Anda di halaman 1dari 10

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

Pertemuan Ke 7
Menjalankan Motor Induksi Direct on-line Tegangan yang diturunkan Menjalankan motor dengan rotor belitan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

I.

STARTING MOTOR INDUKSI - Beban dengan inersia yang tinggi/besar akan menyebabkan waktu starting motor menjadi lama untuk mencapai kecepatan nominalnya. - Selama periode starting tersebut, maka pada stator dan rotor akan mengalir arus yang besar sehingga bisa terjadi pemanasan berlebih (overheating) pada motor. - Lebih buruk lagi bisa menyebabkan gangguan pada sistem jala-jala sumber listriknya sehingga akaun menurunkan tegangannya. Hal ini akan mengganggu beban listrik yang lainnya. - Untuk menghindari hal tersebut, suatu motor induksi seringkali di-start dengan level tegangan yang lebih rendah dari tegangan nominalnya. - Pengurangan tegangan starting tersebut akan membatasi daya yang diberikan ke motor, namun demikian disisi lain pengurangan tegangan ini akan berdampak memperpanjang waktu/periode starting (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan nominalnya). - Catatan 1 : Panas yang didisipasikan dalam rotor motor selama periode starting (dari diam sampai dengan kecepatan nominal) adalah sama dengan energi kinetik akhir yang tersimpan pada semua bagian motor - Contoh : Jika motor digunakan untuk menggerakkan flywheel yang memiliki energi kinetik 5000 Joule, maka selama periode starting rotor akan mendisikasikan panas sebesar 5000 Joule juga. Tergantung pada ukuran dan sistem pendinginan pada motor tersebut, maka energi (5000 Joule) tersebut bisa dengan mudah akan menyebabkan overheating pada motor.

I.1.

STARTING MOTOR (ROTOR LILIT) - Untuk starting motor rotor litit (motor slip ring), digunakan tahanan luar yang dapat diatur (RL ). Tahanan luar tersebut dihubungkan ke rotor melalui cincin seret (slip ring) dan sikat-sikat.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

Gambar 6. Tahanan luar ( RL ) pada motor rotor lilit. - Motor rotor lilit mempunyai lilitan stator dan lilitan rotor. Lilitan rotor (jangkar) dan lilitan stator mempunyai jumlah kutub sama. Lilitan stator sama seperti pada lilitan stator motor rotor sangkar. Lilitan rotor dapat disambung bintang maupun segitiga, tetapi biasanya dalam hubungan bintang. - Sebelum motor distart, semua tahanan dalam posisi maximum selama menjalankan hingga terjadi putaran yang dikehendaki tahanan RL sedikit demi sedikit dikurangi dan akhirnya pengaturan sampai pada sikap akhir. Pada sikap ini, rotor telah dihubung singkat. Tahanan-tahanan itu sendiri sekarang tidak mempunyai peranan lagi. Oleh karena itu setelah pengatur berada pada sikap akhir supaya cincin-cincin dan sikat-sikat tidak cepat aus, sikat-sikat itu diangkat setelah rotor dihubung singkat. - Tahanan luar (RL) yang dapat diatur tersebut diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start. Disamping itu, dengan mengubah-ubah tahanan luar kecepatan motor dapat diatur. - Motor rotor lilit sering disebut sebagai motor slip ring (slip ring motor) atau motor dengan rotor dililit (wound rotor motor). I.2. STARTING MOTOR ROTOR SANGKAR TUPAI

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

- Cara yang paling sederhana untuk menjalankan motor rotor sangkar tupai ini, ialah dengan menghubungkan langsung dengan sumber dengan menggunakan saklar tiga phase. Cara ini hanya diizinkan pada motor-motor sangkar tupai dengan daya di bawah 3 HP (sekitar 2 kW ). - Motor-motor dengan daya lebih besar dari 3 HP tidak boleh langsung dihubungkan dengan sumber. Untuk motor-motor dengan daya 2 sampai 4 kW ( 3 sampai 5,5 HP ) kita memakai saklar bintang segitiga. Untuk itu kumparan stator mula-mula dihubungkan bintang dan sesudah itu dihubungkan segitiga.

Gambar 7. a). Misalkan kumparan phase direncanakan untuk tegangan EL Kumparan stator dihubungkan segitiga dan diberi tegangan sumber sebesar EL. Kalau arus pada tiap phase besarnya If maka arus line IL =
3 . If

b). Kalau kumparan stator dihubungkan bintang dan tetap diberi tegangan sumber sebesar EL maka tegangan tiap phase menjadi If 3

EL , sehingga 3

arus tiap phase diperkecil menjadi I L =

Kalau a dan b kita bandingkan IL (segitiga) : IL (bintang) = 3 : I. Pengasutan dengan cara, hubungan bintang-segitiga, hanya dilakukan untuk motor-motor induksi 3 phase yang mempunyai hubungan kumparan segitiga pada kondisi operasi normalnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

CONTOH SOAL : Suatu motor 3 phase, masing-masing lilitan phase mempunyai tahanan murni 50 ohm dan induktansi (L) 0,3 Henry, sumbernya adalah 415 V, 50 cps. Hitunglah daya total motor dalam keadaan tanpa beban jika motor dalam sambungan bintang dan segitiga. PENYELESAIAN : Zphase = Ohm. Pada hubungan bintang : EL Eph IL Iph = Eph =
3
R 2 +( 2. f .L )2 .

j=

50

+( 2. 5 .0 ,3 ) 2 . 0

1 3 3 ,6 17 4

= 106,6

EL 45 1 = = 240 Volt 1, 3 72 3
E ph I ph R ph Z ph

= Iph = =
415 = 2,25 A IL = 2,25 A 106 ,6 50 = 0,47 lagging 106 ,6
3 EL IL Cos 3 . 415 . 2,25 . 0,47

Cos =

Daya total (P) = =

= 762 Watt Cara lain untuk mencari P ialah : P = 3 Eph Iph Cos = 3 . 240 . 2,25 . 0,47 = 762 Watt. Pada hubungan segitiga : EL = Ephase = 415 Volt. Iph IL =
E ph Z ph

415 = 3,9 Amper 106 ,6


3 = 6,75 A.

= Iph

3 = 3,9 .

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

Cos =

R ph Z ph

50 = 0,47 lagging 106 ,6


3 EL IL Cos 3 . 415 . 6,75 . 0,47

Daya total (P) = =

= 2280 Watt Cara lain untuk mencari P ialah : P = 3 Eph Iph Cos = 3 . 415 . 3,9 . 0,47 = 2280 Watt. Dari perhitungan-perhitungan di atas jelas bahwa : IL hubungan segitiga : IL hubungan bintang = 3 : 1 P hubungan segitiga : P hubungan bintang = 3: I Saklar Y/ memerlukan 6 terminal, yaitu untuk hubung bintang pada pengasutan dan untuk hubungan segitiga pada kondisi operasi normal. Gambar 8 berikut ini menggambarkan prinsip saklar bintang - segitiga.

Gambar 8. Prinsip saklar bintang - segitiga. II. PLUGGING - Dalam aplikasi motor listrik sebagai penggerak, kadang kala sebuah motor dan bebannya harus segera dihentikan perputarannya karena suatu hal yang bersifat emergensi. - Hal ini bisa dilakukan dengan cara mempertukarkan sambungan 2 terminal dari 3 terminal yang ada (lihat gambar dibawah ini).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

a. kerja normal

b. Plugging Gambar 9. Hubungan Sumber Tegangan dengan Motor 3 fasa Saat Plugging - Dengan demikian akan terjadi pembalikan arah putar dari medan putar pada stator motor. - Cara ini lebih dikenal dengan istilah PLUGGING dan motor akan mengalami pengereman. - Energi kinetik beban akan dilawan dan menyebabkan kecepatan akan menurun secara drastis. - Motor seharusnya tidak terlalu sering dilakukan plugging karena akan merusak secara mekanik maupun elektrik - Catatan 2 : Panas yang dihasilkan pada rotor selama periode plugging (dari kecepatan nominal s/d berhenti) adalah sebesar 3 kali lipat dari energi kinetik yang tersimpan pada semua bagian motor. - Contoh : Motor 100 kW, 60 Hz, 1175 rpm dikopel dengan flywheel. Saat beroperasi, energi kinetik pada motor dan beban adalah sebesar

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

300 kJoule. Tiba-tibna motor di-plugging sehingga berhenti dan akhirnya berputar pada kecepatan 1175 rpm paad arah sebaliknya. Hitung energi yang didisipasikan pada rotor ? Penyelesaian : kJoule kJoule kJoule III. PE-REMAN (BRAKING) - Suatu motor induksi 3 fasa juga dapat dihentikan dengan cepat dengan cara mengalirkan arus DC pada kumparan statornya. - Sumber tegangan DC dihubungkan pada 2 terminal dari 3 terminal yang ada sehingga akan mengalir arus DC yang akan menghasilkan kutub magnet stasioner pada statornya. - Ketika rotor berputardalam medan magnet stasioner daristator tersebut, maka pada rotor akan terinduksi dan akan terjadi GGL induksi pada rotor tersebut. - GGL induksi tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran arus pada rotor dan terjadi disipasi daya listrik sebesar I2.R. Pada keadaan ini akan terjadi peluruhan energi kinetik pada rotor sehingga akan menurun kecepatan putarnya hingga akhirnya berhenti. - Kelebihan pengereman dengan menggunakan arus dc ini adalah dalam hal efek pemanasan yang terjadi lebih kecil daripada cara plugging. - Energi yang didisipasikan hanya 1 kali lipat dari energi kinetik yang terjadi pada motor, sedangkan cara plugging adalah 3 kali lipat. - Periode pengereman sangat tergantung pada besarnya arus dc yang diberikan pada kumparan stator, dimana semakin besar arus dc yang dialirkan akan mempersingkat periode pengereman, demikian pula sebaliknya. - Arus yang diberikan bisa sampai dengan 3 kali lipat dari arus rata-rata kerja normal dari motor. Energi periode plugging: = 900 kJoule Energi periode starting : = 300 kJoule + Total energi didisipasikan : = 1200 1 x 300 3 x 300

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

- Contoh : Motor induksi 3 fasa, 50 hp kW, 60 Hz, 440 Volt, 1760 rpm digunakan sebagai penggerak beban dengan inersia J=25 kg.m2. Tahanan dc antara dua terminal statornya adalah 0,32 ohm. Arus rata-rata motor adalah 62 Ampere. Pengereman dilakukan dengan menghubungkan sunber dc 24 volt pada terminal motor. Hitunglah : a. arus dc pada stator b. energi yang didisipasikan pada rotor c. rata-rata torsi pengereman jika waktu pengereman yang dibutuhkan adalah 4 menit. Penyelesaian : a. Arus dc pada stator : I =

Estator 24 = = 75 Amper nilai Rstator 0 ,32

arusnya melebihi dari arus rata-rata dan tidak jadi masalah karena masih dibawah arus maksimal yang diijinkan (3.Irata-rata). b. Energi yang didisipasikan adalah sama dengan energi kinetik yang terjadi saat dilakukan pengereman. Ek = 5,48 . 10-3 . J . n2 dimana : Ek = energi kinetik saat dilakukan pengereman J n = momen inersia beban = kecepatan putar rotor (Joule) (kg.m2) (rpm)
2 1800

5,48 . 10-3 = konstanta yang sebanding dengan

Dalam contoh ini nilai parameter yang ada adalah : J= 25 kg.m2 dan n = 1760 rpm, sehingga energi kinetik (Ek) adalah : Ek = 5,48 . 10-3 . J . n2 = 5,48 . 10-3 . 25 . 17602 = 424 kJoule c. Torsi rata-rata selama periode pengereman (T) :
n = 9 ,55 T .t J

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

Teknik Elektro

Minggu ke - 7

dimana : n= perubahan kecepatan T J = torsi = momen inersia


30

(rpm) (N.m) (detik) (kg.m2)

t = selang waktu

9,55 = konstanta yang sebanding dengan

Dalam contoh soal ini, nilai parameternya adalah : n= 1760 0 = 1760 rpm t = 4 menit = 240 detik J = 25 kg.m2

Sehingga jika dimasukkan ke persamaan akan didapatkan :

n = 9 ,55

T . t J

= =

1 .J n x 9 ,55 t 1 1760 . 25 x 9 ,55 240

= 19,2 N.m

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sujono ST, MT.

MESIN LISTRIK III

10

Anda mungkin juga menyukai