Anda di halaman 1dari 48

Prof. Dr.Ing.

Johannes Tarigan Semester B

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FT USU

ANALISA STRUKTUR LANJUTAN


PROF DR.-ING JOHANNES TARIGAN

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Bab 1: Pendahuluan 1.1 Pengenalan Torsi Dalam analisa struktur selain Momen, Gaya Lintang dan Normal, maka Torsi akan menjadi salah satu yang menentukan dalam disain struktur bangunan. Dalam buku ini akan dibahas khusus hanya Torsi saja. Torsi pasti akan terjadi pada konstruksi portal tiga dimensi atau pada konstruksi grid. Untuk itu dalam buku ini akan dipaparkan bagaimana perletakan Torsi, Bidang torsi, sudut puntir akibat torsi dan tegangan torsi. Tegangan torsi secara umum dibagi 3 yakni sbb: 1. Tampang tebal, seperti tampang Lingkaran, persegi, segitiga.

2. Tampang tipis terbuka, seperti profil I, WF, canal, dll

3. Tampang tipis tertutup, seperti tampang hollow, box, dll

Dalam buku ini akan dibahas tentang tegangan torsi untuk ketiga jenis tampang ini. 1.2 Sistem Koordinat Dalam perhitungan di buku ini system koordinat searah sumbu batang secara umum dinamakan sumbu Z sedangkan kearah lainnya adalah sumbu X dan Y. Sedangkan untuk perpindahan (displacement) searah sumbu X adalah u dan searah sumbu Y, Z adalah v, w.

X u Y Z v w

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Untuk perputaran sudut dengan sumbu putar x, y dan z adalah , dan . Khusus torsi putaran sudut yang diakibatkan Torsi disebut juga sudut puntir (twist) . 1.3 Perletakan Torsi Pada jenis perletakan tanpa torsi dikenal dengan rol lihat gambar 1 dimana Y = 0 yang berarti pada perletakan tidak diperbolehkan bergerak kearah sb y sedangkan kesumbu x boleh.
Y

Z 0

Gambar 1 : perletakan rol

Kemudian perletakan selanjutnya adalah sendi yang dapat dilihat digambar 2 dimana X = 0 dan Z = 0 yang berarti pada perletakan tidak diperbolehkan bergerak ke sumbu x dan sb y.
Y
Y

Z 0

Gambar 2: perletakan sendi

Gambar 3: perletakan jepit

Pada gambar 3 perletakan jepit berlaku X = 0 , Z = 0 dan = 0 yang berarti pada perletakan tidak diperbolehkan bergerak kearah sb x dan sb y, demikian juga perputaran sudut pada perletakan sama dengan nol

Khusus pada torsi maka diadakan simbol perletakan seperti pada gambar 4 yang mana pada perletakan jeit torsi ataupun sudut puntir = 0 dan gambar 5 adalah perletakan yang bebas Torsi.

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Y
Y

Z Gambar 4 : perletakan jepit pada torsi


Gambar 5

Z
:Perletakan bebas pada torsi

I.3. Penggambaran bidang Torsi

Momen torsi terpusat Mt dapat dibuat dengan simbol seperti pada gambar 6, yakni Momen Torsi dengan dua tanda panah dapat dibuat dengan seperti 1 tanda panah dengan rotasi 90 derajat dengan menambah 1 garis ditengah tanda panah tersebut. Sedangkan untuk momen Torsi terbagi rata mt dapat dibuat seperti gambar 7.

Mt

Mt

Mt

L G ambar 6: Torsi terpusat

Gambar 7 Torsi terbagi rata

Dalam penggambaran bidang torsi dapat dilakukan sama seperti menggambarkan gaya lintang seperti pada gambar 8 a , b dan c. ` a
L MT c b MT

L
MT

L +

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

mT

A
+

Gambar 8 : a. Bidang Torsi Terpusat pada overhang, b. Bidang Torsi Terpusat pada balok diatas 2 perletakan dan c. Bidang Torsi terbagi rata pada balok.

` Penggambaran tanda bidang momen sama seperti menutup dan membuka skrup. Kalau arah Momen Torsi kearah menutup maka digambarkan negatif dan kalau kearah membuka maka digambar positif.
I.4. Analogi antara Torsi dengan Normal

Pada Tabel 1 dapat dilihat analogi antara Torsi dan Normal seperti pada Hukum Hooke yang mana regangan adalah N = EF dimana regangan sangat tergantung kepada Normal. Sedangkan regangan geser adalah M = T GJ T dan regangan geser sangat tergantung kepada Torsi.

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Normal Elemen dengan Gaya N n N+dN Mt

Torsi mt Mt +dMt

dz

dz

Persyaratan keseimbangan

dN = n dz
w+dw
dz dw

dMt = mT dz

Deformasi pada ele- w men

dz

+d

dw N = = dz EF
Deformasi pada batang dw = dw =

M d == T dz GJ T

N dz + c EF

=
=

MT dz + c GJ T

N z = .z EF

MT z = .z GJ T

Tabel 1: Analogi antara Normal dan Torsi.

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

BAB II: TORSI PADA TAMPANG BULAT

II.1 Umum Suatu tampang bulat jika mengalami Torsi permukaan tampang tidak berubah bentuk seperti gambar dibawah. Tidak berubah bentuk dalam arti kata bahwa tampang mempunyai luas dan bentuk yang sama baik sebelum dan sesudah terjadi Torsi. Ada istilah yang digunakan dalam Torsi yakni tidak terjadi Warping (perubahan bentuk pada tampang).

Gambar II.1 :Torsi pada tampang bulat.

II.2.

Menghitung Inertia Polar, Tegangan geser dan sudut puntir akibat Momen Torsi

Untuk menghitung Inertia Polar (centroidal polar momen of Inertia), dapat dilihat ilustrasi dari gambar II.1 dimana ada Momen Torsi bekerja sebesar Mt. Maka berlaku persamaan sbb:
Mt dA

MT = . dv

Dimana dv = . dA dv = Tegangan Torsi seluas da. dA = Luas = tegangan geser

: jarak dari pusat lingkaran ke titik tertentu r : radius

Gambar II.1 : penampang bulat mengalami Torsi.

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Maka

MT = . . dA

Untuk mendapat hubungan regangan geser ( ) dan sudut puntir () maka dapat dilihat digambar II. 2. Maka berlaku persamaan
max.L

=r.

L
max.

max. =

r. L
max.

r =

. r = . max. = max. . r

Gambar II. 2 : hubungan antara sudut puntir dengan regangan geser Dari Hukum Hooke berlaku persamaan = G . = G . max. .

MT = .G. max MT = Gmax Dimana J =

. dA

2
r

dA =

max
r

dA =

max
r

1 r 4 2

adalah Inertia Polar untuk tampang bulat.

= 2 . dA = x2 . dA + y2 . dA= Ix + Iy = Ix + Iy
= 1 r4 + 1 r4 4 4 8

Hanya untuk tampang bulat (lingkaran)

Analisa Struktur Lanjutan

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

1 r4 2

Sedangkan tegangan geser didapat


max =
MT .r

max =

r. L sedangkan,

max =

MT . r

max
maka :

= G . max = G. r. L MT =G. L

dari persamaan diatas didapat sudut puntir (angle of twist)


MT . L

= Kesimpulan :

G.

- Tampang lingkaran : = r4

max

MT . r

MT

MT . L = G.

max

Gambar tegangan geser akibat momen torsi dapat dilihat di gambar II.3.

max

max

Gambar II. 3 : a.diagram tegangan pada tampang bulat, b. Trayektori tegangan dan c. Tampang yang tidak mengalami warping
Analisa Struktur Lanjutan 9

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Inertia Torsi tampang Ring

JT =

32

(D 4 d 4 )

d D

Contoh soal :

L=2m A P=2t C B

L1=1.5 m

Ditanya: a. Tentukan Bidang Torsi pada AB b. Tentukan sudut puntir pada titik B, jika batang AB adalah tampang bulat dengan r = 15 cm dan E=26000 MN/m2, =0.2 c. Hitunglah lendutan pada titik C d. Hitunglah tegangan yang terjadi akibat torsi pada batang AB, kemudian hitunglah tegangan maximum akibat Torsi dan Gaya Lintang Jawab: a.
A Mt=3tm B

Bidang Torsi

3tm

Analisa Struktur Lanjutan

10

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

b. sudut puntir =

MtL GJ

Mt = 3 t m= 300.000 kgcm= 3.000.000 Ncm L = 2 m = 200 cm J = r4 = 79481.25 cm4


G= E =10833.33 MN/m2 = 10833.33 x 1000000/10000 =1083333.33 N/cm2 2(1 + ) 360 0 = 0,3990 2

Maka = 0,006968 radial = 0,006968 *

c.

3 PL1 Lendutan pada titik C jika pada B di jepit 1 = 3EI

P= 2 ton = 2000 kg=20.000 N L1= 1,5 m =150 cm E=26.000 MN/m2= 2.600.000 N/cm I = r4= 39740.625 cm4

1 = 0,218 cm

Lendutan pada titik c jika dilepas P= 2 ton = 2000 kg=20.000 N L2= 2 m =200 cm E=26.000 MN/m2= 2.600.000 N/cm I = r4= 39740.625 cm4

2 =

PL3 3EI

2 = 0.516 cm

Lendutan akibat adanya Torsi

3 = L1 * tg = 150*0,006968=1.0452 cm
Dengan demikian lendutan dititik c adalah = 1 + 2 + 3 = 1.7792 cm

Analisa Struktur Lanjutan

11

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

e. Tegangan Torsi ZX = ZY =

Mt 3000000 r = 15 =566,17 N/cm2 J 79481.25

ZY = 566,17 N / cm 2

ZX = 566,17 N / cm 2

Akibat Gaya Lintang ZY =

2 4 Q a 1 3 r 2 r

ZY max(a =0) =

N 4 Q 4 20000 = =37,745 2 3 A 3 15 cm 2

ZY = 37,745

N cm 2

Maka tegangan geser ZY = ZY (torsi ) ZY (L int ang ) =603,915

N cm 2

Analisa Struktur Lanjutan

12

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

BAB III Persamaan pada Torsi


III.1 Fungsi Torsi

Fungsi torsi gunanya adalah untuk dapat menghitung tegangan pada tampang tebal, tampang tipis tertutup dan terbuka. Untuk menentukan fungsi torsi digunakan persamaan keseimbangan pada elemen tiga dimensi seperti gambar III.1.
Z

z zy yz
Z

zx = xz
X

zx
Y

zy = yz yx = xy

xz x

yx xy

y X

Gambar III.1:keseimbangan tegangan pada sebuah elemen

Dari gambar III.1 diseberangnya secara keseluruhan terdapat pada sumbu x ada tegangan x + x, xz+xz dan xy+xy, demikian pada seberang arah sumbu y ada y + y, yz+yz dan yx+yx dan pada arah sumbu z ada z + z, zy+zy dan zx + zy Dengan merubah tegangan menjadi gaya dimana gaya adalah tegangan dikali luas, maka dengan membuat persamaan keseimbangan gaya kearah diperoleh sbb: X = 0
( X + X X ).y.z + ( ZX + ZX ZX ).y.x + ( YX + YX XY ).x.z X .x.y.z = 0

X, Y dan Z maka

Analisa Struktur Lanjutan

13

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

X ZX YX + + +X =0 X Z y
Y = 0
( Y + Y Y ).x.z + ( ZY + ZY ZY ).x.y + ( XY + XY XY ).z.y Y .x.y.z = 0

Y ZY XY + + +Y = 0 Y Z X
Z = 0
( Z + Z Z ).x.y + ( YZ + YZ YZ ).x.z + ( XZ + XZ XZ ).y.z X .x.y.z = 0

Z YZ XZ + + +Z =0 Z Y X
Berdasarkan teori St. Venannt bahwa jika ada torsi maka yang tegangan yang bekerja adalah zx dan zy saja. Maka x = y = z = xy = 0, zx = xz , zy = yz , yx = xy dan X=Y=Z=0

ZX = 0 .........................................( a ) Z ZY =0 Z
..( b )

ZY ZY + =0 Y X

..( c )

Dengan persamaan cauchy.

ZX =

( x, y ) y ( x, y ) x

ZY =

Memenuhi persamaan c.

Analisa Struktur Lanjutan

14

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Dari hukum Hooke diketahui

X = Y = Z =

u 1 = [ X ( Y + Z )] x E v 1 = [ Y ( Z + X )] y E w 1 = [ Z ( X + Y )] x E
u y XY + = y x G u w ZX + = z x G

XY = ZX =

ZY =

v w ZY + = z y G

Khusus Torsi :

X = Y = Z = 0 XY = 0
u w ZX = G + z x y w ZY = G + z y

Lihat gambar dibawah :


Y,v i

- ui i vi ri ri yi

X,u xi Analisa Struktur Lanjutan 15

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

u i y i ri .i = = vi xi ri

y ( x, z ) = x. ( z )
u ( y, z ) = y. ( z )
Dari

w =0 z

maka w (x,y,z) = . (x,y) dimana (x,y) = fungsi Warping

maka :

u w ZX = G + z x

dimana

u ( y, z ) = y. ( z ) dan w (x,y,z) = . (x,y)

= (regangan sama dengan turunan pertama sudut puntir)

ZX = G y. ' + '

( x, y ) ' = G x y x

ZX = G ' 1 y x.y 2 = G ' 1 2 y x.y v w ZY = G + z y

dimana

ZX =

dimana v = x . (z) dan w = (x,y) = . (x,y)

ZY = G x. ' + ' = G ' x + y y ' = G x. ' + ' = G x + y x y 2 = G ' 1 + 2 x x.y

dimana ZY =

Persamaan (1) dan persamaan (2) dikurangkan :

Analisa Struktur Lanjutan

16

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

2 = G ' 1 + 2 x.y y 2 = G ' 1 + 2 x x.y -

2 2 + 2 = 2G ' 2 x y

fungsi torsi disebut fungsi Torsi.

III. 2. Soap Film Analogi

Berdasarkan teori Prandl bahwa persamaan membran/soap film analogi (persamaan kulit sabun). Dimana jika ada gaya p(x,y) seperti gambar dibawah maka akan terjadi perpindahan sebesar w.
P (x,y) H H

X dy dx

Y Analisa Struktur Lanjutan 17

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Dari teori Prandl maka persamaan perpindahan adalah

P 2w 2w + 2 = 2 H x y

Penyelesaian persamaan ini dapat diselesaikan dengan deret forrier.

III.3 Fungsi torsi pada Tampang empat persegi.

s s

Fungsi perpindahan untuk tampang membran persegi dengan ukuran 2s x 2t menurut [Thimosenko and Goodier,1986] adalah:

w=

n n =1, 3, 5,.......

cos

nx Yn 2t

dimana bn adalah bilangan konstanta, sedangkan Yn adalah fungsi y.


n nx w = bn sin Yn 2t x n =1, 3, 5.... 2t

2w n 2 2 nx = bn cos Yn 2 2 2t x 4t n =1, 3, 5...

Sedangkan
nx ' w = bn cos Yn 2t y n =1,3,5.... nx '' 2w = bn cos Yn 2 2t y n =1, 3, 5...

Analisa Struktur Lanjutan

18

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Sedangkan

P P 4 ( 1)( n1) / 2 cos nx = H 2t n =1, 3, 5.. H n

Maka diperoleh

n =1, 3, 5...

bn

nx '' P 4 n 2 2 nx ( 1)( n1) / 2 cos nx Yn = cos Yn + bn cos 2 2t 2t 2t 4t n =1, 3, 5... n =1, 3, 5.. H n
nx '' P 4 n 2 2 nx ( 1)( n1) / 2 cos nx Yn bn cos Yn = 2 2t 2t 2t 4t n =1, 3, 5.. H n n =1, 3, 5...

n =1, 3, 5...

bn cos

Yn''

P 4 n 2 2 ( 1)( n1) / 2 Yn = 2 H bn n 4t

Penyelesaian umum adalah

Yn = A sinh

ny 16 Pt 2 ny + B cosh + (1) ( n 1) / 2 3 3 2t 2t Hn bn

Jika penampang simetri maka A = 0.

Yn = B cosh

ny 16 Pt 2 + (1) ( n 1) / 2 2t Hn 3 3 bn ns 16 Pt 2 0 = B cosh + (1) ( n 1) / 2 3 3 2t Hn bn

Untuk

( Yn ) y = s

= 0 maka

ny cosh 2t 16 Pt (1) ( n 1) / 2 1 Yn = 3 3 Hn bn cosh ns 2t


2

Maka dengan dapatnya Yn maka persamaan lendutan membran pada tampang persegi akan menjadi ny cosh 2t nx 16 Pt (1) ( n 1) / 2 1 w = bn cos 3 3 2t Hn bn n =1, 3, 5,....... cosh ns 2t

Analisa Struktur Lanjutan

19

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

ny cosh 2t 16 Pt 1 nx w= cos ,....... n 3 (1) ( n1) / 2 1 3 2t H n =1,3,5 cosh ns 2t


2

Dihubungkan dengan persamaan Torsi diatas maka menyelesaikan persamaan torsi digunakanlah teori membran berdasarkan Prandl. Maka hubungan antara w dengan fungsi torsi dapat dikatakan setara seperti ditunjukan ditabel dibawah.

Apabila fungsi diketahui maka akan dapat dicari tegangan, dimana tegangan geser

sama dengan turunan pertama dari fungsi Torsi.


Prandl W Syarat batas W = 0 (sisi luas) Torsi Syarat batas = 0 (sisi luas)

w y
w x

= ZX y = ZY y

Dengan menggunakan rumus perpindahan (displacement pada membran pada teori soap film analogi maka didapat hubungan antara pada tampang persegi akan didapat 32Gt 2 ny cosh 2t 1 nx cos ,....... n 3 (1) ( n1) / 2 1 2t n =1, 3, 5 cosh ns 2t

P = 2G , maka fungsi torsi H

Analisa Struktur Lanjutan

20

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

III. 4 Hubungan antara Momen Torsi dan Fungsi Torsi


Y x zy z zx y X

M T = ( ZY . y ZX .x)dF M T = (

y .x)dF = y.dx.dy x.dx.dy x y x y

Integral Partial :
Xr

Xl

y xdx = .x .1.dx
Y

XL

XR X

y x.dx.dy = .x.dy .dx.dy y x.dx.dy = .dx.dy


analog :

pada xr dan xl (sisi luar), maka = 0

x x.dx.dy = .dx.dy

maka

M T = 2 .dx.dy = 2 .dA

Analisa Struktur Lanjutan

21

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Hubungan momen torsi dengan fungsi Torsi adalah sbb Mt = 2 dA

Dari persamaan tersebut diatas menyatakan bahwa Momen Torsi dua kali volume membran.

III.5 Pemakaian fungsi pada tampang lingkaran

Pada tampang lingkaran berlaku


2 dimana = 0 1 r

M t = 2V dimana V = * 2 * d

2 maka M t = 2 0 1 * 2 * d r M t = 0 * r 2 dan dari sini 0 =


Mt r 2

Dengan demikian fungsi torsi pada tampang lingkaran menjadi


2 Mt = 1 r 2 r

Analisa Struktur Lanjutan

22

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Bab 4 Torsi pada tampang Tebal

4. 1. Menentukan Inertia Torsi

Jika sesuatu tampang prismatik mengalami Torsi maka akan terjadi perubahan bentuk pada penampangnya atau disebut juga warping. Hal itu dapat dilihat digambar IV.1
Gambar IV.1: Tampang prismatik yang mengalami warping pada saat ada Torsi

Dengan bantuan teori soap film analogi maka Inergia torsi tampang sembarang dapat diturunkan dari rumus : 2 2 + 2 = 2G ' ( z ) 2 y x Kemudian =
MT M analog dengan = dimana = kelengkungan GJ EI d = dz = MT dz GJ

Maka
M T 2 dF = G G

=
0

M MT dz = T L GJ GJ

J=

dengan bantuan penyelesaian memakai teori Prandl maka : J= 4 .dx.dy 2 2 + y 2 y 2

Analisa Struktur Lanjutan

23

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

4.2 Tegangan torsi pada tampang lingkaran


Fungsi torsi pada tampang lingkaran menjadi =
2 Mt 1 r 2 r

d d

= 2M t

r
4

=Mt

1 r 4 2

=Mt

dimana J = 1 r 4 2

max = M t

r J

4.3 Tegangan torsi pada tampang persegi

Jika pada tampang bulat tegangan torsi linier maka pada tampang persegi tegangan torsi berbentuk parabola.

s s

Tegangan torsi :

ZX = G ' ZY = G '

y y

+ x x

Analisa Struktur Lanjutan

24

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Dengan methode soap film analogi maka zy dan zx dapat dihitung dari persamaan torsi 2 2 = 2G ' ( z ) + y 2 x 2 Jika fungsi diketahui maka tegangan torsi akan dapat dicari dengan dan ZX = x y

ZY =

Fungsi Torsi pada tampang persegi [Thimosenko and Goodier,1986]


ny cosh 2t 32Gt 1 nx = cos ,....... n 3 (1) ( n1) / 2 1 3 ns 2t n =1, 3, 5 cosh 2t
2

Maka didapat zy

ny cosh 2t 32Gt nx 1 = = sin ,5... n 2 (1) ( n1) / 2 1 3 ns 2t n =1,3 x 2t cosh 2t


2

zy

ny cosh 2t 16Gt nx 1 = = sin ,5... n 2 (1) ( n1) / 2 1 2 2t x n =1,3 cosh ns 2t

Jika x = s dan y = 0, maka didapat

max =

16Gt

16Gt 1 1 1 1 1 1 * 1 + 2 + 2 + .. 2 = 1 ,5... n 2 2 5 cosh ns 3 n =1,3,5.. n cosh ns n =1, 3 2t 2t

max

max

16Gt 16G 1 1 = * 8 2 2 n =1,3,5.. n 2 cosh ns 2t 16G 1 1 = 2Gt 2 n=1,3,5.. n 2 cosh ns 2t


2

Analisa Struktur Lanjutan

25

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Jika s>t, maka deret yang kanan bisa diabaikan sehingga diperoleh

max = 2Gt
Jika s=t

max

1 8 1 = 2Gt 1 2 + + ..... = 1,351Gs cosh 9. cosh 3 2 2

zy

zy

ny 1 cosh 2a 16Gt nx ( n 1) / 2 = = cos 1 dx.dy 2 (1) 2 n=1,3,5... n nb 2a x cosh 2a 3 4 32G(2s ) (2t ) 1 64G(2a) 1 nb == ,5... n 4 4 n=,5... n 5 tanh 2s 4 n =1, 3 1, 3 b

max.

Gambar IV.3: Tampang persegi mengalami tegangan akibat Torsi

Analisa Struktur Lanjutan

26

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Secara umum khusus untuk tampang persegi maka Inersia torsi :


J = . a . b3

Jika a/b 2, maka J dihitung dengan rumus J =

ab 3 b (1 0,630 ) a 3

max = . MT dimana = Sedangkan

ab 2

b = . max dimana b adalah tegangan pada sisi terpendek

Dimana , dan dapat dilihat pada tabel IV.2 berdasrakan perbandingan a dan b:

a b 1 1.5 2 2.5 3 4 5 6 8 10 ~

0,141 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,291 0,299 0,307 0,312 0,333

4.81 4.33 4.06 3.88 3.74 3.55 3.43 3.35 3.26 3.20 3.00

1.000 0.853 0.796 0.768 0.753 0.745 0.744 0.743 0.743 0.743 0.743

Tabel IV.2. Koefisien untuk mencari J , max, b pada tampang persegi

Analisa Struktur Lanjutan

27

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

4.4 Tampang Elips


M t x2 y2 2 + 2 1 a ab b

Pada tampang berdasarkan [..] elips fungsi torsi =

Dengan demikian tegangan yang terjadi

zx =

M = T2 y y ab
M = 2T x x a b

zy =

x b

max =
Untuk tampang elip didapat sbb: 2 MT ab 2

2M T ab 2

max =

J =

a 3b 3 a2 + b2

4. 5 Tampang Segitiga

Pada tampang segitiga maka fungsi torsi adalah

2 = G [1 (x 2 + y 2 ) 21a (x 2 3xy 2 ) 27 a 2 ] 2

Analisa Struktur Lanjutan

28

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

zx =

= 0 sedangkan zy = = +G ( x + y x

1 2a

6y

Contoh Soal: Suatu tampang persegi dengan tampang seperti dibawah dimana luas tampang sama seperti contoh soal pada tampang bulat
a

L=2m A P=2t C B L1=1.5 m b

Ditanya: Tentukan sudut puntir pada titik B, jika batang AB adalah tampang persegi dimana a/b=0,5 dan E=26000 MN/m2, =0.2 Hitunglah lendutan pada titik C Hitunglah tegangan yang terjadi akibat torsi pada batang AB, kemudian hitunglah tegangan maximum akibat Torsi dan Gaya Lintang Jawab: a.
A Mt=3tm B

Bidang Torsi

3tm

. sudut puntir =

MtL GJ

Mt = 3 t m= 300.000 kgcm= 3.000.000 Ncm


Analisa Struktur Lanjutan 29

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

L = 2 m = 200 cm ALingkaran= *r2= 3,14*(15)2=706,50 cm2 APersegi = a*b = 2b*b= 2 b2 Dengan demikian didapat b= 18.79 cm dan a:37,58 cm J= a b3, dari tabel dengan Maka Jpersegi = 57091,65 cm4 Jlingkaran = r4 = 79481.25 cm4 Dengan a/b=2 maka Jlingkaran= 1,39 x Jpersegi G = 1083333.33 N/cm2 3000000 * 200 =0,0097 1083333,33 * 57091,65 a = 2 maka = 0,229, maka J = 0,229*37,58*18,793 b

Besar sudut puntir =

b. Lendutan pada titik C jika pada B di jepit 1 = P= 2 ton = 2000 kg=20.000 N L1= 1,5 m =150 cm E=26.000 MN/m2= 2.600.000 N/cm I=

3 PL1 3EI

1 3 1 bh = 18,79 * 37,583 = 83. 102, 84 cm4 12 12


Io 0,218 cm = 0,104 cm I

Sedangkan tampang lingkaran Io = 39740.625 cm4

1 =

Lendutan pada titik c jika dilepas

2 =

PL3 3EI

P= 2 ton = 2000 kg=20.000 N L2= 2 m =200 cm E=26.000 MN/m2= 2.600.000 N/cm Io = r4= 39740.625 cm4
Io 0.516 cm = 0,247 cm I

2 =

Lendutan akibat adanya Torsi

3 = L1 * tg = 150* 0,0097=1.455 cm

Analisa Struktur Lanjutan

30

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Dengan demikian lendutan dititik c adalah = 1 + 2 + 3 = 1,806 cm Tegangan Torsi max = ZX = M T b= 18.79 cm dan a:37,58 cm Dari tabel jika a/b = 2, = 4,06 maka =
-4

c.

ab
2

= 3,05 x 10-4

Maka max = ZX = M T = 3,05 x 10 *3000000= 917,99 N/cm2

b = max dimana =0,796, maka b = 730,72 N/cm2


730,72

917,99

Akibat gaya Lintang =

N QS 3Q 3 20000 , max = = =42,48 bI 2 A 2 18,79 * 37,58 cm 2 N cm 2

Torsi + Gaya Lintang max= 917,99+42,48 = 960,47

Analisa Struktur Lanjutan

31

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Tampang Lingkaran

Tampang persegi a =2 b

Perbanding Lingkaran Persegi

Tampang dibagi

R=15 cm A=705,60 cm
2

a=37,58cm, b=18,79cm A=705,60 cm2 J=57091,65 cm4 Jo = 1,39 J pp

J = 79481.25 cm4

= 0,006968 rad
Akibat Torsi

= 0,009700 rad
Akibat Torsi

0 = 0,718 pp o = 0,62 pp o = 0,89 pp

max = 566,17 N / cm 2
Akibat Gaya Lintang N 4Q =37,745 3A cm 2

max = 917,99 N/cm2


Akibat Gaya Lintang N 3Q =42,48 2A cm 2

max =

max =

Akibat Torsi dan Lintang

Akibat Torsi dan Lintang

max = 603,915

N cm 2

max = 960,47

N cm 2

o = 0,63 pp

Analisa Struktur Lanjutan

32

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

V. Torsi pada tampang tipis terbuka V.1 Tampang tipis

Pada tampang tipis fungsi dapat dilihat seperti digambarkan dibawah, fungsi torsi seperti sebuah setengah silinder`
y a I-I z x

Pada tampang tipis berlaku =0 y = cx x dimana zx = 0 = G ' ( y) = 0 x + x) y

dimana zy = cx = G ' (

Pada gambar dibawah fungsi warping adalah = x. y


x y i

Dengan demikian

ZY =

= G ' 2 x x

maka fugsi torsi didapat

= G ' [x 2 c ]
2

b b Pada sisi luar x= maka = 0 , maka didapat c= 2 2

Analisa Struktur Lanjutan

33

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

2 b 2 Fungsi torsi akan menjadi = G x 2


'

b 2 Pada x=0 maka 0 = G ' 2

2 2 ' b 2 dF 2ab 3 0 2ab 3 G 2 = 1 ab 3 Maka J = = = ' ' ' 3 G G G Dengan demikian didapat bahwa Inertia Torsi pada tampang tipis adalah 1 J = ab 3 3 Untuk mengitung tegangan torsi diambil adri persamaan M = G ' 2 x , dimana G ' = T x JT

ZY =

Maka didapat

ZY =

6M T MT x , dari sini dapat diartikan abhawa tegangan 2x = JT ab 3

pada tampang tipis adalah linear. Pada x =


M 3M T b , tegangan geser maximum max = T b = 2 JT ab 2

max

Gambar V.4: Diagram tegangan geser pada tampang tipis

Analisa Struktur Lanjutan

34

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Dalam menghitung sudut puntir dapat dijabarkan dari Hukum Hooke dan tegangan torsi dengan =
MT L J .G

V.2. Tampang tipis terbuka dengan bermacam bentuk

Pada struktur bangunan banyak tampang tipis yang terbuka seperti bentuk kanal, INP, WF. Untuk menghindari kesalahan hitung maka secara umum profil tersebut dapat dipecah dalam berbagai bentuk seperti dibawah ini
s1 t1 dipisah

t2

s2 dipisah

t2

s3

Maka Inertia Torsi dapat dihitung dengan J =

1 si t ii 3 i

Sedangkan untung tegangan geser max =

MT max t i JT

Analisa Struktur Lanjutan

35

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

V.3

Tegangan Warping pada Tampang I

Suatu tampang I dapat dilihat digambar dibawah, dimana dimensinya dengan ketebalan flens atas dan bawah b1 dan b3 sedangkan ketebalan stegnya b2 .

a1 b1

b2

a2

b3 a3 Gambar V.1 Inertia torsi tampang I

Inertia torsi pada tampang I adalah :


n 1 3 1 1 1 3 3 J = a n bn = a1b13 + a 2 b2 + a3 b3 3 3 3 3 i =1

Jika suatu konstruksi dengan profil dibebani dengan MT seperti pada gambar V.1.a, maka bidang torsinya adalah paa gambar V.1.b, 2 MT B C

a. A b. MT

GIT

(-) (+)

MT

L/2

L/2

Gambar V.1. Bidang torsi Pada konstruksi diatas, diperhatikan batang AB, yang mana batang tersebut mengalami momen torsi MT. Karena profil adalah I maka perhatikan gambar V.2

Analisa Struktur Lanjutan

36

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

MT

M Tfl = +

M TP

Yang menyebabkan warping adalah M Tfl M Tfl

Pf1

=
t b Gambar V.2 Torsi pada tampang I Pada gambar V.2 diatas maka Pfl = M Tfl h

t1

Jika diperhatikan pada flens saja maka akan terjadi deformasi seperti gambar V.3 :

Analisa Struktur Lanjutan

37

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

a. b x,u

MT Pf1 = h z,w

fl

b.

Qf1

(+)

zx max. = Qf1

3.Q fl 2.t.b

c.

fl

z max. =

Mfl . b Jfl . 2

d.
W

fl

W=

b . fl 2

v= e. v h =

u fl h/2 2u h

ufl Pada gambar V.3, ada beberapa deformasi dan tegangan pada flens, yakni pada gambar V.3.b : tegangan geser, gambar V.3.c : tegangan lentur, sedangkan pada gambar V.3.c dan V.3.d terjadi putaran sudut dan lenturan. Secara umum pada flens berlaku : y" = Iy M Tfl dimana I fl = EI fl 2

Analisa Struktur Lanjutan

38

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

dari persamaan diatas maka berlaku : y ''' =

Pfl QTfl = EI fl EI fl

M Tfl = h Iy E 2

atau

2M Tfl d 3u = EI y h dx 3

dengan penulisan yang lain M fl =

EI y h d 3 u . 2 dx 3

EI y h h "" h jika u fl = seperti pada gambar V.3.e maka : M Tfl = . 2 2 2


EI y h 2

atau M Tfl =

. ""

dimana M Tfl disebut Momen Sekunder. Momen sekunder

hanya berperan untuk flens saja. Pada gambar V.3, solah-olah hubungan antara flens dan steg terputus, padahal tidak. Untuk itu maka perubahan bentuk profil I menjadi gambar V.4 Maka pada gambar V.4 akan berlaku M TP = G.J . MP disebut sebagai Momen Primer akibat torsi. M T = M Tfl + M TP

maka akan berlaku

EI y h 2

. "" + G.J . = M T

Persamaan tersebut adalah persamaan differential momen sekunder dan primer akibat torsi.
Analisa Struktur Lanjutan 39

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

V.3.

Penyelesaian Persamaan Torsi

2 MT L

M1 MT

_M2 +

M1 : Momen Sekunder M2: Momen Primer

Gambar 1: Bidang Torsi (Momen Sekunder dan Momen Primer)

MT = MS + Mp

EI y h 2

. "" + G.J . = M T dapat ditulis dengan EC w . "" + G.J . = M T


I yh2

dimana C w =

disebut juga sebagai konstanta warping

Persamaan diatas dijadikan

. ""

M M GJ . = T dapat ditulis dengan . "" 2 . = T EC w EC w EC w

Dimana

2 =

GJ EC w

Analisa Struktur Lanjutan

40

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B Kondisi perletakan :

Penyelesaian umum : = A. sinh z + B. cosh z + C + z

MT GJ

Mencari koefisien A, B dan C dengan boundary condition Pada z =0 maka sudut puntir = 0 0 = A. sinh 0 + B. cosh 0 + C + 0 0=B+C Pada z = 0 maka Momen lentur sama dengan nol dan = 0 = A sinh z + B cosh z 0 =B Dengan demikian C = 0 juga Pada z=l/2 , =0 MT GJ

' = A. . cosh z + B. . sinh z +

MT GJ

0 = A.. cosh

L MT + 2 GJ
MT GJ 1 cosh L 2

Maka didapat A =

Dengan didapatnya koefisien A, B dan C maka persamaan sudut puntir menjadi

Analisa Struktur Lanjutan

41

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

MT MT sinh z z = A. sinh z + z = L GJ GJ cosh 2


MT sinh z z Sehingga didapat persamaan sudut puntir adalah = L GJ cosh 2

Akibat M1 : (Tegangan Warping)


2 M1 = - E y . h 4

2 P = -EIy . h 4

. . .

1 h

b P = M1 h tf

Q = P = - E Iy . h 4 lintang

x=

b 4

w=

Q.S b.I

Q = -E Iy . S=A.X b . tf = 2 . b 2 tf = 8 I = Iy

h 4 .

b 4

b 2t f h EI Y . . 2 4 8 = E b h Maka didapat w = Iy 16 tf . 2 MT . cosh z = L GJ cosh 2

Analisa Struktur Lanjutan

42

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

M = T GJ

sinh z cosh L 2 2 cosh z cosh L 2

M = T GJ

Diagram tegangan w

w
Tegangan lentur (W)
M1 h

w =

Mf W

Mf M f .x = If If x

Mf EC w h d 2u h = dan u = maka M f = EI f = 2 h 2 2 dx EI f

Analisa Struktur Lanjutan

43

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

max pada x

b maka max = 2

Mf

EC w b b h 2 2 = If If

max =

Ebh 4
sinh z cosh L 2

M Dimana : = T GJ

Gambar diagram w

max = -

. Ebh 4

Akibat M2 : = maka : dimana = = M2 . t dimana M2 = G J. J ( G J. ) t = G. .t J MT GJ 1Cosh x Cosh L/2

Analisa Struktur Lanjutan

44

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B Diagram :

= G. .t

Catatan :

Sinh x = (ex e-x) . Cosh x = (ex + e-x) .

Analisa Struktur Lanjutan

45

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

VI Torsi pada tampang tipis tertutup :


Tegangan geser

r ds

dF = q.ds

dA m q q = .t t dimana : t = tebal q = shear flow = Tegangan geser dA dM0 = t . ds = dF . (r) = ( . dA) (r) = ( . t . ds) r = q . ds . r dAm dM0 MT = . r . ds =q. ds = 2 dAm r

2 dAm. r = 2 . q . dAm r

= dM0 = 2q . dAm

MT = 2 q Am MT 2 Am

q =

q =.t

MT 2 . Am . t

Analisa Struktur Lanjutan

46

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Inertia Bred

ds

.L r

Elemen ds d = d = d=

.L =G. r G.r MT . L 2 Am . t . G. r

= dv . dAm = Am

MT. L . 2 Am . t . G. r r . ds 2 Am

d Am Am

MT. L . 2 Am . t . G. r

MT 4 . Am2 . G

ds t

= maka : J Bred =

4 A2m ds t

Analisa Struktur Lanjutan

47

Prof. Dr.Ing.Johannes Tarigan Semester B

Literatur: 1. 2. 3. Boresi, Arthur dkk :Advanced Mechanics of Materials, 1992 Salmon, Charles G. dkk :Struktur Baja, 1992 Daryl L. Logan :Mechanics of Materials, 1991 Thimoshenko S.P., Goodier.J.N, 1986 :Teori Elastisitas (terjemahan Sebayang Darwin), Penerbit Airlangga, Jakarta. 4. Bornsheuer :Vorlesungen In Baustatik Einfuehrung in die Torsion Universitas Stutgart, 1980 6. Basler, Konrad, Torsion in Structure, Springler Verlag, Berlin, 1966

Analisa Struktur Lanjutan

48

Anda mungkin juga menyukai