukungan Demokrat. Secara keseluruhan, mungkin yang terjadi adalah meningkatnya jumlah pemilih yang merasa tidak percaya publik semua partai politik.
Kesimpulan
KESIMPULAN
Publik menilai bahwa kondisi politik, penegakan hukum, dan ekonomi sepanjang tahun 2010 memburuk atau lebih buruk dari tahun sebelumnya. Korelasi antara antara persepsi publik dan tingkat kepuasan mereka atas kinerja presiden SBY bersifat signifikan. Evaluasi negatif mereka atas ketiga kondisi kemasyarakatan ini mengakibatkan menurunnya tingkat kepuasan mereka atas kinerja SBY. Persepsi publik atas kondisi keamanan stabil dan cenderung membaik. Namun persepsi publik ini dan tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja SBY tak berkaitan secara signifikan. Lebih khusus lagi evaluasi publik atas kinerja lembaga-lembaga penegakan hukum tidaklah begitu bagus. Dan faktor tingkat pendidikan nampak mempengaruhi evaluasi mereka.
KESIMPULAN
Yang menarik adalah temuan bahwa menurunnya dukungan politik terhadap Partai Demokrat tidak diikuti oleh kenaikan dukungan politik terhadap partai-partai lain juga dukungan terhadap partai-partai oposisi. Yang membesar adalah jumlah pemilih yang abstain alias tidak memberikan dukungan pada partai apapun. Tesis yang menyatakan bahwa korupsi membawa dampak positif terhadap kemampuan partai untuk memobilisasi pendukung, meningkatkan partisipasi politik masyarakat, secara tidak langsung terbantah. Tentu gejala ini melibatkan banyak faktor. Namun, salah satu penafsiran yang bisa dipertimbangkan adalah bahwa publik pemilih mungkin justru mengalami disilusi terhadap partai politik secara keseluruhan.
Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id