Anda di halaman 1dari 1

Etika Politik Islam Related Links Manusia lahir dan hidup di muka bumi menyandang status ganda, sebagai

hamba dan khalifah. Kedua status utama ini saling berkait berkelindan, tak boleh dipisahka n. Sebelum lahir, roh manusia sudah menyatakan kehambaannya kepada Allah Maha Pe ncipta. Oleh sebab itu, status manusia sebagai khalifah di dunia haruslah dijala nkan sesuai dengan visi-misi kehambaan. Lahir dengan tugas khalifah, manusia dominan dengan naluri dan kecenderungan bah kan ambisi kekuasaan. Maka wajar kalau manusia menonjol dengan aktivitas politik praktisnya. Fenomena pemilihan kepala daerah, pilkada, melalui perahu partai politik, dan ka sak kusuk di sekitar jabatan birokrasi seperti yang sedang musim di Negeri Lanca ng Kuning dewasa ini, adalah contoh kongkret dari demonstrasi naluri dan ambisi politik dan kekuasaan bani insani.

Di dalam Islam, politik dan kekuasaan bukan barang terlarang, melainkan dianjurk an sejauh sejalan dengan dan untuk menjalankan visi-misi kehambaan dan kekhalifa han. Dengan politik dan kekuasaan, tugas khilafah dapat dijalankan lebih kongkre t dan efektif. Bahkan politik dan kekuasaan, demikian ideal islaminya, merupakan instrumen atau media paling efektif untuk mendakwahkan dan menegakkan pesan-pes an Islam. Rasulullah SAW sendiri, kenyataan sejarah, berhasil gemilang menyebark an dan menegakkan supremasi Islam setelah beliau membangun dan memegang kekuasaa n politik bersama Negara Khilafah Islam al-Madinah al-Munawwarah. Tepat sekali a pa yang dikatakan oleh Ibn Khaldun, Umat atau masyarakat itu cenderung mengi nya. Betapa kekuasaan dan figur penguasa sangat penting dan memainkan peran slam. Islam maju dan kuat, demikian kenyataan historis, tidak terlepas dari duku ngan kekuasaan politik. Bahwa umat Islam dianjurkan berpolitik dan harus memegang kekuasaan adalah pasti . Namun, bagaimana kekuasaan itu diraih sesuai dengan etika islami dan harus dij alankan sesuai dengan visi-misi kehambaan dan keislaman, adalah sesuatu yang per lu bukti. Di dalam aqidah tauhidiah islamiah, Allah adalah Penguasa Mutlak, segala kekuasa an ada dalam genggeman-Nya. Allah bebas memberikan atau mencabut kembali kekuasa an dari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dengan kekuasaan yang dianugerahkan ses eorang menjadi mulia, dan dengan kekuasaan itu pula seseorang dapat tercampak hi na (Lihat Q.S. 3:26).

Anda mungkin juga menyukai