nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer Kelompok 2 tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
Adini Dwirizki A. Charina Meitasari Dea Annisa P Depri Tri W Dita Rizki Fiska Nurahma O. M. Imam Darmawan Reza Frendy Pradana
Oleh :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Politik Ekonomi Liberal
Politik ekonomi Liberal merupakan politik yang dijalankan oleh pemerintah belanda akibat munculnya paham liberalisme sebagai akibat dari Revolusi Prancis dan Revolusi Indusrti. Dengan menerapkan Politik ekonomi Liberal, pemerintah Belanda dapat menerima keuntungan yang sebesar besarnya.
Dalam pelaksanaannya Politik Ekonomi Liberal memerlukan beberapa peraturan peraturan yang bertujuan untuk menata ekonomi di daerah jajahannya sehingga didapat keuntungan yang besar.
Politik Ekonomi Liberal dapat dikatakan masih tidak sesuai dengan prosedur karena masih ada karja rodi dan tanam paksa dalam pelaksanaannya.
BAB 2 ISI
2.1
2.2
3. Suiker Wet Merupakan Undang undang gula yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli pemerintah yang secara berangsur - angsur akan dialihkan kepada pihak swasta. Tujuan dikeluarkannya Undang Undang Suiker Wet adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para pengusaha swasta dalam perkebunan gula. 4. Agrarische Wet (1870) Agrariche Wet merupakan Undang undang Agraria yang berlaku di Indonesia pada tahun 1870 1960. Agrarische Wet tercantum dalam pasal 51 Dari Indische Staatsregeling (IS) yang merupakan UUD Pemerintah Hindia Belanda. Isi Pokok Dari Agrarische Wet adalah sebagai berikut : a. Tanah di Indonesia dibedakan menjadi tanah rakyat dan tanah pemerintah b. Tanah rakyat dibedakan dibedakan atas tanah milik yang bersifat bebas dan tanah desa yang bersifat tak bebas. c. Tanah rakyat tidak boleh dijual kepada orang lain d. Tanah pemerintah dapat disewakan kepada pengusaha swasta sampai jangka waktu 75 tahun 5. Agrarische Besluit (1870) Merupakan Undang Undang yang mengatur hal hal yang lebih rinci, khususnya tentang hak kepemilikan tanah dan jenis jenis hak penyewaan tanah oleh pihak swasta.
2.3
Perluasan produksi tanaman ekspor dan impor barang barang konsumsi Dari Eropa mengakibatkan perdagangan Internasional semakin ramai di Nusantara dan mendorong perkembangan perdagangan perantara di daerah pedalaman Jawa. Perdagangan perantara terdiri Dari perdagangan distribusi dan perdagangan koleksi. Kesempatan kesempatan ekonomi yang barau terbuka itu pada umumnya tidak dimanfaatkan oleh penduduk pribumi, tetapi dimanfaatkan dengan bauk oleh penduduk timur asing (Cina). Penduduk pribumi bersifat pasif terhadap meluasnya ekonomi uang. Mereka hanya berusaha memperoleh sekedar tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya.
2.4
A.
Bagi Belanda : 1. Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta belanda dan pemerintah kolonial Belanda 2. Hasil hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda 3. Negari Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
B.
Bagi Rakyat Indonesia : Pendapatan penduduk Jawa pada awal abad ke 20 untuk setiap keluarga dalam satu tahun sebesar 80 gulden. Dari jumlah tersebut masih dikurangi untk menbayar pajak kepada pemerintah sebesar 16 gulden. Oleh karena itu, penduduk hidup dalam kemiskinan.
2. Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karean jatuhnya harga kopi dan gula berakibat buruk bagi penduduk.
3. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, semsntara pertumbuhan penduduk Jawa meningkap cukup pesat. 4. Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan banyaknya barang barang impor dari Eropa. 5. Pengangkutan denga gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api. 6. Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenate Sanctie