Anda di halaman 1dari 3

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (HUTAN BAKAU) UNTUK PENCEGAHAN ABRASI AIR LAUT DI KAWASAN

PANTURA Pada musim pancaroba, gelombang laut pantai utara pulau Jawa bisa mencapai 3 meter lebih. Kondisi ini berbahaya bagi pelayaran, nelayan tangkap dan abrasi pantai yang menimbulkan kerugian besar bagi petani tambak, pariwisata dan lain-lain. Hal ini harus dicegah dengan menghutankan mangrove, terutama sepanjang 250 km pantura mulai Tuban, Lamongan sampai Gresik dengan bentang hutan mangrove selebar 25 meter dari garis pantai saat surut terendah. Kerusakan hutan mangrove bisa disebabkan beberapa hal seperti abrasi air laut yang besar, pembabatan hutan mangrove dan kepentingan peruntukan lain seperti tambak dan dermaga pelabuhan laut. Potensi hutan mangrove cukup banyak seperti pengendali plasma nutfah, penyanga abrasi pantai, penyeimbang ekosistem estuaria, tempat pemijahan ikan dan burung dan lain-lain. Permasalahan yang akan dikaji adalah : (1) Kerusakan hutan mangrove cukup parah sepanjang pantura; (2) Berbagai kepentingan terkait dengan peruntukan pantura yang berdampak pada kerusakan lingkungan pantura. Tujuan penelitian ini adalah menyusun rumusan kebijakan yang dapat diterima seluruh masyarakat tentang model pengelolaan hutan bakau yang dapat menguntungkan semua pihak. Penelitian ini dilaksanakan pada sepanjang kawadan pesisir pantai di wilayah kabupaten Tuban, kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 1. primer 2. dengan metode SPSS seri 16. 3. Analisis data kuantitatif menggunakan SEM dan analisis data kualitatif menggunakan metode Snowball pada titik-titik pengamatan dan stakeholder yang berinteraksi dengan pantura. Hasil pendataan diolah Pendataan wawancara langsung secara dengan

Effect, sehingga dapat dirumuskan model implementatif pengelolaan hutan mangrove di pantura Jawa Timur.

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah. 2. Masyarakat di tiga kabupaten sepanjang pesisir pantai Utara Jawa Timur berkeinginan untuk ikut aktif membantu Pmerintah dalam penanaman (reboisasi) hutan mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi air laut dan keseimbangan ekosistem pantai. 3. Model implementatif pengembangan hutan mangrove yang dikehendaki masyarakat dan diterapkan pada kabupaten Tuban dan kabupaten Lamongan adalah menciptakan kemitraan antara masyarakat pesisir dan pemerintah. Pemerintah menyediakan bibit mangrove berkualitas dan dari jenis spesifik lokasi, sedangkan masyarakat berperan dalam penanaman dan pemeliharaan. 4. Model implementatif yang diharapkan masyarakat di kabupaten Gresik adalah penanaman bibit dari Pemerintah oleh rakyat dengan lebih memfokuskan teknis penanaman pada kawasan pertambakan 5. Jenis tanaman mangrove yang diharapkan masyarakat di kabupaten Tuban dan kabupaten Lamongan adalah jenis Avicennia, Sonneratia, Brugueria, Ceriops dan ditambah dengan jenis tanaman Formasi Baringtonia seperti Callophylum, inophylum (nyamplung), Erytrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang) dengan pola penanaman struktur pemotong arus sejajar pantai tegak lurus garis pantai (grain). 6. Hasil penelitian dan pengembangan model pengelolaan hutan mangrove sangat diharapkan oleh masyarakat agar dapat mencegah secara signifikan potensi abrasi air laut Implementasi program yang berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove merupakan kewajiban dari

(erosi marine) yang terjadi disepanjang pesisir kawasan Pantura Jawa Timur, demikian pula oleh berbagai pihak yang berkepentingan mengingat potensi jalur Pantura (Panatai Utara) Jawa Timur merupakan kawasan percepatan pertumbuhan ekonomi dan industri tambang, manufaktur yang bernilai strategis bagi bangsa Indonesia. Disamping itu, eksistensi kokoh hutan mangrove diyakini akan membantu mempertahankan eksistensi jalur jalan raya antar propinsi dari ancaman abrasi air laut. Rekomendasi : 1. Perlunya pemerintah melalui dinas teknis terkait menetapkan jenis dan sebaran varietas mangrove spesifik lokasi untuk dikembangkan di setiap wilayah pesisir pantai Utara Jawa Timur, mengingat kondisi eksisting pantai di tiga wilayah kajian terbukti menunjukkan keberagaman hutan mangrove yang berbeda beda. 2. Dalam merehabilitasi hutan mangrove untuk mencegah abrasi air laut di sepnajang pesisir pantai Utara Jawa Timur mutlak perlu melibatkan peranan aktif masyarakat pesisir dalam proses penanaman dan pemeliharaan, tentunya dengan jenis dan mutu bibit yang sesuai serta bermutu tinggi. 3. Teknis penanaman di kabupaten Tuban dan kabupaten Lamongan sebaiknya menggunakan system trap; dimana penanaman dimulai secara bertahap dengan jenis tanaman formasi Barington kemudian masuk ke laut dengan jenis bakau spesifik lokasi. 4. Teknis penanaman di kabupaten Gresik seyogyanya berupa pengutan wilayah pertambakan dan kemudian masuk ke laut melalui muara muara sungai yang ada. Jenis tanaman yang diperlukan adalah jenis mangrove sejati seperti Avicennia, Sonneratia, Bruguiera dan Ceriops. 5. Program penanaman mangrove sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan dengan membentuk badan khusus untuk pengadaan bibit dan pendampingan kepada masyarakat di bawah salah satu Departemen teknis terkait

Anda mungkin juga menyukai