8 368214845111
8 368214845111
1.1.
Roda Gigi Secara Umum Roda gigi secara umum merupakan suatu mekanisme yang dipergunakan
untuk memindahkan elemen mesin yang satu kegerakan elemen mesin yang lain. Selain itu roda gigi juga berfungsi mengubah jumlah putaran dan momen putar mesin, daya mesin serta mengatur keduanya untuk kebutuhan kerja mesin. Ketika kendaraan mulai berjalan diperlukan tenaga yang besar, setelah kendaraan berjalan bukan tenaga lagi yang diperlukan melainkan kecepatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan trnsmisi yang lebih dari berbagai tingkat perbandingan gigi. Sebuah kotak transmisi pada prinsipnya terdiri atas tiga bagian, yaitu : Poros penggerak Poros yang digerakkan Rangka pengikat Transmisi tersebut ditetapkan antara clutch dengan propeller shaft (FRType)atau antara clutch dengan drive shaft (FF-Type).
ELEMEN MESIN II
~ Putaran shaft gear (B) lebih lambat ~ Momen shaft driven lebih besar ~ Arah putaran shaft gear (B) searah dengan shaft gear (A) Begitu pula sebaliknya jika gear besar sebagai drive dan gear yang lebih kecil sebagai driven maka akan diperoleh : ~ Putaran shaft driven lebih cepat ~ Momen shaft driven lebih kecil ~ Arah putaran driven searah dengan driven Putaran driven shaft yang menjadi lebih lambat atau lebih cepat dan momen yang menjadi lebih kecil atau lebih besar, tergantung dari jumlah gear pada pemutar (drive) dan diputar (driven), perbandingan ini disebut gear ratio.
Gear Ratio = Driven Gear/Drive Gear Kecepatan putar Driven Shaft = (1/Gear Ratio) x Kecepatan Drive Shaft Momen Driven Shaft = Gear Ratio x Momen Driven Shaft
1.3 Fungsi , Kategori Dan Jenis Transmisi Pada Kendaraan Adapun fungsi dari sistem transmisi pada kendaraan bermotor antara lain: Mengatur kecepatan kendaraan sesuai dengan beban dan kondisi jalan. Merubah arah putaran roda, sehingga kendaraan dapat berputar maju dan mundur. Memutuskan dan menghubungkan putaran kendaraan sehingga kendaraan dapat berhenti walaupun mesin dalam keadaan hidup. Sedangkan pada sistem transmisi dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Transmisi langsung dimana sebuah piringan atau roda pada poros yang satu dapat menggerakkan roda serupa pada poros kedua melalui kontak langsung (roda gesek dan roda gigi). 2. Elemen sebagai penghubung sementara, dimana gerakkan poros pertama akan menggerakkan poros kedua menggunakan elemen penghubung antara (Sabuk dan rantai).
ELEMEN MESIN II
Adapun jenis transmisi yang digunakan pada kendaraan dapat digolongkan sebagai berikut : Selective Gear Transmission Automatic Transmission Planetary Gear Transmission
Klasifikasi Roda Gigi Roda gigi dapat diklasifiasikan menjadi beberapa bagian antara lain : a. Ditinjau dari letak poros Roda gigi dengan poros sejajar Roda gigi dengan poros berpotongan (intersection) Roda gigi dengan poros silang b. Ditinjau dari bentuk alur gigi Roda gigi lurus Roda gigi miring Roda gigi miring ganda c. Ditinjau dari arah putaran Roda gigi luar (arah putaran berlawanan) Roda gigi dalam dan piyon (arah ptaran sama) Rack and pinyon (gerak lurus dan berputar) d. Ditinjau dari bentuk gigi Roda gigi kerucut lurus Roda gigi kerucut spiral Roda gigi kerucut zerol Roda gigi kerucut miring Roda gigi kerucut miring ganda e. Ditinjau dari kecepatan keliling roda gigi Vc < 3 (m/s) 3 < Vc 15 (m/s) Vc > 15 (m/s) ; kecepatan rendah ; kecepatan sedang ; kecepatan tinggi
ELEMEN MESIN II
f.
Ditinjau dari type roda gigi Roda gigi cacing silindris Roda gigi cacing selubung ganda Roda gigi cacing samping Roda gigi miring silang Roda gigi hiper boloid Roda gigi hipoid
g. Ditinjau dari posisi pada permukaan Roda gigi Gigi lurus (straight) Gigi miring (inclived) Gigi kurva (curve)
ELEMEN MESIN II
ELEMEN MESIN II
f. Interlock Sistem Dalam pengoperasian transmisi, setiap tingkat kecepatan hanya boleh terjadi satu gear yang masuk (satu sleeve hub yang berkaitan dengan main gear) karena setiap main gear mempunyai gear ratio yang berbeda, untuk maksud tersebut pada transmisi dipasang interlock pin dan ball seperti yang digunakan pada transmisi. Cara kerja : Bila salah satu fork digerakkan (misalnya fork untuk kecepatan mundur) maka interlock ball akan menekan interlock pin, selanjutnya interlock pin menekan interlock ball, sehingga fork shaft untuk light speed dan fork shaft low speed tidak dapat bergerak. g. Location Ball Dalam pengoperasian transmisi, gear yang sudah masuk (sleeve hub yang sudah berkaitan dengan main gear) diusahakan agar tidak kembali keposisi netral dengan sendirinya. Begitu pula gerakan dari fork juga harus dibatasi sesuai dengan gerakan sleeve, sehingga pengemudi dapat merasakan gear yang sudah masuk atau belum. Untuk maksud tersebut digunakan location ball pada setiap fork shaft yang selalu ditekan oleh spring. Cara kerja : Pada setiap fork shaft terdapat 2 atau 3 groove, pada grove tengah menunjukkan posisi netral. Bila fork shaft digerakkan maka location ball akan tertekan keatas oleh shaft dan selanjutnya ball tersebut akan masuk pada groove lainnya. Posisi I Low sleeve hub digeser ke belakang sehingga berkaitan dengan low main gear, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : Input shaft transmission (drive gear) Counter gear (counter driven gear) counter low gear low main gear low sleeve hub low clutch hub main shaft (output shaft).
ELEMEN MESIN II
Gear Ratio = (counter driven gear / driven gear) x (2nd main gear / counter 2nd
gear).
Posisi II Low sleeve digeser kedepan sehingga berkaitan dengan second main gear, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : Input shaft transmission (drive gear) counter gear (counter driven gear) counter 2nd gear 2nd main gear low sleeve hub low clutch hub main shaft (output shaft). Gear Ratio = (counter driven gear / drive gear) x (2nd main gear / counter 2nd gear) Posisi III
High sleeve hub digeser kebelakang hingga berkaitan dengan third main gear, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : Input shaft transmission (drive gear) counter gear (counter driven gear) 3rd main gear high sleeve hub high clutch hub main shaft (output shaft). Gear Ratio = (counter driven gear / driven gear) x (3rd main gear / counter 3rd gear). Posisi IV High sleeve hub digeser kedepan sehingga berkaitan dengan drive gear pada input shaft transmission, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : Input shaft transmission (drive gear) high sleeve hub high clutch hub main shaft (output shaft). Gear Ratio = 1.000 Posisi V 5th dan sleeve hub digeser kebelakang sehingga berkaitan dengan main gear, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : input shaft transmisson (drive gear) counter gear (counter driven gear) counter 5th gear 5th main gear 5th dan reverse clutch hub main shaft (output shaft).
ELEMEN MESIN II
Gear Ratio = (counter driven gear / driven gear) x (5th main gear / counter 5th gear).
Posisi Reverse (mundur) 5th dan reverse sleeve hub digeser kedepan sehingga berkaitan dengan reverse gear, maka putaran dari clutch akan dipindahkan sebagai berikut : Input shaft transmission (drive gear) counter gear (counter driven gear) counter reverse gear reverse idle gear reverse gear 5th dan reverse sleeve hub 5th dan reverse clutch hub main shaft (output shaft). Gear Ratio = (counter driven gear / drive gear) x (reverse gear / counter reverse gear).
ELEMEN MESIN II