Anda di halaman 1dari 33

1.

KONDUKTOR
Konduktor atau penghantar adalah zat atau bahan yang bersifat dapat menghantarkan energy, baik energy listrik maupun energy kalor, baik berupa zat padat, cair atau gas. Bahan-bahan yang bersifat konduktor ini biasanya digunakan untuk membuat alat-alat yang sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energy, misalnya panci, setrika, kabel dan solder. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi ber turut-turut memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan.

1.1 Jenis Bahan Konduktor


Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi. 3. Koefisien muai panjangnya kecil. 4. Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain: 1. Logam biasa, seperti: tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya. 2. Logam campuran (alloy), yaitu sebuah logam dari tembaga atau aluminium yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain, yang gunanya untuk menaikkan kekuatan mekanisnya. 3. Logam paduan (composite), yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

1.2 Klasifikasi Konduktor


1.2.1 Klasifikasi konduktor menurut bahannya: 1. kawat logam biasa, contoh: a. BBC (Bare Copper Conductor). b. AAC (All Aluminum Alloy Conductor). 2. kawat logam campuran (Alloy), contoh: a. AAAC (All Aluminum Alloy Conductor) b. kawat logam paduan (composite), seperti: kawat baja berlapis tembaga (Copper Clad Steel) dan kawat baja berlapis aluminium (Aluminum Clad Steel). 3. kawat lilit campuran, yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih, contoh: ASCR (Aluminum Cable Steel Reinforced).

1.2.2 Klasifikasi konduktor menurut konstruksinya: 1. kawat padat (solid wire) berpenampang bulat. 2. kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat yang dililit menjadi satu, biasanya berlapis dan konsentris. 3. kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar. 1.2.3. Klasifikasi konduktor menurut bentuk fisiknya: 1. konduktor telanjang. 2. konduktor berisolasi, yang merupakan konduktor telanjang dan pada bagian luarnya diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja, contoh: a. Kabel twisted. b. Kabel NYY c. Kabel NYCY d. Kabel NYFGBY

1.3 Karakteristik Konduktor


Ada 2 (dua) jenis karakteristik konduktor, yaitu: 1. karakteristik mekanik, yang menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor (dari SPLN berselubung AAAC-S pada suhu sekitar2 41-8:1981, untuk konduktor 70 mm C, maka kemampuan maksimal dari konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A). 2. karakteristik listrik, yang menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus listrik yang melewatinya (dari SPLN 41-10 : 1991, untuk konduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S pada suhu sekitar 30 C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A). 1.3.1 Konduktivitas listrik Sifat daya hantar listrik material dinyatakan dengan konduktivitas, yaitu kebalikan dari resistivitas atau tahanan jenis penghantar, dimana tahanan jenis penghantar tersebut didefinisikan sebagai: = R.A l dimana; A : luas penampang (m2) l : Panjang penghantar (m) : tahanan jenis penghantar (ohm.m) R : tahanan penghantar (ohm) : konduktivitas

a=l/

Menyatakan kemudahan kemudahan suatu material untuk meneruskan arus listrik. Satuan konduktivitas adalah (ohm meter). Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai penghantar tenaga listrik dan mempunyai rentang harga yang sangat luas. Logam atau material yang merupakan penghantar listrik yang baik, memiliki konduktivitas listrik dengan orde 107 (ohm.meter) -1 dan sebaliknya material isolator memiliki konduktivitas yang sangat rendah, yaitu antara 10-10 sampai dengan 10-20 (ohm.m)-1. Diantara kedua sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-4 (ohm.m)-1. Berbeda pada kabel tegangan rendah, pada kabel tegangan menengah untuk pemenuhan fungsi penghantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga jenis atau sifat konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.

Logam Konduktivitas listrik ohm meter Perak ( Ag ) . 6,8 x 107 Tembaga ( Cu ) .. 6,0 x 107 Emas ( Au ) .. .. 4,3 x 107 Alumunium ( Ac ) . .. 3,8 x 107 Kuningan ( 70% Cu 30% Zn ) 1,6 x 107 Besi ( Fe ) 1,0 x 107 Baja karbon ( Ffe C ) . 0,6 x 107 Baja tahan karat ( Ffe Cr ) 0,2 x 107 Tabel 1. Konduktivitas Listrik Berbagai Logam dan Paduannya Pada Suhu Kamar.

1.3.2 Kriteria mutu penghantar Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur unsur pemadu, impurity atau ketidaksempurnaan dalam kristal logam, yang ketiganya banyak berperan dalam proses pembuatan pembuatan penghantar itu sendiri. Unsur unsur pemandu selain mempengaruhi konduktivitas listrik, akan mempengaruhi sifat sifat mekanika dan fisika lainnya. Logam murni memiliki konduktivitas listrik yang lebih baik dari pada yang lebih rendah kemurniannya. Akan tetapi kekuatan mekanis logam murni adalah rendah. Penghantar tenaga listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang tinggi juga membutuhkan sifat mekanis dan fisika tertentu yang disesuaikan dengan penggunaan penghantar itu sendiri.

Selain masalah teknis, penggunaan logam sebagai penghantar ternyata juga sangat ditentukan oleh nilai ekonomis logam tersebut dimasyarakat. Sehingga suatu kompromi antara nilai teknis dan ekonomi logam yang akan digunakan mutlak diperhatikan. Nilai kompromi termurahlah yang akan menentukan logam mana yang akan digunakan. Pada saat ini, logam Tembaga dan Aluminium adalah logam yang terpilih diantara jenis logam penghantar lainnya yang memenuhi nilai kompromi teknis ekonomis termurah. Dari jenisjenis logam penghantar pada tabel 1. diatas, tembaga merupakan penghantar yang paling lama digunakan dalam bidang kelistrikan. Pada tahun 1913, oleh International Electrochemical Comission (IEC) ditetapkan suatu standar yang menunjukkan daya hantar kawat tembaga yang kemudian dikenal sebagai International Annealed Copper Standard (IACS). Standar tersebut menyebutkan bahwa untuk kawat tembaga yang telah dilunakkan dengan proses anil (annealing), mempunyai panjang 1m dan luas penampang 1mm2, serta mempunyai tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 ohm pada suhu 20oC, dinyatakan mempunyai konduktivitas listrik 100% IACS.

Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang dicapai dewasa ini, dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat penghantar jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 1913, maka konduktivitas listrik kawat tembaga sekarang ini bisa mencapai diatas 100% IACS. Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan terhadap standar kawat tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk kawat aluminium dari jenis EC grade atau seri AA 1350(*), konduktivitas listriknya berkisar antara 61.0 61.8% IACS, tergantung pada kondisi kekerasan atau temper. Sedangkan untuk kawat penghantar dari paduan aluminium seri AA 6201, menurut standar ASTM B 3988 persaratan konduktivitas listriknya tidak boleh kurang dari 52.5% IACS. Kawat penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk bahan kabel dari jenis All Aluminium Alloy Conductor (AAAC). Disamping persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik diatas, kriteria mutu lainnya yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh atau sebagian dari sifat sifat atau kondisi berikut ini, yaitu: a. komposisi kimia. b. sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik (elongation). c. sifat bending. d. diameter dan variasi yang diijinkan. e. kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain.

2. KABEL
Kabel merupakan penghantar berisolasi atau dengan kata lain, kabel merupakan konduktor telanjang dan pada bagian luarnya diisolasi.

2.1. Klasifikasi Kabel


2.1. Klasifikasi Kabel 2.1.1. Klasifikasi Kabel Menurut Jenisnya 1. Kabel Instalasi Kabel instalasi biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal. Untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM. Pada penggunaan kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupu melindungi dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut.

Gambar: Kabel NYM dan NYA

2. Kabel tanah Kabel tanah tebagi menjadi 2 yaitu: a. Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan NYM, hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunkan berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/ 1 kV dimana maksudnya yaitu 0,6 = Tegangan nominal tehadap tanah. 1,0 kV = Tegangan nominal antar penghantar. Penggunaan NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan makanis. NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap kemungkinana terjadinya kerusakan mekanis.

Gambar: Kabel NYY

b.Kabel tanah thermoplastik berperisai Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY intinya tersiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam.

Gambar: Kabel: NYFGbY

3. Kabel XLPE Kabel XLPE banyak digunakan pada instalasi indoor, outdoor, saluran pipa kabel (bus duct), dan sistem bawah tanah (underground). Kabel XLPE juga dapat atau biasa digunakan pada tegangan tinggi seperti pada pembangkit listrik, proses industri, dan lainnya. Selain itu kabel XLPE juga dapat digunakan pada berbagai kondisi seperti pada saat suhu tinggi.Bagian-bagian XLPE yaitu:

Gambar: Kabel XLPE

2.1.2. Klasifikasi Kabel Berdasarkan Bentuk Fisiknya 1.Twisted Pair Cable Kabel Twisted Pair (pasangan berpilin) adalah sebuah bentuk kabel di mana dua konduktor digabungkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meniadakan interferensi elektromagnetik dari luar seperti radiasi elektromagnetik dari kabel unshielded twisted pair (UTP) cables, dan crosstalk di antara pasangan kabel yang berdekatan. Keunggulan : Keunggulan dari kabel twisted-pair adalah dampaknya terhadap jaringan secara keseluruhan: apabila sebagian kabel twisted-pair rusak, tidak seluruh jaringan terhenti, sebagaimana yang mungkin terjadi pada coaxial. Kelemahan : Twisted-pair lebih tipis, lebih mudah putus, dan mengalami gangguan lain sewaktu kabel terpuntir atau kusut. Twisted Pair dibagi menjadi dua :

1.Unshielded twisted-pair (disingkat UTP), adalah sebuah jenis kabel jaringan yang menggunakan bahan dasar tembaga, yang tidak dilengkapi dengan shield internal.

Untuk UTP terdapat pula pembagian jenis yakni: Category 1 : mampu mentransmisikan data kecepatan rendah. Contoh: kabel telepon. Category 2 : mampu mentransmisikan data lebih cepat dibanding cat 1 hingga 4 MHz. Category 3 : mampu mentransmisikan data hingga 16 MHz. Category 4 : mamu mentransmisikan data hingga 20 MHz. Category 5 : untuk transmisi data yang memerlukan bandwidth hingga 100 MHz. UTP juga mensuport arsitektur-arsitektur jaringan pada umumnya sehingga menjadi sangat popular.

Data teknis : Kecepatan dan keluaran: 10 100 Mbps Biaya rata-rata per node: murah Media dan ukuran: kecil anjang kabel maksimum yang diizinkan : 100m (pendek). Keunggulan : mudah dipasang, ukurannya kecil, juga harganya lebih murah dibanding media lain. Kelemahan : rentang terhadap efek interferensi elektris yang berasal dari media atau perangkat-perangkat di sekelilingnya.

b. Shielded twisted-pair atau STP, adalah kabel pasangan berpilin yang memiliki perlindungan dari logam untuk melindungi kabel dari intereferensi elektromagnetik luar. Kabel STP tidak dapat dipakai dengan jarak lebih jauh sebagaimana media-media lain (seperti kabel coaxial) tanpa bantuan device penguat (repeater).

Data teknis : Kecepatan dan keluaran: 10-100 Mbps Biaya rata-rata per node: sedikit mahal dibadingkan UTP dan coaxial Media dan ukuran konektor: medium Panjang kabel maksimum yang diizinkan : 100m (pendek). Keunggulan : mudah dipasang, ukurannya kecil, proteksi jaringan dari interferensi-interferensi eksternal terjamin, tidak mudah putus Kelemahan : rentang terhadap efek interferensi elektris yang berasal dari media atau perangkat-perangkat di sekelilingnya, harganya lebih mahal dibanding UTP.

2. Coaxial Cable Kabel Coaxial adalah jenis kabel yang mampu mentransmisi pesan dalam bentuk data, gelombang suara, video dan multimedia. Kabel coaxial terdiri dari konduktor (kabel inti penghantar data), isolator dalam , dan isolator luar. Kabel coaxial atau popular disebut coax terdiri atas konduktor silindris melingkar, yang menggelilingi sebuah kabel tembaga inti yang konduktif.

Data teknis : Kecepatan dan keluaran: 10 -100 Mbps Biaya rata-rata per node: murah Media dan ukuran konektor: medium Panjang kabel max: thin-coaxial 200m (recom 180m) dan thick-coaxial 500m Keunggulan : tidak membutuhkan bantuan repeater sebagai penguat untuk komunikasi jarak jauh diantara node network, memiliki ketahanan arus yang semakin kecil pada frekuensi yang lebih tinggi, proteksi jaringan dari interferensiinterferensi eksternal terjamin, tidak mudah putus Kelemahan : ukurannya besar, tidak mudah dipasang, harganya lebih mahal dibanding twisted-pair

3. Fiber Optic Fiber Optic adalah jenis kabel yang menggunakan daya cahaya untuk mentransmisi data. Kabel ini dapat memproses sinyal analog maupun digital.

Tipe-tipe kabel fiber optic: Kabel single mode, sebuah serat tunggal dari fiber glass yang memiliki diameter 8.3 hingga 10 micron. (1 micron sekitar 1/250 tebal rambut manusia) Kabel multimode, kabel yang terdiri atas multi serat fiber glass, dengan kombinasi (range) diameter 50 hingga 100 micron. Plastic Optical Fiber merupakan kabel berbasis plastic terbaru yang memiliki performa familiar dengan kabel single mode, tetapi harganya sedikit murah. Keunggulan :

-Fiber optic beroperasi pada kecepatan tinggi, mencapai gigabits / sec -Mampu membawa paket-paket dengan kapasitas besar. -sinyal-sinyal dapat ditransmisikan lebih jauh tanpa memerlukan perlakuan refresh atau diperkuat. -Daya tahan kuat terhadap imbas elektromagnetik yang dihasilkan perangkatperangkat elektronik seperti radio, motor, atau bahkan kabel-kabel transmisi lain di sekelilingnya. -Kabel-kabel fiber optic memakan biaya perawatan relative murah. Kelemahan : fiber optic memiliki harga lebih mahal Kontruksi kabel fiber optic

Core: bagian ini merupakan medium fisik utama yang mengangkut sinyal-sinyal data optical dari sumber ke device penerima. Core berupa helai tunggal dari glass atau plastik yang kontinyu (dalam micron). Cladding: merupakan lapisan tipis yang menyelimuti fiber core. Coating: adalah lapisan plastik yang menyelimuti core dan cladding. Penyangga coating ini diukur dalam micron dan memilki range 250 sampai 900 micron. Strengthening fibers: terdiri atas beberapa komponen yang dapat menolong fiber dari benturan kasar dan daya tekan tak terduga selama instalasi Cable jacket: merupakan lapisan terluar dari keseluruhan badan kabel. Selain yang disebutkan diatas ada juga kabel, NYY,NYCY, dan NYFGBY.

2.2. Tata Nama Kabel


Menurut PUIL 2000 tata nama untuk kawat berisolasi atau kabel yang berlaku di Indonesia ialah sebagai berikut : Penghantar : N Terbuat dari tembaga NA Terbuat dari allumunium solasi : Y Isolasi dari PVC (Poli Vinil Chlorid) 2Y Isolasi dari XLPE (Cross Linkage polyethiline) Selubung Dalam : G Selubung dari karet 2G Selubung dari karet butyl K Selubung dari timah hitam KL Selubung allumunium dengan permukaan licin KWK Selubung dari XLPE (Cross Linkage polyethilin Y Selubung dari PVC 2Y Selubung dari polytelin Z Selubung dari pita seng

Perisai : B Perisai dari pita baja F Perisai dari baja pipih L Perisai dari jalinan kawat baja Q Perisai dari kawat baja berlapis seng R Perisai kawat baja bulat 1 lapis (RR 2 lapis) Z Perisai dari kawat baja yang mempunyai bentuk huruf Z. Sepiral : D Sepiral anti tekan Gb Sepiral dari pita baja Selubung Luar : A Selubung dari Yute Y Selubung dari PVC Bentuk penghantar kabel : se Sektor Pejal sm Sektor Serabut re Bulat Pejal rm Bulat serabut

Penghantar berisolasi dapat berupa kawat berisolasi atau kabel. Batasan kawat berisolasi adalah rakitan penghantar tunggal, baik serabut maupun pejal yang diisolasi, contoh kawat berisolasi : NYA NYAF Contoh kabel : NYM O 4 X 2 mm2, 300/500 V artinya kabel 4 inti tanpa penghantar (hijau kuning) berpenghantar tembaga masingmasing luas penampangnya 2 mm2 berbentuk bulat, pelindung dalam dan selubung luar PVC, tegangan nominal penghantar fasanetral 300 V, dan tegangan fasafasa 500 V. NYY I 4 X 6 mm2, 0,6/1 KV artinya kabel 4 inti berpenghantar tembaga masingmasing luas penghantarnya 6 mm2 berbentuk bulat pejal. Selubung dalam dan selubung luar PVC, tegangan nominal penghantar fasanetral (bumi) 0,6 KV dan tegangan antar penghantar fasa 1 KV. NYFGbY 3 X 120, sm, 18/30 KV artinya kabel tiga inti berpenampang allumunium masingmasing luas penampangnya 120 mm2 berbentuk sector serabut, pelindung dalam terbuat dari timah armaour terbuat dari baja, pelindung dalam terbuat dari yute, tegangan nominal penghantar fasa dengan netral (bumi) 18 KV dan tegangan antar penghantar fasa 30 KV. Keterangan : Kabel yang penandaan menggunakan simbol I atau G pada guna terakhir menendakan mempunyai hantaran PE (hijau kuning). Kabel yang penandaaan menggunakan symbol O atau X pada guna terakhir menandakan kebel tanpa penghantar PE.at Serabute)

2.3. Kreteria Pemilihan dan Perhitungan Ukuran Kabel


Berikut ini metode menghitung ukuran kabel. Ukuran kabel harus memenuhi 3 hal berikut: Ampacity (kemampuan kabel menghantar arus), oltage Drop (rugi2 pada kabel), Short Circuit Withstand Capability (daya tahan kabel terhadap arus short circuit saat terjadi gangguan) 1.Ampacity Kabel memiliki nilai ampacity yg berbeda2 berdasarkan ukurannya. Semakin besar ukuran kabel semakin besar nilai ampacity nya maka semakin besar kemampuan kabel tsb untuk menghantar arus ke beban. Kabel harus memiliki nilai ampacity minimal lebih besar125% dari total arus beban (berdasarkan NEC standard). Cable Ampacity 1.25 x Full Load Current Note: Tabel besarnya nilai ampacity bisa didapat dari catalog vendor kabel atau bisa juga dipakai table ampacity dari beberapa standard misalnya Tabel B310 NEC standard. Nilai ampacity juga berpengaruh terhadap ambient temperature dimana kabel akan digunakan sehingga perlu di koreksi (derating factor) dengan menggunakan correction factor yg sesuai. Table B-310 di NEC standard juga mencantumkan correction factor berdasarkan temperature dan jumlah conductor (grouping factor).

2.Voltage Drop Voltage drop adalah besarnya rugi2 yg terserap pada kabel dikarenakan adanya resistance dan reactance pada kabel. Semakin besar nilai resistance dan reactance maka semakin besar voltage drop nya. Semakin panjang kabel maka semakin besar nilai reasistance dan reactance nya. Dalam memilih ukuran kabel, untuk mengurangi nilai resistance dan reactance agar voltage drop berkurang bisa dengan cara memilih ukuran kabel yg lebih besar, atau dengan cara memparalel kabel. Note: Nilai resistance dan reactance pada kabel berbanding terbalik dengan luas penampang kabel sebagaimana rumus yg sudah sering kita temukan di pelajaran fisika sbb: R = L/A R = nilai impedance kabel (resistance dan reactance) = tahanan jenis L = panjang cable A = luas penampang Untuk menghitung voltage drop dapat menggunakan rumus sbb: Untuk 3 phase:

% Voltage Drop = I x (R cos.j + X sin.j ) x (L / 1000) x (100% x 3 / VLL) Untuk 1 phase: % Voltage Drop = 2 x I x (R cos.j + X sin.j ) x (L / 1000) x (100% / VLN) I = current in ampere R = Resistance in ohm/1000ft X= Reactance in ohm/1000ft VLL = Voltage Line to Line (3 phase) VLN = Voltage Line to neutral (1 phase) L = Cable Length in Feet Persyaratan besarnya maximum voltage drop yg diizinkan harus sesuai spesifikasi / standard yg digunakan, biasanya adalah sbb: Main feeder 1 % Branch circuit 3 % Nilai resistance dan reactance bisa didapat dari catalog kabel vendor atau bisa mengacu standard yg dipakai misalnya Table 8 dan Table 9 NEC standard. Nilai cos.j bisa didapat dari factor daya misalnya factor daya PF= 0.85 maka cos.j = 0.85 kemudian nilai sin.j bisa didapat dari rumus trigonometri sbb: cos2j + sin2j = 1

3.Short Circuit Withstand Capability Setelah ukuran kabel ditentukan berdasarkan ampacity dan voltage drop, maka lakukan pengecekan ketahanan kabel terhadap arus short circuit. Biasanya data ketahanan kabel terhadap short circuit current bisa dilihat dari catalog kabel vendor, atau bisa menggunakan rumus sbb: Minimum Cable size = Isc x t / k t = duration of short circuit t = 0.04 for fuse protection = 0.06 for MCCB = 0.4 for VCB k = 135 for copper conductor with XLPE or EPR insulation Ukuran kabel dapat diterima apabila sudah memenuhi 3 criteria diatas.

Anda mungkin juga menyukai