Anda di halaman 1dari 7

BAB 2 INVESTIGASI ILMIAH

Definisi Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengikuti metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi, dan ketat untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menarik kesimpulan yang valid dari hal tersebut. Dengan demikian, penelitian ilmiah tidak berdasarkan pada firasat, pengalaman dan intuisi (meskipun hal tersebut mungkin mempunyai bagian dalam pengambilan keputusan akhir), tetapi pada tujuan yang jelas dan ketepatan. Karena dilakukan setepat-tepatnya, penelitian ilmiah memungkinkan mereka yang berkepentingan dalam penelitian dan mengetahui tentang persoalan yang sama atau mirip untuk sampai pada temuan yang bisa diperbandingkan ketika data dianalisis. Penelitian ilmiah juga membantu peneliti untuk menyatakan temuan mereka dengan akurat dan yakin. Hal tersebut membantu berbagai organisasi lain untuk menerapkan solusi serupa ketika mereka menghadapi masalah yang sama. Lagipula investigasi ilmiah cenderung lebih objektif daripada subjektif, dan menolong manajer untuk menyoroti factor yang apling genting di tempat kerja yang memerlukan perhatian khusus untuk dihindari, diperkecil, atau diselesaikan. Investigasi ilmiah dan pengambilan keputusan manajerial merupakan aspekaspek integral dari pemecahan masalah yang efektif. Istilah penelitian ilmiah mengacu, baik pada penelitian dasar maupun terapan. Penelitian terapan boleh atau tidak boleh digeneralisasikan pada organisasi lain, tergantung pada tingkat di mana perbedaan-perbedaan dapat eksis dalam factor-faktor seperti ukuran, sifat kerja, karakteristik karyawan, dan struktur organisasi. Penelitian terapan juga merupakan proses yang terorganisasi dan sistematis di mana masalah diidentifikasi dengan hati-hati, data dikumpulkan dan dianalisis secara ilmiah, dan kesimpulan ditarik secara objektif untuk pemecahan masalah yang efektif. Tidak selalu organisasi mengikuti proses langkah demi langkah yang setepat-tepatnya. Kadang-kadang masalah bisa sangat sederhana sehingga tidak diperlukan penelitian yang rumit, dan pengalaman masa lalu mungkin menawarkan solusi yang dibutuhkan. Di saat lain, urgensi waktu (di mana diperlukan keputusan cepat), ketidakinginan untuk mencurahkan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan penelitian yang baik, kurangnya pengetahuan,

dan factor lainnya dapat mendorong bisnis untuk mencoba memecahkan masalah berdasarkan firasat.

Ciri-ciri Penelitian Ilmiah Ciri atau karakteristik utama penelitian ilmiah dapat didaftarkan sebagai berikut: 1. Tujuan Jelas Penelitian ilmiah yang baik adalah penelitian yang menyatakan tujuan penelitian. Tujuan penelitian pada dasarnya adalah menjawab suatu masalah atas pertanyaan. Peneliti perlu merumuskan masalah atau pertanyaan penelitian dengan jelas agar dapat menyatakan tujuan penelitian yang jelas. 2. Ketepatan Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang tepat akan menambah ketepatan pada sebuah studi dengan tujuan yang jelas. Ketepatan mengandung arti kehati-hatian, kecermatan, dan tingkat ketelitian dalam investigasi penelitian. Ketepatan penelitian memerlukan dasar teori yang baik dan metodologi yang dipikirkan dengan dengan hatihati. 3. Dapat diuji Penelitian ilmiah dengan demikian menguji secara logis hipotesis yang disusun untuk melihat apakah data mendukung perkiraan atau hipotesis yang dibuat setelah studi yang mendalam terhadap situasi masalah. 4. Dapat ditiru Kita akan lebih meyakini temuan dan kesimpulan terebut jika temuan yang mirip muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh organisasi lain yang menggunakan metode serupa. Dengan kata lain, hasil uji hipotesis tersebut harus didukung lagi dan lagi ketika jenis penelitian serupa diulangi dalam keadaan yang mirip. Bila hal itu terjadi (hasil ditiru atau terulang), kita akan memperoleh keyakinan dalam sifat ilmiah penelitian kita. Dengan kata lain, hipotesis kita tidak hanya bersifat kebetulan saja, tetapi merupakan refleksi dari keadaan populasi yang sebenarnya. 5. Ketelitian dan Keyakinan Ketelitian mengacu pada kedekatan temuan dengan realitas berdasarkan sebuah sampel. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan atau keyakinan hasil berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar eksis dalam keseluruhan. Keyakinan mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi kita. Karena itu, tidaklah cukup hanya teliti, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan yakin menegaskan bahwa 95%

waktu hasil kita benar dan hanya 5% kemungkinan salah. Hal ini disebut sebagai tingkat keyakinan. Semakin tipis batas kita dalam mengestimasi rentang prediksi (semakin tepat temuan kita) dan semakin besar keyakinan kita terhadap hasil penelitian, semakin berguna dan ilmiah penemuan yang bersangkutan. 6. Objektivitas Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis data harus objektif, yaitu harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data actual, dan bukan nilai-nilai subjektif atau emosional kita. 7. Dapat digeneralisasi Dapat digeneralisasi mengacu pada cakupan penerapan temuan penelitian dalam satu konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya. Semakin penelitian dapat digeneralisasi, semakin besar kegunaan dan nilainya. Untuk generalisasi yang lebih luas, desain sampling penelitian harus disusun secara logis dan sejumlah rincian lain dalam metode pengumpulan data perlu diikuti secara cermat. 8. Hemat Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul, dan dalam menghasilkan solusi masalah, selalu lebih disukai untuk kerangka penelitian yang kompleks yang meliputi jumlah factor yang tidak dapat dikendalikan. Sifat ekonomis dalam model penelitian dicapai jika kita memasukkan ke dalam kerangka penelitian lebih sedikit jumlah variable yang akan menjelaskan varians secara jauh lebih efisien disbanding seperangkat variable kompleks yang hanya akan sedikit menambah varians yang dijelaskan. Sifat hemat ini dapat dicapai deengan pemahaman yang baik terhadap masalah dan factor penting lainnya yang mempengaruhi hal tersebut.

Keterbatasan Penelitian Ilmiah dalam Bidang Manajemen Dalam bidang manajemen dan ilmu social, tidak selalu mungkin untuk melakukan investigasi yang 100% ilmiah, dalam arti bahwa, tidak seperti dalam ilmu pasti, hasil yang diperoleh tidak akan eksak dan bebas kesalahan. Hal ini terutama karena kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data dalam bidang subjektif seperti perasaan, emosi, sikap dan persepsi. Persoalan-persoalan tersebut muncul kapanpun kita berusaha untuk mengkuantifikasi perilaku manusia. Kesulitan juga mungkin dijumpai dalam mendapatkan sampel yang mewakili, yang membatasi generalisasi temuan. Tidak selalu mungkin untuk memenuhi semua cirri sains sepenuhnya. Sifat bisa diperbandingkan, konsistensi dan digeneralisasi yang luas sering sulit dicapai dalam penelitian.

Rintangan Sains dalam Penelitian Jawaban atas persoalan dapat ditemukan entah dengan proses deduksi atau proses induksi, atau dengan kombinasi keduanya. Salah satu metode investigasi ilmiah yang utama adalah metode hipotesis-deduktif. Deduksi adalah proses dimana kita tiba pada suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Misalnya, kita mengetahui bahwa semua orang yang berkinerja tinggi adalah sangat menguasai pekerjaan mereka. Bila Ari berkinerja tinggi, kita kemudian menyimpulkan bahwa ia sangat menguasai pekerjaannya. Induksi merupakan proses di mana kita mengamati fenomena tertentu dan berdasarkan hal tersebut tiba pada kesimpulan. Dengan kata lain, dalam induksi kita secara logis membuat sebuah proposisi umum berdasarkan fakta yang diamati. Misalnya, kita melihat bahwa proses produksi merupakan cirri utama dari pabrik manufaktur. Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan produksi. Baik proses deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi ilmiah. Teori yang berdasarkan deduksi dan induksi membantu kita untuk memahami, menjelaskan, dan/atau memprediksi fenomena bisnis. Metode yang dimulai dengan kerangka teoritis, merumuskan hipotersis, dan secara logis menarik kesimpulan dari hasil studi disebut metode hipotesisdeduktif. Rintangan penyelidikan ilmiah digambarkan dalam Figur 2,1 dan meliputi proses mengamati fenomena pada awalnya, mengidentifikasi masalah, membangun sebuah teori yang mungkin berlaku atau kerangka teoritis dari semua factor yang menimbulkan masalah, dari kerangka teoriti beberapa hipotesis dapat dibuat dan diuji untuk menemukan apakah data membuktikannya, konsep-konsep kemudian didefinisikan secara operasional sehingga dapat diukur, desain penelitian disusun untuk menentukan diantaranya cara mengumpulkan data lebih lanjut, menganalisis data, dan menginterpretasi hasil.

Tujuh Langkah Metode Hipotesis-Deduktif 1. Pengamatan Pengamatan adalah tahap pertama, dimana seseorang merasakan bahwa perubahan tertentu sedang terjadi, atau bahwa beberapa perilaku, sikap, dan perasaan baru sedang mengemuka dalam lingkungan seseorang (dalam hal ini tempat kerja). Ketika fenomena yang diamati tersebut tampaknya mempunyai konsekuensi penting, orang tersebut akan melanjutkan ke langkah berikutnya. 2. Pengumpulan informasi awal Pengumpulan informasi awal meliputi mencari informasi secara mendalam mengenai hal yang diamati. Hal ini dapat dilakukan dengan berbicara secara informal dengan beberapa orang dalam konteks kerja atau klien, atau kepada sumber relevan lainnya, dengan demikian dapat mengumpulkan informasi mengenai apa dan mengapa sesuatu hal terjadi. 3. Perumusan Teori Perumusan teori adalah usaha untuk menggabungkan semua informasi dalam cara yang logis, sehingga factor-faktor yang berkaitan dengan masalah dapat dikonseptualisasi dan diuji. Kerangka teoritis yang dirumuskan sering dituntun oleh pengalaman dan intuisi.

Pada langkah ini, variable kritis diuji kontribusi dan pengaruhnya dalam menjelaskan mengapa masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan. 4. Penyusunan Hipotesis Pengujian hipotesis disebut penelitian deduktif. Terkadang, hipotesis yang tidak dirumuskan secara orisinil dihasilkan melalui proses induksi. Yaitu setelah data diperoleh, beberapa gagasan kreatif muncul, dan berdasarkan hal tersebut, hipotesis baru pun bisa dihasilkan untuk diuji kemudian. Biasanya dalam penelitian, pengujian hipotesis melalui penelitian deduktif dan hipotesis yang dihasilkan dengan induksi keduanya adalah lazim. 5. Pengumpulan data ilmiah lebih lanjut Data yang terkait dengan setiap variable dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut adalah diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam studi. 6. Analisis data Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistic untuk melihat apakah hipotesis terbukti. Analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap data dapat dilakukan jika sejumlah perkiraan terbukti. Data kualitatif mengacu pada informasi yang diperoleh dalam bentuk naratif melalui wawancara dan pengamatan. 7. Deduksi Deduksi adalah proses tiba pada kesimpulan dengan menginterpretasikan arti dari hasil analisis data. Berdasarkan deduksi tersebut, peneliti dapat mengajukan rekomendasi mengenai bagaimana suatu masalah dapat dipecahkan.

Tipe Penelitian Lainnya Studi kasus dan penelitian tindakan kadang-kadang digunakan untuk mempelajari jenis persoalan tertentu. Studi Kasus Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini. Hipotesis juga dapat disusun dalam studi kasus. Tetapi jika suatu hipotesis khusus tidak terbukti bahkan dalam satu studi kasus lain, tidak ada dukungan yang dapat diberikan pada hipotesis alternative yang diajukan. Studi kasus, sebagai teknik pemecahan masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena studi seperti itu berurusan dengan masalah serupa yang dialami oleh sebuah organisasi, terkait ukuran dan dalam jenis konteks tertentu adalah sulit untuk dilakukan.

Selain itu, studi kasus yang otentik adalah sukar ditemukan karena banyak perusahaan memilih untuk melindunginya sebagai data rahasia. Memilih kasus yang tepat untuk dipelajari, dipahami, dan dengan benar menerjemahkan dinamika situasi tertentu adalah penting demi kesuksesan pemecahan masalah. Studi kasus biasanya menyediakan data kualitatif dan bukan data kuantitatif untuk analisis dan interpretasi. Tetapi, penerapan analisis studi kasus pada persoalan organisasi tertentu relative mudah.

Penelitian Tindakan Penelitian tindakan kadang-kadang dilakukan oleh konsultan yang ingin

memprakarsai proses perubahan dalam organisasi. Dengan kata lain, metodologi penelitian tindakan adalah paling tepat ketika berkenan dengan perubahan yang direncanakan. Peneliti memulai dengan sebuah masalah yang telah diidentifikasi dan mengumpulkan data yang relevan untuk menyediakan solusi sementara. Solusi tersebut kemudian dilaksanakan, dengan kesadaran bahwa mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan yang mengikuti pelaksanaan tersebut. Pengaruhnya kemudian dievaluasi, didefinisikan, didiagnosa, dan penelitian pun berlanjut hingga masalah telah sepenuhnya diselesaikan. Penelitian tindakan merupakan proyek yang berkembang secara terus menerus dengan saling mempengaruhi antara masalah, solusi, pengaruh, atau konsekuensi dan solusi baru. Definisi masalah yang bijaksana dan realistis serta cara-cara kreatif untuk mengumpulkan data adalah penting dalam penelitian tindakan.

Anda mungkin juga menyukai