Anda di halaman 1dari 9

Bab I Pendahuluan

Pengepakan atau pengemasan benih merupakan salah satu cara yang perlu dilakukan dalam rangka menjaga kualitas benih. Kegiatan ini mempengaruhi kualitas fisik-fisiologis benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menjamin persediaan benih yang masih memiliki mutu yang baik untuk kemudian ditanam kembali dalam jangka watu lama setelah pemanenan sehingga benih yang disimpan berfungsi sebagai penyangga antara permintaan untuk penanaman dengan produksi. Penyimpanan benih cenderung dipengaruhi waktu penanaman, sifat, dan musim. Durasi atau lamanya penyimpanan benih sangat bergantung pada sifat dormansi benih itu sendiri. Benih yang memiliki masa dorman yang lama akan memiliki waktu yang lama pula untuk disimpan. Teknik yang dapat dijadikan indikator dalam pengelompokkan jenis berdasarkan sifat penyimpanan adalah dapat diduga berdasarkan ukuran benih. Benihbenih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks. Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi penyimpanan benih dapat diduga berdasarkan ukuran dari benih yang akan disimpan. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil lebih cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan ukuran yang sedang memiliki kadar air yang sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi. Dalam hal lama penyimpanan, benih ortodoks dapat disimpan dalam jangka waktu bertahun-tahun. Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran dapat disimpan jalam jangka tahunan saja. Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi lamanya benih dapat disimpan selain berdasarkan tipe benih, juga dapat dipangaruhi oleh : Genetik (daya simpan diwariskan) Dalam aspek ini lamanya daya simpan sangat tergantung kepada sifat yang diwariskan dari induk ke keturunannya. Induk-induk yang memiliki karakter dapat memperhatahankan masa dorman yang lama, maka dapat diwariskan ke keturunannya juga yang akan mewarisi masa dorman yang lama Perkembangan Perkembangan dimaksud adalah dari buah yang diunduh. Buah yang belum masak, biasanya memiliki masa dorman yang pendek. Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi masa simpan benih adalah faktor lingkungan sebelum dan sesudah benih disimpan. Faktor lingkungan yang kurang baik pada saat penganan benih dapat menimbulkan kerusakan pada saat

penyimpanan. Seperti pada saat penanganan benih memiliki kadar air yang tinggi, maka pada saat penyimpanan dapat mengakibatkan benih terserang oleh jamur. Demikian juga kondisi lingkungan pada saat benih disimpan akan berpengaruh terhadap daya simpan benih. Sebagai contoh pada saat benih disimpan masih mengandung oksigen, maka dapat mengakibatkan benih tersebut melakukan respirasi, sehingga benih menjadi kopong.

Bab II Penyimpanan Benih


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyimpanan benih. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan kualitas benih yang akan disimpan dan selama penyimpanan. Ada pun faktor-faktor tersebut adalah : Suhu Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organism lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Oleh karena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut. Kadar air Kadar air yang tinggi dapat mengakbatkan proses pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri. Tekanan oksigen Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk mempertahankan viabilitas benih (dormansi benih). Tekanan yang terlalu rendah kurang baik bagi benih karena dengan tekanan yang rendah disertai kadar air yang tinggi dapat merangsang aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob. Sedangkan tekanan yang tinggi juga dapat engakibatkan over respirasi yang dapat menyebabkan benih menjadi kopong akibat cadangan makanan serta enzim terlalu aktif untuk melakukan proses respirasi. Cahaya Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat benih akan sangat

menjaga kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan. Oleh karena itu, implikasinya kepada teknik penyimpanan benih. Pada dasarnya semua teknik penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih yang disimpan harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari benih. Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses penyimpanan benih, yaitu : Benih yang akan disimpan sebaiknya dikemas dengan menggunakan kemasan yang baik, seperti menggunakan plastik, blek maupun wadah yang cukup kedap udara. Kondisikan benih yang dipak oksigennya (jangan terlalu tinggi tekanannya maupun jangan terlal rendah). Untuk mengkondisikannya dapat dilakukan dengan menggunakan vakum maupun penyedot udara. Wadah yang digunakan ditutup rapat agar tidak terjadi perubahan oksigen selama penyimpanan. Dapat juga memberikan karbon di wadah yang digunakan. Pemberian karbon dapat membantu untuk mengikat oksigen yang terdapat di dalam wadah. Karbon dapat diberikan dengan cara menggunakan arang maupun abu serta hembusan asap lilin ke dalam wadah. Perhatikan kadar air benih yang disimpan; apabila benih masih memiliki kadar air yang tinggi sebaiknya diturunkan dulu. Perhatikan bahan karbon yang dimasukkan ke dalam wadah (karbon harus benarbenar dalam kondisi kering). Penggunaan bahan karbon yang basah dapat mengakibatkan meningkatnya kadar air benih. Simpan benih dalam kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dengan persyaratan. Ruang penyimpanan dapat berupa DCS, refigerator maupun ruangan yang telah diset dengan suhu yang baik untuk proses penyimpanan. Untuk benihbenih tertentu (ortodoks) dapat disimpan dalam ruang suhu kamar, apabila penyimpanan benih tidak terlalu lama. Untuk tetap menjaga kualitas genetik, maka pada saat dilakukan proses pengepakan maupun penyimpanan harus tetap mencantumkan identitas dari benih. Identitas dipasang pada setiap kemasan maupun wadah yang digunakan. Dengan demikian benih yang disimpan akan selalu memiliki kualitas fisik-fisiologikgenetik. Kualitas fisik-fisiologik dijaga dengan cara melakukan pengepakan maupun penyimpanan dengan baik dan kualitas genetik dijaga dengan memberikan identitas di setiap wadah maupun kemasan yang dibuat.

(gambar 1. Tempat penyimpanan benih)

(gambar 2. Teknik pengemasan dengan menjaga kualitas benih)

Bab III Alat Pengepakan Benih


Pada bab ini kelompok kami akan membahas tentang beberapa alat yang berhubungan dengan pengepakan atau pengemasan benih. Alat-alat tersebut di antaranya terdiri dari alat pengisian benih ke dalam kemasan, alat pengemas, alat pengumpul paket kemasan benih, alat pengepakan, alat pemeriksa jumlah benih dalam kemasan, alat pelabelan kemasan benih, dan alat penyegel kemasan benih. 1. Alat pengisian benih dalam kemasan Alat ini bersifat semi otomatis. Mesin ini digunakan untuk mengisi dan menghitung hamper semua jenis kemasan benih. Dapat digunakan untuk pengisian paket sekitar 10100 paket kemasan benih. Benih yang akan dikemas akan masuk ke dalam paket kemasan secara otomatis. Dapat digunakan untuk benih berukuran 0, 3 mm hingga 18 mm.

(gambar 3. Contoh alat pengisian benih dalam kemasan) 2. Mesin pengemas otomatis Mesin ini digunakan untuk mengisi dan menyegel kemasan menggunakan alunmunium (dilaminasi). Alat ini digunakan untuk pengisian dan penyegelan kemasan benih dalam jumlah besar. Ukuran paket kemasan minimum yang dapat dibuat oleh alat ini adalah 82 x 11 mm sedangkan untuk ukuran maksimum 165 x 230 mm.

(gambar 4. Mesin pengemas otomatis)

3. Mesin pengumpul kemasan benih Alat ini digunakan untuk mengumpulkan kemasan benih yang kemudian disatukan di dalam kotak kardus. Setelah seluruh kemasan dimasukkan ke dalam kardus kemudian kardus tersebut ditutup.

(gambar 4. Mesin pengepak benih) 4. Mesin pelabelan (untuk kaleng) Mesin ini diaplikasikan untuk memberikan label pada kemasan benih yang berupa kaleng. Dapat digunakan untuk berbagai ukuran kaleng kemasan. Label yang diberikan dapat berupa gambar atau teks yang menyangkut benih tanaman yang terdapat di dalamnya.

(gambar 5. Mesin pelabelan kemasan benih)

5. Sealers Sealers digunakan untuk menutup (merekatkan) kemasan yang terbuat dari alumunium foil. Digunakan untuk ukuran kemasan kecil.

(gambar 6. Beberapa jenis sealers)

Daftar Pustaka
Anonim. Alat Pengepakan Benih available at www.seedprocessing.nl ((diakses pada 19 oktober 2010 pukul 16.42) Departemen Kehutanan Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan. 2006. Sumedang.

Anda mungkin juga menyukai