Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi pasta A. Evaluasi fisik 1.

Organoleptis Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan nilai estetika dari suatu sediaan semisolid sebelum didistribusikan ke konsumen, serta memberikan kepercayaan pada konsumen bahwa produk yang dibuat layak pakai. Prosedur kerjanya adalah dengan mengamati warna, bau serta penampilan sediaan pasta. Pasta bersifat lebih kaku dibandingkan salep karena mengandung zat padat yang tidak larut lebih banyak. Oleh karena itu, umumnya penampilan pasta sedikit lebih kaku dan tidak bening. Untuk warna dan bau, tergantung dari zat aktif serta kandungan di dalam formula pasta itu sendiri. 2. Konsistensi Konsistensi sebenarnya bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara mengkarakteristikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan semisolid, melalui sebuah angka ukur. Sebagai ukuran konsistensi digunakan penetrasi kerucut (mm10-1 ) artinya kedalaman penetrasi sebuah kerucut berskala ( massanya tertentu dan sudutnya tertentu pula) dengan kondisi percobaan telah ditetapkan secara tepat dalam waktu tertentu dapat menembus tegak lurus sampel dalam waktu dan temperatur tertentu. Biasanya pengukuran dilakukan pada suhu 25o selama 5 detik. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan suatu sediaan pasta. Pengukuran kekerasan dari suatu sediaan semisolid sebenarnya dapat dilakukan secara kualitatif dengan cara menekan sediaan tersebut dengan jari atau dapat pula dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan penetrometer. Penetrometer adalah suatu alat yang banyak digunakan untuk menetukan konsistensi sediaan setengah padat di bidang farmasi. Prinsip kerja dari penetrometer adalah mengukur kedalaman tusukan dari jarum penetrometer per bobot beban tertentu dalam waktu tertentu (mm/g/s). Prosedur kerja alat ini adalah sebagai berikut : Atur letak kerja penetrometer sedemikian rupa sehingga posisinya horisontal. Atur jarum penunjuk skala kedalaman tusukan dengan angka nol. Letakkan wadah yang berisi sampel diatas meja penetrometer. Aturlah kerucut sampai menyentuh permukaan sampel. Siapkan stopwatch, kemudian tekan klep pendorong sehingga kerucut menyentuh sediaan. Baca konsistensi setelah lima detik.

a. b. c. d. e. f.

Gambar . Penetrometer Sumber : www.northstonematerials.com

3. Penyebaran Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui distribusi obat pada kulit. Alat yang dapat digunakan untuk pengujian ini adalah untuk mengetahui distribusi obat pada kulit. Alat yang dapat dipakai untuk pengujian ini adalah ektensometer. Cara kerja alat ini adalah sampel pasta dengan volume tertentu diletakkan di pusat antara dua lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani dengan meletakkan anak timbangan diatasnya. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatnya beban, merupakan karakteristik daya sebenarnya. Informasi detil akan diperoleh, jika beban (g) terhadap penyebaran (mm2) digambarkan secara grafik dalam sebuah sistem koordinat. 4. Isi minimum Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui jumlah minimum suatu sediaan semisolid termasuk pasta yang masih diperbolehkan dalam pengisian kemasan. Pengujian ini digunakan untuk sediaan krim, salep, pasta, gel, serbuk, dan aerosol, termasuk semprot topikal bertekanan dan tak bertekanan serta inhalasi dosis terukur, yang dikemas dalam wadah dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 150 g. Prosedur untuk sediaan bukan aerosol : a. Ambil contoh sebanyak 10 wadah berisi zat uji, hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu isi wadah dikeluarkan. b. Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu persatu. c. Keluarkan isi wadah secara kuantitatif dari masing-masing wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati agar tutup dan wadah lain tidak terpisah. d. Keringkan dan timbang lagi masing-masing wadah kosong beserta bagiannya. Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah. Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket. Tidak boleh saut wadah pun yang bobot bersih isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang. Sedangkan untuk bobot lebih dari

60 g dan kurang dari 150 g, bobot bersih isinya tidak boleh kurang dari 95% dari bobot yang tertera pada etiket. e. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan bobot bersih isi 20 wadah tambahan. Bobot bersih rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket, dan hanya satu wadah yang bobot bersih yang isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket, untuk bobot 60 g atau kurang. Dan tidak kurang dri 95% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot yang lebih dari 60 g an kurang dari 150 g. 5. Viskositas Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan pasta yang dibuat. Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Cairan yang mengikuti hukum Newton viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidk bergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, viskositanya dapat ditentukan pada uatu kecepatan geser saja, misalnya dengan menggunakan viskometer kapiler atau viskometer bola jatuh. Apabila digambarkan grafik antara kecepatan geser terhadap tekanan geser, akan didapatkan grafik yang merupakan garis lurus melalui titik nol. Sedangkan untuk cairan non Newton tidak demikian. Pasta merupakan cairan non Newton. Viskositas cairan ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk melihat sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser misalnya dengan menggunakan viskometer rotasi Stormer atau Brookfield. Macam-macam sifat aliran sediaan semisolid antara lain, aliran plastik, aliran pseudoplastik, aliran dilatan, aliran tiksotropik, aliran rheopeksi. Prosedur kerja viskometer Brookfield adalah : a. Wadah diisi dengan sampel yang akan diuji. b. Pasang spindel yang sesuai pada gantungan spindel (putar ke kiri) c. Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga btas spindel tercelup ke dalam sampel. d. Pasang stop kontak, atur kecepatan putar spindel. e. Nyalakan motor dengan menekan tombol dan biarkan spindel berputar sampai pembacaan stabil. f. Catat angka yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala. g. Lakukan berulang pada berbagai kecepatan rpm, hitung viskositas dan buat rheogramnya.

Gambar. Viskometer Brookfield Sumber : www.productsdb.com

Untuk sediaan pasta, tipe aliran yang dihasulkan adalah aliran dilatan. Aliran dilatan adalah aliran dimana viskositas cairan dilatan akan naik dengan naiknya kecepatan geser karena volume akan naik bila ia bergeser. 6. Ukuran Partikel Pengukuran diameter partikel daptat dilakukan dengan metode mikroskopik ataupun dengan menggunakan alat grindometer. Untuk metode penggunaan grindometer sama seperti yang dipaparkan sebelumnya. 7. Uji Homogenitas Dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan pada kaca transparan. Sediaan uji harus menunjukkan sususan yang homogen. Jika bahan yang digunakan dalam skala besar, uji homogenitas ini silakukan dengan metode sampling yakni diambil sediaan pada bagian atas, tengah dan bawah dimana hasil sampling yang didapat diukur lebih lanjut kadarnya. 8. Uji Stabilitas Tujuan uji stabilitas adalah untuk mendapatkan informasi yang diinginkan mengenai stabilitas produk dalam jangka waktu tertentu. Sampel dikondisikan pada keadaan yang dapt mempercepat terjadinya perubahan pada penyimpangan kondisi normal. Uji dapat dilakukan pada semua sediaan semisolid. Salah satu macam uji stabilitas yang dapa digunakan untuk evaluasi sediaan pasta adalah cycling test. Cycling test merupakan suatu metode evaluasi yang menggunakan perubahan suhu dan atau kelembaban pada interval waktu tertentu sehingga produk dalam kemasan akan mengalami tekanan yang bervariasi dari pada tekanan statis yang kadang-kadang lebih parah daripada penyimpanan hanya dalam satu kondidi saja. Setelah sampel melewati 6 siklus, dimana 1 siklusnya disimpan pada suhu 420C selama 24 jam, lalu dipindahkan ke oven bersuhu 4020C selma 24 jam. Diamati perubahan fisik yang terjadi. Jika tidak terjadi pemisahan fase berarti sediaan tersebut dinyatakan stabil secara fisik dan dapat dibawa ke daerah yang suhunya 4020C dan 40C. 9. Daya Menyerap Air Daya menyerap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasi basis salep atau pasta absorbsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (gram), yang mampu diikat oleh 100 gram basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-200C) secara terus menerus atau dalam waktu terbatas (umumnya 24 jam) dimana air tersebut digabungkan secara manual. Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang diserap dilakukan melalui perbedaan bobot penimbangan (sistem mengandung air-bebas air) atau dengan metode penentuan kandungan air yang akan diuraikan dibagian selanjutnya. Daya menyerap air akan berubah jika larutan turut digabungkan di dalamnya. Umumnya dapat menurunkan bilangan airnya. Hal itu tampak sangat menonjol pada peracikan dari larutan dengan badan fenolik (fenol, resorsinol,pyrogalol). Bilangan Air (BA) dan Kandungan Air (KA) yang dinyatakan dalam persen adalah tidak identik. Sebagai basis acuan, untuk Bilangan air atau Daya Menyerap Air digunakan pada basis absorbsi, sedangkan Kandungan Air mengacu kepada salep atau pasta yang

sedikit atau tidak ada air dalam formulanya. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain menurut persamaan: BA = KA = B. Evaluasi Kimia 1. Uji penetapan kadar Evaluasi ini dilakukan untuk megetahui kadar aktif zat aktif pada sediaan yang dibuat sehingga tidak mengurangi efek terapinya. Uji ini dilakukan pada sediaan yang mengandung zat aktif untuk terapeutik. Metode uji penetapan kadar ini dilakukan sesuai monografi masing-masing zat uji atau sampel. Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri, potensiometri, volumetri atau kromatografi. Persyaratan: sediaan pasta dikatakan memenuhi persyaratan kadar apabila kadar zat aktif masih berada dalam batas yang tercantum dalam monografi masing-masing zat aktif. 2. Uji pH sediaan Uji penetapan pH adalah pengukuran derajat keasaman. Pengukuran pH dimaksudkan untuk mengetahui apakah derajat keasaman dari sediaan semisolid yang telah dibuat sesuai dengan pH tempat digunakannnya pada tubuh. Jika terlalu asam, maka akan menyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa, maka akan menyebabkan gatalgatal dan kulit bersisik. Jika pasta yang dibuat akan dioleskan pada kulit, maka pH pasta harus sesuai dengan pH kulit yakni 4,5-6,5. Pengukuran pH secara kualitatif dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator sampai batas celupan, mendiamkannnya beberapa saat hingga terjadi perubahan warna, kemudian membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan warna indikator. Nilai pH didapat dengan mendapatkan persamaan warna dari kertas indikator yang telah dicelupkan dengan warna pada label. Untuk mendpatkan hasil kuantitatif, pengukuran pH dapat dilakukan dengan bantuan alat pH meter. Sebelum digunakan, pH meter harus dibakukan (dikalibrasi) dulu menggunakan larutan dapar. C. Evaluasi Biologi 1. Uji Batas Mikroba Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikrobaaerob yang terdapat di dalam sediaan farmasi, serta untuk menyatakan sediaan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Selama meyiapkan dan melaksanakan pengujian, spesimen harus ditangani secara aseptik. Untuk pasta, dibuat suatu suspensi dengan menggunakan emulgator steril yang sesuai dalam jumlah yang minimal, gunakan blender mekanik dan jika perlu hangatkan hingga suhu tidak lebih dari 450C lalu lakukan pengujian Angka Mikroba Aerob Total, Uji Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, Uji Salmonella sp dan Escherichia coli. Untuk setiap ujidigunakan 10 ml sampel. 2. Uji Potensi Zat Aktif

Uji potensi zat aktif dilakukan bila sediaan mengandung antibiotik. Potensi zat aktif ditetapkan dengan membandingkan dosis sediaan uji terhadap dosis larutan baku atau dosis larutan pembanding yang masing-masing menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada biakkan kuman yang peka dan sesuai. Uji potensi ini dapat dilakukan dengan metode lempeng dan metode tabung. a. Metode lempeng Metode lempeng menggunakan cawan petri yang berisi inokulum, yang diatasnya menggunakan cakram yang berisi antibiotik dalam berbagai dosis. Inkubasikan pada suhu 300-350C selama 16-18 jam. Hasilnya dilihat dari diameter hambat yang dihasilkan. b. Metode tabung Metode ini menggunakan tabung reaksi berisi inokulum dan antibiotik dengan berbagai konsentrasi. Hasilnya dilihat pada konsentrasi minimum dimana tidak terdapat pertumbuhan bakteri (larutan jernih). Persyaratan : potensi antibiotik dalam pasta dikatakan efektif bila hasil perhitungan potensinya bernilai 100%. 3. Uji Iritasi Kulit Prinsip: Sediaan dicobakan pada sukarelawan hipersensitivitas lalu diamati respon yang terjadi pada sukarelawan. (catatan: percobaan juga dilakukan pada orang normal) Prosedur: 1. Patch Test Untuk mengetahui apakah pasta mengandung bahan yang dapat menyebabkan inflamasi kulit, maka dilakukan patch test pada lengan dan punggung sukarelawan. Pada tes ini digunakan suatu plester khusus. Adapun bahan/zat yang diujikan harus mudah menguap. Tes dilakukan selama 24 jam lalu reaksi kulit yang terjadi diamati dengan mata. 2. Controlled-use Test Controlled-use Test digunakan untuk mengevaluasi keamanan pasta ketika digunakan dalam kondisi yang direkomendasikan. Lingkungan pada pengujian pasta ini tentu saja disesuaikan dengan lingkungan pada saat konsumen memakai sediaan ini. Untuk langkah selanjutnya (prosedur dan pengamatan) dilakukan seperti pada patch test , hanya saja disini tidak digunakan plester khusus. Persyaratan uji iritasi : sediaan pasta yang baik seharusnya memberi efek iritasi sekecil/serendah mungkin pada kulit sehingga menjadi nyaman untuk dipakai konsumen.

Sumber Lund, Walter ed al, The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of Pharmaceutics 12th ed, (London: The Pharmaceutical Press, 1994) Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia edisi IV, (Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995) Martin, Alred, dkk, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik Edisi Ketiga, (Jakarta : UI Press, 2008) Rudolf, Voight, Buku pelajaran Teknologi Farmasi ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995) T.Mitsui, New Cosmetic Science, (Amsterdam : Elsevier Science B.V.,1997) Modern Pharmaceutics 3rd edition, edited by Gilbert S.Banker and Christopher T. (New York : Marcel Dekker, Inc.,1996)

Anda mungkin juga menyukai