Anda di halaman 1dari 1

InfoBuku

Dunia Penyiaran Setelah Orba Tumbang


SeTeLah rezim otoriter Orde Baru (Orba) Dari berbagai pembahasan tentang sistumbang pada tahun 1998, bagaimana dunia tem penyiaran di beberapa negara, maka dapat penyiaran di negeri ini sekarang? Ternyata, dibuat dua klasifikasi, yakni sistem penyiaran demikian penulis buku ini, sedang berhenti. demokratis yang menempatkan pemikiran Bukan saja sektor industri dan institusinya, dasar bahwa publik pemilik frekuensi, dan yang tetapi justru di ranah paling fundamental, yakedua adalah klasifikasi sistem penyiaran yang kni sektor kebijakan. Maka lahir dan ditetapotoriter yang menempatkan kekuasaan mutlak kannya UU No 32/2002 tentang Penyiaran pada pemerintah melalui kementerian tertentu, merupakan momentum signifikan bagi bergesbaik selaku regulator maupun eksekutor. ernya konfigurasi sistem penyiaran dari model Bagaimana dengan sistem penyiaran di Inotoritarian ke model berikutnya. doensia setelah hancurkan rezim Orba? MenuDengan penjelasan rinci, diawali dengan rut penulis buku ini, ada beberapa gagasan yang hal paling fundamental, yakni pengertian dan melandasi desakan untuk merevisi total UU definisi penyiaran dan sistem penyairan, buku No 24/1997. Undang-undang itu dinilai terlalu ini menjelajah berbagai persoalan di protektif. Sedikitnya 27 pasal dalam Judul Buku : REGULASI PENYIARAN dunia penyiaran. Selanjutnya, dari dua UU itu berisi larangan dan tak satu Dari Otoriter ke Liberal unsur kata penyiaran dan sistem dapat pun pasal yang menyebutkan hak-hak Penulis : Masduki disimpulkan, bahwa sistem penyiaran Penerbit pengelola penyiaran. : LKiS Yogyakarta adalah rangkaian penyelenggaraan Tahun Bagi para pelaku dunia penyiaran, : 2007 penyiaran yang teratur dan menggam- Tebal maupun para pemerhati, UU No : x + 290 barkan interaksi berbagai elemen di 24/1997 ini adalah salah satu UU paldalamnya, seperti tata nilai, institusi, individu, broadcaster dan ing kontroversial ketika dibahas di DPR. Menteri Penerangan RI program siaran. Sistem penyiaran melingkupi pula prosedur dan R Hartono, mengatakan, presiden belum menandatangani UU itu aturan main, undang-undang (hal 4). sebab masih ada sejumlah pasal yang perlu didiskusikan kembali. Lantas bagaimana dengan kepemilikan dan pengelolaan Agar lebih sempurna. UU itu pun dikembalikan ke DPR yang media penyiaran? Berdasarkan teori penting yang digagas intinya meminta secara resmi DPR mengkaji kembali pasal-pasal Joseph R.Dominick, sistem kepemilikan dan pengelolaan tertentu dalam RUU yang telah disetujui DPR itu. media penyiaran di berbagai negara, umumnya tidak terpusat Ketika UU No 24/1997 diundangkan 29 September 1997, pada satu pihak dalam masyarakat. disambut dengan hati mendua oleh praktisi penyiaran. Selain Ketika rezim Orba berkuasa, frekuensi dikuasai sepedisambut bahagia karena ada seperangkat UU yang mengatur nuhnya oleh segelintir elit di lingkaran kekuasaan. Seirpenyiaran, setelah selama ini hanya diatur melalui Keputusan ing dengan runtuhnya Orba, sistem kontrol rezim itu runtuh Menteri, namun juga prihatin karena UU itu tidak lebih seditandai dengan likuidasi Departemen Penerangan, yakni denbagai belenggu baru bagi dunia penyiaran. gan mengembalikan kodrat frekuensi sebagai milik publik. Namun, sejarah berkata lain. Dengan bergulirnya waSebab, pada masa Orba, hak milik publik dirampas sehingga cana revisi secara nasional, eksistensi dan wibawa UU yang masyarakat tidak bisa menuntut akuntabilitas setiap pengelumestinya efektif berlaku mulai 29 September 1999, hilang aran lisensi di berbagai kebijakan penyiaran, melalui mekanterbawa angin reformasi. (hal 123). isme yang obyektif. Demikianlah, meski dalam perjalanannya, secara historis Membandingkan sistem penyairan di berbagai negara, kebutuhan merevisi total UU No.24/1997 tentang penyiaran misalnya Amerika Serikat, Perancis, Afrika Selatan, Ingtidak lepas dari semangat reformasi dalam berbagai bidang gris, Australia, Kanada dan negara ASEAN, dipaparkan pula kehidupan bernegaran pascajatuhnya rezim Soeharto bulan bagaimana perbedaannya dengan Indonesia. Mengacu UU Mei 1998. No.24/1997, sistem penyiaran Indonesia terpusat pada keGerakan sistematis merevisi UU No.24/1997 antara lain wenangan mutlak pemerintah (state centered). dimotori oleh organisasi Masyarakat Pers Indonesia (MPI)
Edisi: 010/Ferbuari 2008 | 11

Anda mungkin juga menyukai