Anda di halaman 1dari 35

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return on Investment (ROI) dalam Rangka PengembanganUsaha

Studi kasus pada pelabuhau-pelabuhan di liugkuugsn PT Persero Pelabuhan Indonesia 111

Budi Santoso, Moch. Ichsan, Lukman Syamsudin

Abstrak: Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang Iizvest~nent (ROI) dalam rangka pengembangan mempengaruhi Retum 011 usaha pada pelabuhan-pelabuhan di lingkungan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia 111. Studi ini difokuskan pada 7 (tujuh) pelabuhan-pelabuhan di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia 111 yaitu Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Tanjungwangi, Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Intan, Pelabuhan Tanjung Tembaga, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gresik, dengan unit analisis tiap-tiap pelabuhan. Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial dengan teknik analisis regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi ditetapkan sebesar 5%. Uji regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Total AktivaiTA (X,), Net Sales/NS (X,) dan Earning After TareslEAT (X,) terhadap variabel tidak bebasnya yaitu besarnya nilai Returir O n Iiwestinenr , baik secara serempak maupun secara parsial. Dari hasil analisis Regresi Linier Bersecara serempak ganda didapatkan hasil bahwa variabel (X,, 5 and 5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROI (Y) dengan nilai (R2) 0,846, F-Y = 56.969, dan F,t = 2,76, yang berarti memberi = . konstribusi pencapaian ROI sebesar 84.60%. Sedangkan yang paling besar memberikan kontribusi untuk pencapaian ROI adalah variabel EAT dengan koefisien regresi (b) sebesar 28.187. Temuan yang dapat diungkapkan dalam studi ini adalah bahwa Total Asser, Net Srrles,

Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana yang berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan seperti menaikturunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan perbekalan, dan sebagainya. Untuk bisa melaksanakan bel-bagai kegiatan tersebut pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas seperti pemecah gelombang, dermaga, peiaiatan tambatan, peralatan bongkar muat barang, gudang-gudang, halaman untuk menimbun barang, perkantoran baik untuk pengelolaan pelabuhan maupun untuk maskapai pelayasan, ruang tunggu bagi penumpang, perlengkapan pengisian bahan bakar dan penyediaan air bersih, dan lain sebagainya. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, penjagaan wilayah lam, penelitian kelautan dan sebagainya. Untuk itu investasi di bidang pelabuhan sangat diperlukan untuk menunjang berbagi kegiatan dan keperluan sarana dan prasarana transportasi laut. Dalam usaha untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam melaksanakan kegiatan di bidang investasi pelabuhan seperti halnya dengan kegiatan umum perusahaan pada umumnya, maka pengusahaan dan pembangunan pelabuhan harus dinilai dari segi sosial, politik, teknik, manajemen, finansial/ekonomis dan operasional. Penilaian masalah-masalah tersebut biasanya dicakup dalam suatu feasibility studi yang bermanfaat dalam melakukan keputusan tentang investasi dan keputusan tentang pembelanjaan. Pengambilan keputusan tentang investasi baik ditinjau dari segi keuangan dan manajemen adalah ROI sebagai salah satu tolok ukurny a. Masalah ROI sangat penting untuk diperhitungkan oleh suatu perusahaan, mengingat melalui analisis ini sebagai salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusaham memperoleh keuntungan baik dalam hubungannya dengan penjualan. asset maupun laba. Dalam Iiubungan dengan lial tersebut, maka Sartono (199931) meAssets menunnyatakan bahwa Return 0 1 2 Investnzent atau Retiwn 011 jukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Misalnya ROI sebesar 5,31% berarti bahwa dengan nienggunakan

Bisma (1999) dalam penelitiannya menentukan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sehat tidaknya suatu perusahaan daerah adalah ROI (Rztrir-n 01% Iiwestnzen). Retentuan tersebut didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 740lKMK.001 1989 berdasa-kan kriteria tersebut, maka perusahaan daerah diklasifikasikan sebagai berikut: Sehat sekali bila ROI nya > 12% Sehat bila ROI nya 8% - 12% Kurang sebat bila ROI nya 5 % - 4 % Tidak sehat bila ROI nya < 5 % Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil analisis perkembangan profitabilitas aktiva (ROI) pada Perusallaan Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Barat selama kurun waktu enam tahun (1992-1997). rata-rata ROI per tahun yang dicapai adalah 1,24% untuk BPD NTB dan 4,09% untuk PD.Wisaya Yasa NTB. Kalau mengacu pada keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No.740/kmk.00/1989, maka hasil analisis variable-variabel yang mempengal-uhi profitabilitas aktiva (ROI) ternyata adalah Total Aktiva (TA), hasil penjualan bersih (NS) dan laba sesudah pajak (EAT) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ROI. Setelah mempelajari beberapa penelitian terdahulu yangdisampaikan di depan, maka dapat ditunjukkan adanya persamaan dan perbedaannya dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang profitabilitas perusahaan. Selanjutnya juga ada kesamaan tentang variabelvariabel yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan khususnya dalam Return On Investmen yaitu Net Sales, Total Aktiva dan Earning Affer Tares. Adapun perbedaannya adalah ditetapkannya beberapa variabel bebas lain yang mempengaruhi profitabilitas (ROI) yaitu struktur kekayaan, struktur modal, laba ditahan, kas, piutang, persediaan dan utang. Di dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas yang mempengaruhi tidak bebasnya (ROI) adalah penjualan, total aktiva dan laba bersih setelah pajak. Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah yang be[-hubunyan denyan arti pelabulm yaitu bandal- dan pelabuban. Kedua istilah tersebut string tercampul- aduk sehingga sebagian 0.1-ang mengartikannya s;lma. Sebenarnya arti kedua istilah tersebut berlainan. Bandar (harbour-) adalah daerah perairan yang terlidung dal-i gelombang d a ~ i ansin untuk berlabuhnya kapal-kapal bandar ini hanya daerah

Hal ini juga'diperjelas oleh Soemarsono dan Yuni (199243). Tinggi rendalmya msio profitabilitas menunjukkan bahwa pada perusahaan tersebut sudah cukup efektif tidaknya dalan; pengeloiaan aktivanya, serta tingkat efisiensi dalam penggunaan biaya yang ada. Untuk mengetahui ha1 tersebut, maka sudah sampai seberapa jauh manajemen efisiensinya da-lam mengelola aktiva dan h a d usahanya. Sehingga untuk maksud tersebul, dapat dievaluasi investasi serta penjualan yang tejadi. Secara singkat rasio profitabilitas adalah mengukur sampai seberapa jauh efektivitas manajemen secara keseluruhan, dengan mengetahui tingkat pengernbalian (retfinz) yang dihasilkan penjualan dan investasi. Sedangkan menurut Horne (1995), bahwa dalam Pengukuran Rasio Profitabilitas terdapat 2 (dua) jenis profitabilitas yailu: (1) profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan yang diukur dengan Gross Profit Margin; (2) profitabiltas yang berhubungan dengan investasi yang diukur dengan Returrz 0 1I~tvestnzent(ROI) dan Return 0 1Eguity (ROE). 1 1 Maka pembahasan mengenai besarnya nilai rasio profitabilitas, akan difokuskan dan ditekankan pada peran Return On Irzi~est~nerzt (ROI) yang mengukur profitabiltss dalani hubungannya dengan aktiva, lab2 bersih dan penjualan. Secara ringkas Prastowo (1995:63), menjelaskan bahwa h4anager perusahaan dalam menjalankan perusahaan mempunyai dua tanggung jawab yang h a u s dilakukan yaitu untuk memperoleh dana ukituk menibiayai aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan. Sehubungan ha1 itu maka dengan melakukan analisa Return On Investrnent (ROI) akan dapat mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh permahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan meiiggunakan dana yang berasal dari niilik 1 (modal). Oleh sebab itu, Return 0 1I~zvestmenttnerupakan terminologi yang luas dari rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara labn yang diperolsh dan invcsksi yang digunakan untuk menghasilkan laba. (ROI) dalam Mcnurut Riy;iiito (lW7:3.36), Rerwir 0 1 1 /r~i~e.srrlrei~r ;tn;rlisa hreu;lnf;u~tiicmpu~~yri yagg sarigal penting sebagai salah salu at-ti analisa keuangan yang bersiht menyeluruh (kompl-ehensif). Analisa ROI ini sudah met-upakan teknik yang lazim digunakan olch pimpinan pe~usahaan untuk mengukur eiektivitas dari keseluruhan ope[-asi perusahaan.

98

JURNAL APLIKASI MANAJEMEN, VOLUME I , NOMOR I , APRIL 2003

Operzting Assets Turnover=

Net Sales Operating Assets

Operating Asset merupakan semua potensi aset dan semua aktivaaktiva yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan operasi kegiatan usaha atau dikenal juga sebagai Total Aktivv (TA), sehingga perumusan di atas dapat disusun sepeiti berikut:

Operating Assets Turnover = Net Sales Total Aktiva


Operating Asset Turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Selanjutnya hasil akhir dari percampuran kedua efisensi net profit margin dengan Operating Asset Turnover akan menentukan tinggi rendahnya Return On Investmen (ROI). Oleh karena itu, makin tinggi net profit margin atau Operating Asset Turnover, masing masing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya ROI.

Hubuugan Net Profit Margin dengau Operating Asset Turnover Net Profit Margin maupun Operating Asset Turnover, adalah ukuran tentang seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau berapa kali Operating Asset berputar dalam satu periode tertentu. Rasio tersebut secara sendiri sendiri tidak merupakan ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan efisiensi suatu perusahaan. Oleh karena itu, di dalam melakukan penaksiran rasio ini harus hati-hati, karena rasio tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut. (1) Rasio ini hanya melanjutkan hubungan antara penghasilan dengan aktiva yang dipergunakan dan tidak memberikan tentang profit yang diperoleh. (2) Penjualan adalah untuk suatu periode, sedang total Operurin,q Asset adalah merupakan akumulasi kekayaan perusahaan selama beberpa periode. (3) Tingkat penjualan yang diperoleh sering dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kemampuan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai