Anda di halaman 1dari 105

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA

OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

13

RINGKASAN

FRANSISCUS HALOHO. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Hal ini dapat ditinjau dari aspek penyerapan tenaga kerja dan perannya dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah unit UMKM terus meningkat antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. BPS (2008) mengindikasikan bahwa salah satu faktor dominan lambannya perkembangan UMKM adalah faktor permodalan. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten melalui pelaksana operasional Kantor Cabang Pembantu (KCP) Dramaga telah meyalurkan Kredit Mikro Utama (KMU) sejak tahun 2007. Namun perjalanan KMU tidak selalu lancar, meningkatnya angka kredit bermasalah yang ditandai dengan tingginya angka non performing loan yang mempengaruhi kesehatan bank menjadikan perlunya dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian KMU. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh nasabah KMU PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga melalui karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kreditnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan melalui analisis deskripktif dengan menjabarkan satu persatu karakteristik KMU dalam bentuk tabulasi yang ditujukan untuk menunjang analisis kuantitatif. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KMU, digunakan model analisi Regresi Logistik (Logit Biner). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari arsip data debitur KMU, data Laporan Bulanan Bank Jabar Banten KCP Dramaga menyangkut KMU, data dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Laporan Keuangan Bank Jabar Banten. Dengan menggunakan taraf nyata sepuluh persen (=10%), hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian KMU adalah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian KMU adalah jenis kelamin, status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga. Variabel usia berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KMU yang menandakan bahwa semakin tinggi usia debitur maka peluang mengembalikan KMU dengan lancar semakin kecil. Variabel tingkat pendidikan juga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit yang menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka peluang

14

mengembalikan KMU dengan lancar semakin kecil. Sedangkan besar kecilnya jaminan yang diberikan nasabah pada saat penerimaan kredit tidak dapat dijadikan patokan dalam pengembalian kredit. Penyaluran Kredit Mikro Utama dapat difokuskan terhadap nasabah yang umurnya lebih muda atau wirausaha muda walau dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pihak Bank Jabar Banten KCP Dramaga juga hendaknya tidak menjadikan besarnya nilai jaminan kredit sebagai syarat penting dalam penyaluran Kredit Mikro Utama karena besar kecilnya nilai jaminan kredit tidak dapat menetukan peluang pengembalian kredit dengan lancar.

15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA

Oleh FRANSISCUS HALOHO H14053267

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

16

Judul Skripsi

: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga

Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok

: Fransiscus Haloho : H14053267

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Jaenal Effendi, MA NIP. 1974072 920064 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

17

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor,

Februari 2010

Fransiscus Haloho H14053267

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fransiscus Haloho lahir pada tanggal 24 Februari 1987 di Pematangsiantar, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan K. Pardomuan Haloho dan Mardelina Simbolon. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No. 127956 Pematangsiantar pada tahun 1999, kemudian meneruskan pendidikan di SLTP Negeri 7 Pematangsiantar, dan pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi seperti Hipotesa, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB, dan Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya (Ikanmass) IPB.

19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih dengan tulus kepada : 1. Jaenal Effendi, MA, selaku dosen pembimbing, yang selalu memberikan bimbingan, saran, arahan, motivasi, dan ketenangan hati. 2. Dr. Lukytawati Anggraeni, selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan dan arahan terhadap penyempurnaan skripsi ini. 3. Mama tercinta, juga abang dan kakak tersayang, yang telah memberikan dukungan, baik motivasi dan doa, serta kasih sayang dan perhatian yang tidak ternilai selama penulis menempuh studi di IPB dan menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh pihak yang belum dapat penulis sebutkan, atas bantuan yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak merupakan masukan bagi penulis.

Bogor, Februari 2010

Fransiscus Haloho H14053267

ii

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 II. Latar Belakang ................................................................................. Perumusan Masalah.......................................................................... 1 1 5

Tujuan Penelitian ........................................................................... 10 Manfaat Penelitian............................................................................ 11 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 11

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 12 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 Definisi dan Unsur-Unsur Kredit ..................................................... 12 Tujuan dan Fungsi Kredit................................................................. 14 Jenis-Jenis Kredit ............................................................................. 15 Prinsip Penilaian Kredit ................................................................... 19 Kolektibilitas (Kualitas) Kredit ........................................................ 22 Defenisi dan Ruang Lingkup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ........................................................................ 23 Lembaga Keuangan Bank ................................................................ 25 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 26 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 28 2.9.1 Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................... 28 2.9.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 30

III.

METODE PENELITIAN ........................................................................... 37 3.1 3.2 3.3 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 37 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 37 Populasi ............................................................................................ 37 Metode Penentuan Sampel ............................................................... 38

iii

3.5

Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................. 38 3.5.1 Analisis Kualitatif................................................................. 39 3.5.2 Analisis Kuantitatif............................................................... 39

3.6 IV.

Definisi Operasional ......................................................................... 43

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................. 45 4.1 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten ....................... 45 4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten ................................................................................... 45 4.1.2 Produk-Produk Unggulan BPD Jawa Barat dan Banten ...... 46 4.2 Bank Jabar Banten Kantor Cabang Pembantu Dramaga.................. 48 4.2.1 Sejarah dan Letak Bank Jabar Banten KCP Dramaga ......... 48 4.2.2 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga ....... 48 4.3 Kredit Mikro Utama (KMU) ............................................................ 49 4.3.1 Tujuan Kredit Mikro Utama ................................................. 50 4.3.2 Sasaran Kredit Mikro Utama ................................................ 50 4.3.3 Jenis Kredit Mikro Utama .................................................... 50 4.3.4 Ketentuan Umum Kredit Mikro Utama................................ 51 4.3.5 Syarat Kredit Mikro Utama .................................................. 53

V.

PEMBAHASAN ........................................................................................ 55 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit ................................................................................................ 55 5.1.1 Perbandingan Karakteristik Personal Responden................. 56 5.1.2 Perbandingan Karakteristik Usaha Responden .................... 60 5.1.3 Perbandingan Karakteristik Kredit Responden .................... 63 5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembalian Kredit ........................................................................ 67 5.2.1 Analisis Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Tingkat Pengembalian Kredit ............................................... 70 5.2.2 Analisis Pengaruh Karakteristik Usaha terhadap Tingkat Pengembalian Kredit .............................................. 73 5.2.3 Analisis Pengaruh Karakteristik Kredit terhadap Tingkat Pengembalian Kredit .............................................. 75

iv

VI.

PENUTUP ................................................................................................. 78 6.1 Kesimpulan....................................................................................... 78

6.2. Saran ................................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 81

DAFTAR TABEL

Nomor 1.1 1.2 1.3 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13 5.14 5.15

Halaman Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Harga Berlaku Menurut Skala Usaha Tahun 2007-2008 ................................................. Jumlah Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2007-2008 ....... Posisi Penyaluran dan Jumlah Debitur Kredit Mikro Utama BPD Jabar dan Banten Tahun 2007-2009 ................................................................. 1 2 4

Perbandingan Sebaran Jenis Kelamin Responden per Kategori ............. 56 Perbandingan Sebaran Usia Responden per Kategori ............................. 57 Perbandingan Sebaran Tingkat Pendidikan Responden per Kategori ..... 58 Perbandingan Sebaran Status Nasabah Responden per Kategori ............ 59 Perbandingan Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga Responden per Kategori ............................................................................................. 59 Perbandingan Sebaran Pengalaman Usaha Responden per Kategori ...... 60 Perbandingan Sebaran Aset Usaha Responden per Kategori .................. 61 Perbandingan Sebaran Omzet Usaha Responden per Kategori .............. 62 Perbandingan Sebaran Total Pendapatan Usaha Bersih Responden per Kategori ............................................................................................. 63 Perbandingan Sebaran Plafond Pinjaman Responden per Kategori ........ 64 Perbandingan Sebaran Jangka Waktu Pelunasan Kredit Responden per Kategori ............................................................................................. 65 Perbandingan Sebaran Pengalaman Kredit Responden per Kategori ..... 65 Perbandingan Sebaran Jaminan Kredit Responden per Kategori ............ 66 Perbandingan Sebaran Tingkat Suku Bunga Responden per Kategori ... 67 Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Mikro Utama pada BPD Jabar Banten KCP Dramaga ............................................................................. 69

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 5.1

Halaman Keragaan Jumlah Debitur Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2007-2009 ........................................................... Posisi Penyaluran Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2007-2009 ....................................................................... Posisi Non Performing Loan (NPL) Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2009 .................................................... Posisi Non Performing Loan Kredit Mikro Utama antar KCP BPD Jawa Barat dan Banten Cabang Cibinong Januari-Februari 2009 ...........

6 7 8 9

Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 36 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga ......................... 49

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1. 2. 3.

Halaman Kuisioner Nasabah Responden Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga ............................................................................. 82 Tabel Hasil Data Kuisioner Nasabah Responden Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga............................................... 84 Hasil Pengolahan Data dengan Metode Analisis Regresi Logistik Biner ........................................................................................................ 88

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Peran penting UMKM itu sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya penyerapan tenaga kerja dan perannya dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2007, penyerapan tenaga kerja sektor UMKM mencapai 88.739.744 orang, jumlah yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kontribusi dari skala usaha besar yang hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.788.518 orang. Kontribusi sektor UMKM terhadap nilai PDB yang dihitung atas harga yang berlaku pada tahun 2008 juga cukup tinggi yakni sebesar 55,56 persen. Hal ini dapat diperjelas oleh Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Harga Berlaku Menurut Skala Usaha Tahun 2007-2008 Jumlah Tenaga Kerja PDB atas harga yang (orang) Berlaku (Rp. Milyar) Skala Usaha 2007 2008 2007 2008 Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UMKM Usaha Besar Total 81.732.430 3.864.995 3.142.319 88.739.744 2.788.518 91.528.262 83.647.711 3.992.371 3.256.188 90.896.270 2.776.214 93.672.484 1.208.029,0 385.313,5 511.792,6 2.105.135,1 1.638.842,4 3.743.977,5 1.505.308,0 473.267,3 630.784,8 2.609.360,1 2.087.121,1 4.696.481,2

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2009)

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2009) menunjukkan bahwa jumlah UMKM secara umum mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah UMKM tahun 2007 adalah 49.824.123 unit dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,88 persen menjadi 51.257.537 unit. Jumlah unit usaha sektor UMKM pada tahun 2008 tersebut mencapai lebih dari 99 persen bila dibandingkan dengan total unit usaha seluruh Indonesia yang jumlahnya sebesar 51.261.909 unit. Pada Tabel 1.2 disajikan perkembangan jumlah UMKM tahun 2007-2008. Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2007-2008 Jumlah Unit Usaha (unit) Skala Usaha 2007 Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UMKM Usaha Besar Total 49.287.276 498.565 38.282 49.824.123 4.463 49.828.568 2008 50.697.659 520.221 39.657 51.257.537 4.372 51.261.909

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2009)

Peran UMKM

yang cukup dominan dalam perekonomian tidak serta

merta menjadikan UMKM mampu berkembang dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi lambannya perkembangan usaha tersebut, antara lain perhatian dari kalangan perbankan yang dinilai masih kurang. Kementerian Negara Kopersasi dan Usaha Kecil Menengah (2008) menjelaskan bahwa sektor UMKM masih dianaktirikan oleh perbankan. Selain masih sulitnya pengusaha UMKM mendapat persetujuan kredit, bunga kredit usaha nonkorporat masih tinggi yakni 2,5-3% per bulan atau maksimal 36% per tahun, sementara bunga kredit korporat

hanya 14-16% per tahun. Permasalahan dan kelemahan yang dihadapi UMKM berdasarkan prioritasnya, meliputi kurangnya permodalan, kesulitan dalam pemasaran, persaingan usaha yang ketat, kesulitan bahan baku, kurangnya teknis produksi dan keahlian, kurangnya keterampilan manajerial, dan kurangnya keterampilan dalam manajemen keuangan dan akuntansi (BPS, 2008). Hasil dari kajian tersebut mengindikasikan bahwa salah satu faktor dominan dalam pengembangan UMKM adalah faktor modal, meskipun bukan yang paling menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan UMKM. Oleh karena itu, diperlukan peranan dari sektor perbankan maupun lembaga keuangan lainnya seperti pegadaian, modal ventura, leasing dan lainnya dalam penyediaan permodalan bagi UMKM. Hasil dari kajian tersebut juga menunjukkan bahwa kredit bank masih merupakan salah satu alternatif sumber permodalan bagi UMKM. PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten sebagai salah satu lembaga intermediasi perbankan dengan pelaku usaha dan sebagai agent of development diharapkan mampu turut serta memberikan perhatian yang besar terhadap sektor UMKM yang produktif dan memiliki potensi untuk berkembang. Hal inilah yang kemudian melandasi Bank Jabar Banten untuk membantu mengatasi

permasalahan permodalan yang selalu menjadi masalah dasar bagi sektor UMKM khususnya di wilayah Jawa Barat dan Banten. Melalui program Kredit Mikro Utama yang diluncurkan pada akhir tahun 2006, Bank Jabar Banten berkomitmen untuk mengembangkan kredit bagi UMKM. Komitmen ini dapat dilihat dari

penyaluran dan jumlah debitur Kredit Mikro Utama (KMU) yang terus meningkat sejak awal peluncurannya hingga saat ini. Tabel 1.3 Posisi Penyaluran dan Jumlah Debitur Kredit Mikro Utama BPD Jabar dan Banten Tahun 2007-2009 Uraian Tahun Penyaluran Kredit Jumlah Debitur (dalam juta Rp) (pelaku usaha) 2007 114.422 6.998 2008 2009 Total 438.206 620.780 1.173.408 21.896 28.179 57.073

Sumber: Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (2009)

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2009, penyaluran Kredit Mikro Utama meningkat sangat pesat. Tahun 2008, penyaluran kredit bertumbuh sebesar 283 persen dari tahun 2007. Lalu pada semester pertama di tahun 2009, pertumbuhan Kredit Mikro Utama mengalami peningkatan hingga 128,4 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2008 (Endang Ruhiyat, 2009). Begitu juga dengan jumlah debiturnya, dimana tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 213 persen dari tahun 2007. Pada semester pertama di tahun 2009, jumlah debitur Kredit Mikro Utama bahkan telah mencapai 28.179 pelaku usaha. Pelaksana operasional penyaluran Kredit Mikro Utama adalah Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu Bank Jabar Banten. Kantor Cabang Pembantu (KCP) Dramaga merupakan salah satu diantaranya. KCP Dramaga yang dibawahi oleh Kantor Cabang Cibinong telah menyalurkan Kredit Mikro Utama kurang lebih sebesar 5,157 milyar rupiah sejak tahun 2007 sampai semester pertama tahun 2009. Sedangkan jumlah debitur Kredit Mikro Utama dari

tahun 2007 hingga semester pertama 2009 telah mencapai 162 pelaku usaha (BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga, 2009). Namun perjalanan Kredit Mikro Utama yang diberikan Bank Jabar Banten KCP Dramaga kepada pelaku UMKM tidak selalu lancar. Kedinamisan sektor UMKM, dimana terdapat persaingan yang ketat baik di dalam maupun di luar menjadikan penyaluran kredit pada sektor ini memiliki resiko yang cukup tinggi. Meningkatnya angka kredit bermasalah menggambarkan adanya resiko kegagalan penyaluran kredit yang cukup besar pada sektor UMKM di BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga. Banyak terjadi kasus terhambatnya pengembalian kredit seperti penunggakan bahkan kemacetan angsuran kredit. Hal ini tentunya dapat berpengaruh buruk pada kesehatan bank dari segi kualitas aset bank. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Kredit Mikro Utama penting dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada Bank Jabar Banten dalam pengambilan keputusan penyaluran Kredit Mikro Utama pada UMKM dan juga sebagai referensi bagi pelaku UMKM dalam mengatasi permasalahan permodalan yang selama ini sering menjadi masalah dasar dalam pengembangan UMKM. 1.2 Perumusan Masalah Bank Jabar Banten Kantor Cabang Pembantu Dramaga merupakan kantor unit pelayanan Bank Jabar Banten yang berada di lokasi strategis dan memiliki potensi ekonomi dan finansial untuk membantu kantor cabang Cibinong dalam peningkatan kredit, dana, dan jasa termasuk di dalamnya memberikan bantuan Kredit Mikro Utama bagi sektor UMKM. Peningkatan jumlah debitur dari tahun 2007 sampai 2008 menunjukkan semakin membaiknya perkembangan sektor ini.

Kondisi ini berpengaruh positif dalam mendukung upaya ekspansi penyaluran Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Keragaan jumlah debitur Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Keragaan Nasabah Kredit Mikro Utama 200 180 160 Nasabah (orang) 140 120 100 80 60 40 20 0 Jun'07 Des'07 Jun'08 Des'08 Jun'09 Jul'09 Bulan

Sumber : BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga (2009)

Gambar 1.1 Keragaan Jumlah Debitur Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2007-2009 Peningkatan penyaluran Kredit Mikro Utama tidak hanya terjadi pada peningkatan jumlah debitur saja. Peningkatan juga terjadi pada angka kredit yang disalurkan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2.

2500 2,021 2000 1.790

Nilai (juta rupiah)

1500

1000 600 500 150 0 Jun'07 Des'07 Jun'08


Bulan

596 301

Jun'08

Jun'09

Jul'09

Sumber : BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga (2009)

Gambar 1.2 Posisi Penyaluran Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2007-2009 Penyaluran Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga juga disertai dengan sejumlah masalah. Pengembalian kredit yang tidak lancar menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan. Data Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di KCP Dramaga pada tahun 2009 menunjukkan masih cukup tingginya kredit bermasalah pada program Kredit Mikro Utama. Hal ini dapat ditunjukkan oleh Gambar 1.3.

9 8 7 6 NPL (%) 5 4 3 2 1 0 Jan Feb Mar Apr Bulan (2009) Mei Jun Jul

Sumber : BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga Tahun (2009)

Gambar 1.3 Posisi Non Performing Loan (NPL) Kredit Mikro Utama BPD Jawa Barat dan Banten KCP Dramaga 2009. Berdasarkan gambar di atas, nilai NPL Kredit Mikro Utama di tahun 2009 berada di atas kisaran 4 persen. Bahkan pada periode Januari sampai Maret berada di atas 5 persen. Pada periode April sampai Juli nilai NPL mengalami penurunan di kisaran 4 persen, tapi hal ini masih dinilai cukup meresahkan oleh pihak Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan deviden yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat pengembalian saham bank akan mengalami penurunan. Inilah yang harus diantisipasi oleh pihak bank agar peningkatan nilai NPL tidak berlanjut bahkan diharapkan dapat terus menurun.

Permasalahan NPL ini dinilai semakin penting bila dilihat dari cakupan Kantor Cabang Pembantu yang dibawahi Bank Jabar Banten Cabang Cibinong, dimana ada 4 KCP yang masuk ke dalam ruang lingkup Cabang Cibinong yakni KCP Cibinong, KCP Cileungsi, KCP Ciawi, dan KCP Dramaga itu sendiri. Sebagai perbandingan, pada bulan Januari dan Februari di tahun 2009 KCP Dramaga memilliki nilai NPL yang cukup tinggi dibandingkan ketiga KCP yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1.4.
9.00 8.00 7.00 Nilai NPL (%) 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Januari Bulan (2009) Februari KCP Cibinong KCP Cileungsi KCP Ciawi Tasik KCP Dramaga

Sumber : BPD Jawa Barat dan Banten Cabang Cibinong (2009)

Gambar 1.4 Posisi Non Performing Loan Kredit Mikro Utama antar KCP BPD Jawa Barat dan Banten Cabang Cibinong Januari-Februari 2009. Kondisi seperti ini tentunya menjadi dilematis bagi pihak bank, di satu sisi Bank Jabar Banten ingin membantu UMKM dalam hal pendanaan untuk menjalankan usahanya, namun di sisi lain Bank Jabar Banten juga berharap adanya keuntungan dari pemberian kredit untuk membiayai kelangsungan Bank Jabar Banten itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan perlunya penelitian untuk mengetahui sebab-sebab tidak lancarnya pengembalian Kredit Mikro Utama Bank

10

Jabar Banten sehingga diharapkan dapat menyusun strategi yang lebih baik lagi dalam menyeleksi calon debitur agar angka kredit bermasalah dapat ditekan. Faktorfaktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yaitu: 1. Karakteristik Personal terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan tanggungan dalam keluarga. 2. Karakteristik Usaha terdiri dari pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan bersih usaha bersih. 3. Karakteristik Kredit terdiri dari plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan, dan tingkat suku bunga. Dari uraian di atas, masalah yang akan diteliti berkaitan dengan tingkat pengembalian Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga adalah: 1. Bagaimana deskripsi nasabah yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kredit Mikro Utama dan bagaimana pengaruh dan keterkaitan tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan nasabah yang lancar dan menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga.

11

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua kalangan, baik bagi pihak Bank Jabar Banten khususnya KCP Dramaga, bagi pembaca, maupun bagi penulis. Bagi pihak Bank Jabar Banten, diharapkan menjadi bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan penyaluran Kredit Mikro Utama agar dapat mengurangi atau bahkan mencegah adanya penunggakan pengembalian kredit. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam hal informasi perbankan khususnya mengenai masalah Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten dan dapat memberikan manfaat untuk penelitian berikutnya. Dan bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki batasan ruang lingkup yaitu nasabah Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga yang akan diteliti adalah nasabah KMU produktif yang masih aktif sebagai nasabah hingga bulan Juli 2009 dan telah menerima kredit minimal enam bulan ke belakang sejak Juli 2009.

12

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Unsur-Unsur Kredit Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau badan hukum yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (Suyatno, et al., 2007). Prestasi dan kontraprestasi dapat berbentuk barang terhadap barang, barang terhadap uang, barang terhadap jasa, jasa terhadap jasa, jasa terhadap uang, jasa terhadap barang, uang terhadap uang, uang terhadap barang, dan uang terhadap jasa. Diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa. Disini terlihat pula bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi dan kontraprestasi. Kredit berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang, atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu). Dalam hitungan ini, kredit dapat pula diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barangbarang sekarang (Kent, 1988).

13

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Uang sering dijumpai pada proses perkreditan karena uang dalam transaksi kredit lebih mudah/lancar dibandingkan dengan barang dan jasa, terutama untuk mengukur pembayaran di hari yang akan datang. Jalannya transaksi semakin diperlancar dengan adanya ukuran yang tepat mengenai berapa yang akan diterima oleh kreditur dan berapa yang harus dibayar oleh debitur pada masa yang akan datang. Kredit juga memiliki konsekuensi penanggungan resiko bersama baik oleh kreditur maupun debitur. Resiko yang mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan mempunyai masalah di dalam

pengembaliannya, sedangkan resiko yang mungkin ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit. Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah: 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada

14

sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, semakin tinggi pula tingkat resikonya karena terdapat unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Adanya unsur resiko inilah yang mengakibatkan perlunya jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi, atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pembelian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima, dan karena pancasila adalah dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dengan demikian maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk (Suyatno, et al.,2007):

15

1.

Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

2.

Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

3.

Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. Pemberian kredit harus mencakup kepentingan yang seimbang antara

kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat, dan kepentingan pengusaha. Dimana kredit tidak semata-mata menguntungkan pihak debitur maupun kreditur, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain dapat meningkatkan daya guna uang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, meningkatkan daya guna dan peredaran barang, sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, meningkatkan kegairahan berusaha, meningkatkan pemerataan pendapatan, dan sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. 2.3 Jenis-Jenis Kredit Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

16

Kasmir (2008) mengklasifikasikan jenis-jenis kredit yaitu: 1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalanya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. b. Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

17

c.

Kredit Perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang

pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Dilihat dari segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya,

18

setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa Jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit Peternakan

Dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi. c. Kredit Industri

Yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah, atau besar. d. Kredit Pertambangan

Yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, atau tambang timah.

19

e.

Kredit Pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit Profesi

Diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter, atau pengacara. g. Kredit Perumahan

Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 2.4 Prinsip Penilaian Kredit Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit), yaitu prinsip 6C dan prinsip 6A. Adapun prinsip 6C (Dendawijaya, 2001) meliputi: 1. Character (Kepribadian) Prinsip ini menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan dalam membayar angsuran kredit (willingness to pay) yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. Karakter ini dapat dilihat dari: a. Berkelakuan baik, dalam arti tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat riwayat pinjaman terdahulu, atau riwayat pembayaran tagihan rutin nasabah setiap bulan (tagihan listrik, air, telepon)

20

b. c. 2.

Tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk atau penipu. Kedudukan calon debitur di lingkungan masyarakat. Capacity (Kemampuan) Terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk

melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian kredit. Kemampuan ini dapat diukur dari kondisi usaha,

pendapatan/omzet usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya, maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain akan semakin besar. 3. Capital (Modal) Merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah (pengusaha) dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya

pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 4. Condition of economy (Kondisi ekonomi) Pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. 5. Collateral (Agunan) Berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika

21

terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman (kredit) karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit yang macet. 6. Constraints (Keterbatasan) Merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat atau pembatas berupa faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek/usaha tidak memungkinkan untuk dijalankan. Metode analisis 6A adalah metode analisis kredit yang lebih teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pihak bank (pemberi kredit) diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan debitur untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Adapun prinsip 6A menurut Dendawijaya (2001) meliputi: 1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. 3. Aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

22

5.

Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya.

6.

Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

2.5 Kolektibilitas (Kualitas) Kredit Kolektibilitas (kualitas) kredit adalah kemampuan debitur untuk

mengembalikan dana yang dipinjam dari bank, baik pinjaman pokok maupun bunga kreditnya pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Penggolongan kolektibilitas (kualitas) kredit dapat diukur melalui ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Berdasarkan tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit, Bank Indonesia menggolongkan kolektibilitas kredit ke dalam empat kategori yaitu: 1. Kredit lancar (Pass) Kredit lancar adalah kredit yang pelunasan angsuran pokok dan/atau bunga dilakukan tepat waktu (tidak pernah melakukan penunggakan). 2. Dalam Perhatian Khusus (Special mention) Suatu kredit dikatakan daam perhatian khusus apabila terdapat penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 3. Kredit kurang lancar (Sub-standard)

23

Kredit kurang lancar adalah kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 4. Kredit diragukan (Doubtful) Kredit yang diragukan merupakan kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yan telah melampaui 180 hari. 5. Kredit macet (Loss) Kredit macet adalah kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 2.6 Defenisi dan Ruang Lingkup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil, pengertian usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, pengertian Usaha kecil adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, dan bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Besar, serta memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Berdasarkan Inpres Nomor 10 Tahun 1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah, pengertian usaha menengah adalah usaha produktif milik Warga

24

Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, yang berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, serta memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta, sampai dengan Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omzet kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omzet antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. BPS juga menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang, usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang. Bank Indonesia (BI) menggolongkan Usaha Kecil dengan merujuk pada UU Nomor 9 Tahun 1995, sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 s/d 600 juta). BI juga mendefinisikan bahwa kredit mikro adalah kredit dengan plafond Rp.0,- sampai dengan maksimum Rp.50 juta, kredit kecil adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.50 juta sampai dengan maksimum Rp.500 juta, kredit menengah adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.500 juta sampai dengan maksimum Rp.5 miliar. Namun dalam penyaluran KMU, pihak BJB KCP Dramaga medefinisikan kredit mikro adalah kredit dengan palfond Rp.0,- sampai dengan maksimum Rp.100 juta.

25

2.7 Lembaga Keuangan Bank Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan layanan yang menyangkut keuangan, termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan atau pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan non bank. Bank merupakan salah satu institusi yang menyediakan jasa keuangan, kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang artinya adalah uang. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Pengertian bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, secara sederhana pengertian bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2008). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prof. G.M. Verryn Stuart (2001) mendefinisikan bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok

26

perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. 2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian menyangkut kredit telah banyak dilakukan

diantaranya oleh Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis di BRI unit Ciomas, Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet Kupedes adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan Bank, dan omzet usaha yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauh jaraknya dari rumah ke bank serta semakin kecil omzet usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik (logit). Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Bogor (kasus di BRI unit Leuwiliang) menggunakan model analisis logistik biner (logit biner). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik individu yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap pengembalian Kupedes adalah jarak rumah debitur dengan BRI. Sedangkan karakteristik usaha yang berpengaruh nyata dan positif terhadap pengembalian Kupedes adalah omzet, pengalaman kredit, dan jangka waktu pinjaman.

27

Asih

(2007)

melakukan

penelitian

mengenai

faktor-faktor

yang

berpengaruh pada pengembalian kredit pengusaha kecil dalam program kemitraan Corporate Social Responsibility (studi kasus pada PT. Telkom Divre II Jakarta). Dengan menggunakan teknik analisis model binar (probit) diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua faktor yang berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit yaitu jumlah pinjaman dan penghasilan bersih usaha. Sedangkan yang terbukti berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit adalah tingkat suku bunga, bencana, dan penghasilan di luar usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammamah (2008) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (studi kasus nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg,

Cabang Bogor) menyimpulkan bahwa hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata bersifat positif/searah terhadap kelancaran pengembalian kredit yakni omzet usaha dan frekuensi pinjaman. Sedangkan variabel lainnya yakni usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond, dan jangka waktu pengembalian tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnnya ialah lokasi penelitian yang tergolong masih tergolong baru dan belum pernah ada yang meneliti di Bank Jabar Banten KCP Dramaga, Bogor. Ditambah lagi dengan program pengucuran Kredit Mikro Utama dari Bank Jabar Banten kepada pelaku usaha UMKM yang juga masih tergolong baru sehingga perlu dilakukan penelitian seperti ini untuk penyusunan strategi yang tepat agar program

28

penyaluran Kredit Mikro Utama dapat berjalan dengan lancar baik pada periode awal dan seterusnya. Disamping itu, dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis deskriptif yang membandingkan karakteristik debitur responden yang tergolong lancar dan menunggak dalam mengembalikan kredit. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini juga lebih beragam agar dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kelancaran Kredit Mikro Utama dari semua kemungkinan faktor-faktor yang diduga berpengaruh, baik itu faktor ekonomi maupun non-ekonomi. 2.9 Kerangka Pemikiran

2.9.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 2.9.1.1 Kekuatan dan Kelemahan UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang disebabkan inflasi atau berbagai faktor lainnya. Tanpa subsidi maupun proteksi, UMKM mampu menambah devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai penyangga perekonomian masyarakat kecil lapisan bawah. Sebahagian besar UMKM merupakan kegiatan padat karya, yang banyak memanfaatkan sumber daya lokal. Pada umumnya produk UMKM adalah produk yang khusus, unik, dan spesial. Hal ini dilakukan agar UMKM mampu bersaing dengan usaha besar yang memiliki banyak kekuatan dalam aktivitas produksinya. Hal inilah yang justru menjadi salah satu keunggulan UMKM. Ruang lingkup pemasaran yang tidak terlalu luas juga menjadikan UMKM mampu memahami sifat dan tabiat dari konsumennya. Hal ini jelas menjadi

29

kelebihan UMKM dibanding usaha besar yang jangkauan pemasarannya lebih luas dan jauh sehingga kurang memiliki hubungan langsung dengan para konsumennya. Kedekatan dengan konsumen tersebut dapat menjadi alat bagi UMKM untuk mencapai keberhasilan usaha. Disamping memiliki keunggulan yang sangat prospektif di atas, UMKM juga menghadapi kelemahan yang tidak sedikit. Pemberdayaan UMKM sampai sekarang ini masih bergelut pada masalah-masalah klasik seperti masalah keuangan khususnya menyangkut permodalan baik dalam membiayai aktivitas operasional maupun dalam pengembangan usaha. Dalam hal pemasaran juga

30

terdapat banyak kekurangan diantaranya kurangnya kemampuan promosi, posisi nilai tawar yang rendah ketika mengembangkan penetrasi usaha dalam konteks kompetensi global dan juga persaingan antar perusahaan kecil. Kelemahan juga terletak pada keberadaan UMKM sebagai usaha informal yang tidak memliki struktur organisasi yang jelas dan bersifat sederhana tanpa adanya aturan baku baik menyangkut status dan pembagian tugas karyawan dan sistem pengupahan. Dalam bidang admistrasi dan pembukuan juga masih ada kelemahan dimana pada umumnya UMKM tidak melakukan penganggaran dan pencatatan yang memadai terkait dengan pendapatan dan pengeluaran usaha. Masalah permodalan merupakan salah satu kelemahan dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan UMKM. Meskipun memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian, namum UMKM memiliki kendala dalam

memperoleh dana sebagai modal usaha. Oleh karena itu diperlukan peranan dari sektor perbankan maupun lembaga keuangan lainnya seperti pegadaian, modal ventura, leasing, dan juga lembaga keuangan informal dalam menyalurkan pendanaan dalam bentuk kredit. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan formal masih menjadi salah satu alternatif sumber permodalan bagi UMKM. Perbedaan persepsi antar UMKM dan bank khusunya mengenai kelayakan kredit kiranya dapat dipecahkan agar pelaku UMKM tidak terjerumus pada lembaga keuangan informal dengan bunga yang kredit yang tinggi. 2.9.1.2 Peran Kredit Bagi UMKM Kredit dapat berperan sebagai salah satu alternatif pembiayaan dalam mengatasi persoalan modal yang dihadapi UMKM. Pemberian kredit bagi pihak

31

UMKM diharapkan dapat mendukung kelancaran arus barang dan jasa sebagai sektor riil dan berguna dalam peningkatan produktivitas dalam masyarakat apabila kredit tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Kredit bagi UMKM juga berperan dalam pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan kerja, dan memperluas kesempatan berusaha yang pada ujungnya akan meningkatakan kesejahteraan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. Pada umumnya, pemberian kredit bagi UMKM akan memberikan manfaat yang luas dalam perbaikan kehidupan masyarakat, tidak hanya dalam dunia usaha tapi juga dalam hal-hal lain menyangkut kesejahteraan dan kualitas hidup. 2.9.2 Kerangka Pemikiran Operasional Penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten yang dioperasikan di tingkat cabang dan kantor cabang pembantu diharapkan mampu membantu pelaku UMKM yang membutuhkan bantuan modal baik dalam menjalankan usahanya maupun untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian Kredit Mikro Utama yang tepat sasaran bagi sektor UMKM akan menjadi pendorong berkembangnya skala usaha pada sektor ini dan meningkatkan produktivitas usahanya yang diharapkan dapat menambah pendapatan yang diterima dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten. Namun permasalahan yang kadang muncul ialah adanya keterlambatan pengembalian/pelunasan kredit yang dipengaruh oleh faktor-faktor dari sisi nasabah. Hal ini tentu saja merugikan bagi pihak bank karena modal bank menjadi beku dan menurunnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasi pemberian

32

kredit. Hal inilah yang mendorong perlunya dilakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pengembalian kredit. Pengembalian Kredit Mikro Utama digolongkan lancar apabila

pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu berdasarkan perjanjian. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembailannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar digolongkan dalam empat tingkatan/status oleh Bank Jabar Banten yaitu (1) DPK (dalam perhatian khusus), status ini diberikan kepada debitur yang menunda pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama satu sampai tiga bulan dari tanggal yang ditentukan. (2) Kurang lancar, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak angsuran Kredit Mikro Utama selama empat sampai lima bulan dari tanggal yang ditentukan. (3) Meragukan, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama enam bulan. (4) Macet, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama di atas tujuh bulan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran

pengembalian Kredit Mikro Utama dan membedakan kelompok debitur yang tergolong lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga terdiri dari faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan jumlah tanggungan dalam keluarga yang merupakan karakteristik personal. Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan usaha bersih. Selain itu, karakteristik kredit yang

33

diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Pemilihan semua faktor atau variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit tersebut berdasarkan hasil diskusi terhadap pihak analis kredit Bank Jabar Banten KCP Dramaga serta didukung oleh referensi dari penelitian sebelumnnya. Pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik Personal Jenis kelamin wanita diduga memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit (KMU Bank Jabar Banten KCP Dramaga) dibandingkan pria sehingga wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria. Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena usia yang lebih muda menunjukkan produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah menunjukkan kemampuan manajerial yang semakin baik dalam pengelolaan usaha. Status nasabah lama diduga memilki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada nasabah yang bersatatus masih baru karena nasabah yang berstatus lama memiliki rekam jejak pengembalian kredit dengan lancar di peminjaman sebelumnya. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit karena semakin banyak tanggungan

34

dalam keluaraga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang sedianya digunakan dalam pengembalian kedit. 2. Karakteristik Usaha Pengalaman usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin lama keberadaan usaha debitur maka dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung usaha yang digeluti dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta memberikan peluang kemampuan pengembalian kredit secara lancar. Aset usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena tingginya aset usaha yang dimiliki menunjukkan kemampuan membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan debitur yang aset usahanya lebih kecil. Omzet penjualan diduga berpengaruh positif dalam kelancaran

pengembalian kredit karena semakin tinggi omzet penjualan maka akan berpeluang lebih tinggi untuk mengembalikan kredit sesuai jadwal yang ditetapkan bank. Total pendapatan usaha bersih diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan bersih usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit dengan lancar juga semakin besar. 3. Karakteristik Kredit Plafond pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond yang diterima maka akan memperbesar beban angsuran dan bunga yang harus dibayar sehingga

35

menurunkan peluang pengembalian kredit secara lancar. Jangka waktu pelunasan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit, dengan asumsi semakin lama jangka waktu pelunasan kredit maka tanggungan angsuran akan semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu pelunasan yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Pengalaman menerima kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit menunjukkan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit. Jaminan kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai jaminan yang diberikan debitur pada saat penerimaan kredit maka keseriusannya dalam mengembalikan kredit akan semakin tinggi juga agar jaminnya kembali. Tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka beban angsuran bunga akan semakin tinggi juga yang mengakibatkan peluang nasabah dalam pengembalian kredit akan semakin kecil. Faktor-faktor di atas akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Besarnya pengaruh masing-masing faktor akan dapat terlihat dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Hasil analisis akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh guna mengatasi permasalahan kredit di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Kerangka pemikiran operasional yang telah diuraikan di atas dapat dirangkum dalam Gambar 2.1

36

Bank Jabar Banten Cabang Cibinong Bank Jabar Banten KCP Dramaga Kredit Mikro Utama UMKM Penunggakan Kredit (Kredit Bermasalah)

Karakteristik Personal a. Jenis Kelamin b. Usia c. Tingkat Pendidikan d. Status Debitur e. Jumlah Tanggungan dalam Keluaga

Karakteristik Usaha a. Pengalaman Usaha b. Aset Usaha c. Omzet Penjualan d. Total Pendapatan Usaha Bersih

Karakteristik Kredit a. Plafond Pinjaman b. Jangka Waktu Pelunasan Kredit c. Pengalaman Memerima Kredit d. Jaminan Kredit e. Tingkat Suku Bunga

Tingkat Pengembalian Kredit Lancar Analisis Kualitatif (Deskriptif) Analisis Kuantitatif (Regresi Logistik) dan Korelasi Output: 1. Karakteristik debitur yang lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit (Deskriptif) 2. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi dan memiliki keterkaitan terhadap tingkat pengembalian kredit (Regresi Logistik dan Korelasi) Bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga pada masa yang akan datang Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Operasional Tidak Lancar

37

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga cabang Cibinong. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Juli 2009 sedangkan upaya persiapan/prapenelitian dan penjajakan mulai dilakukan sejak bulan Mei 2009. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari arsip data debitur KMU, data Laporan Bulanan Bank Jabar Banten KCP Dramaga menyangkut KMU, data dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Laporan Keuangan Bank Jabar Banten. 3.3 Populasi Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah para nasabah Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga yang masih aktif hingga bulan Juli 2009 dan telah memperoleh pinjaman Kredit Mikro Utama sekurangkurangnya enam bulan berjalan. Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 debitur yang terbagi dalam subpopulasi yaitu debitur dengan pengembalian lancar sebanyak 88 debitur dan debitur dengan pengembalian tidak lancar sebanyak 29 debitur.

38

3.4 Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelititan ini dilakukan dengan penarikan sampel tanpa peluang (nonprobability sampling) yang tidak memungkinkan kita menghitung peluang terpilihnya anggota tertentu populasi ke dalam contoh. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 orang yang berdasarkan pada metode Slovin yang menggunakan rumus:

n N E

= ukuran sampel = ukuran populasi = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi yaitu 10 persen

bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yang berjumlah 117 orang yaitu minimal 53 orang. Sedangkan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 49 orang mewakili subpopulasi nasabah yang lancar dalam pengembalian kredit dan 21 orang mewakili subpopulasi yang tidak lancar dalam pengembalian kredit. 3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelititan ini menggunakan perangkat digital komputer dengan aplikasi program SPSS 13 dan Microsoft Excell 2007. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

39

3.5.1

Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan melalui analisis deskripktif dengan

menjabarkan satu persatu karakteristik KMU dalam bentuk tabulasi yang ditujukan untuk menunjang analisis kuantitatif. 3.5.2 Analisis Kuantitatif Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh pada kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama menggunakan model analisis Regresi Logistik (Logit Biner) sehingga dapat diketahui variabel-variabel prediktor (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, tanggungan dalam keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan, plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga) yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama sebagai variabel respon. 3.5.2.1 Analisis Regresi Logistik

1) Penentuan Variabel a) Variabel respon Y = 1 : Jika pengembalian kredit lancar Y = 0 : Jika pengembalian kredit menunggak b) Variabel Prediktor 1. Karakteristik personal X1 = Jenis Kelamin, sebagai variabel dummy (1 = wanita dan 0 = pria) X2 = Usia (tahun) X3 = Tingkat pendidikan (tahun)

40

X4 = Status nasabah, sebagai variabel dummy (1 = nasabah lama ; 0 = nasabah baru) X5 = Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang) 2. Karakteristik usaha X6 = Pengalaman usaha, dengan kategori (0 = 1-8 tahun ; 1 = 8-16 tahun ; 2 = > 16 tahun) X7 = Aset usaha (rupiah) X8 = Omzet usaha, dengan kategori (0 = < 8,5 juta rupiah ; 1 = 8,5 85 juta rupiah; 2 = . 85 juta rupiah) X9 = Total pendapatan, dengan kategori (0 = < 1 juta rupiah ; 1 = 1- 2,5 juta rupiah ; 2 = > 2,5 juta rupiah) 3. Karakteristik kredit X10 = Plafond pinjaman, dengan kategori (0 = > 50 juta rupiah ; 1 = 25 - 50 juta rupiah ; 2 = 10 - 25 juta ; 3 = < 10 juta rupiah) X11 = Jangka waktu pelunasan (bulan) X12 = Pengalaman kredit (kali) X13 = Jaminan kredit (rupiah) X14 = Tingkat suku bunga, dengan kategori (0 = 16,5 % ; 1 = 16%) 2) Estimasi Fungsi Regresi Logistik Regresi logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel prediktor yang berskala metrik (kontinyu) atau kategorik (nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik. Estimasi model tersebut yaitu:

41

L = ln
Keterangan:

= 0 + 1X1 + 2X2 + ....... + kXk

L = Variabel respon, dalam hal ini tingkat kelancaran pengembalian kredit (1 =


lancar, 0 = tidak lancar)

0 = Konstanta 1 = Koefisien variabel prediktor ke-1 k = Koefisien variabel prediktor ke-k X1 = Variabel prediktor ke-1 Xk = Variabel prediktor ke-k
3) Uji Kelayakan Model Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabelveriabel prediktor dalam model secara simultan/bersama-sama. Rumus uji G yaitu:

G = -2 ln
Keterangan: l0 = Likelihood tanpa variabel prediktor l1 = Likelihood dengan variabel prediktor Hipotesis: H0 = 1 = 2 = ... = k = 0 H1 = Minimal ada satu nilai 0

42

Jika nilai G >

p()

atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf

nyata ( = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadapa variabel respon. 4) Uji Kebaiksuain Model Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari Hosmer dan Lameshow. Hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata ( = 0,1) maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. 5) Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel prediktor secara individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus:

Keterangan: = Penduga = Penduga standard error dari k = Koefisien variabel prediktor ke-k

43

Hipotesis:

H0 = k = 0 H1 = k 0, k=1,2,...,k

Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Z/2 two-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata ( = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap variabel respon. 3.6 Definisi Operasional 1. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan/atau bunga dari waktu yang ditetapkan. 2. Kredit tidak lancar (menunggak) yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan/atau bunga telah mengalami penundaan satu bulan atau lebih. 3. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin dari debitur penerima kredit sekaligus pelaku UMKM (1 = wanita, 0 = pria). 4. Usia yaitu umur debitur sejak lahir hingga proses pengambilan data dilakukan (tahun). 5. Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal yang dijalani oleh debitur dihitung dalam satuan tahun (lulus SD = 6, lulus SMP = 9, lulus SMA = 12, lulus D3 = 15, lulus S1 = 16). 6. Status nasabah yaitu pembedaan nasabah atas nasabah baru atau yang sudah menjadi nasabah sebelumnya. 7. Jumlah tanggungan keluarga adalah anak dari debitur yang belum menikah dan/atau dalam usia sekolah dan/atau anggota keluarga yang belun

44

berpenghasilan atau jumlah anggota keluarga yang masih bergantung pada debitur dalam hal keuangan dihitung dalam satuan orang. 8. Pengalaman usaha yaitu lama usaha yang digeluti debitur, dihitung dalam satuan tahun. 9. Aset usaha yaitu kekayaan usaha baik dalam bentuk fisik yang memiliki nilai bagi suatu entitas usaha. 10. Omzet usaha yaitu keseluruhan jumlah penjualan usaha dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. 11. Total pendapatan usaha yaitu jumlah penerimaan bersih rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur. 12. Plafond pinjaman yaitu nilai nominal pinjaman kredit yang diterima debitur. 13. Jangka waktu pelunasan yaitu lama pengembalian kredit yang telah disepakati dalam perjanjian. 14. Pengalaman kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman kredit. 15. Jaminan kredit yaitu aset pihak debitur yang dijanjikan kepada kreditur jika debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. 16. Tingkat suku bunga yaitu persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu perode tertentu.

45

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.9.1.3 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

46

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor

1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten. 4.1.2 Produk-Produk Unggulan BPD Jawa Barat dan Banten Pelayanan jasa perbankan yang diberikan oleh Bank Jabar Banten mencakup penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito, penyaluran dan berupa kredit dan juga jasa lainnya. Beberapa produk-produk unggulan Bank Jabar Banten diantaranya (Bank Jabar Banten, 2008):

47

a.

Tandamata, merupakan tabungan yang diselenggarakan oleh Bank Jabar Banten dengan bunga yang dihitung berdasarkan saldo harian dengan tingkat suku bunga yang progresif dan dapat dijadikan jaminan kredit pada Bank Jabar Banten, juga dilengkapi dengan jaringan ATM untuk proses transaksi dan program undian berhadiah.

b.

Tandamata Gold, merupakan produk tabungan istimewa Bank Jabar Banten dengan tingkat bunga harian yang lebih tinggi dari tabungan lain, kemudahan bertransaksi di seluruh Kantor Cabang Bank Jabar Banten mmelalui fasilitas online tanpa dikenakan biaya, dapat dijadikan agunan kredit, dapat digunakan untuk pembayaran berbagai tagihan, dan diberikan fasilitas perlindungan asuransi gratis.

c.

Simpeda, merupakan tabungan yang diselenggarakan Bank Pembangunan Dareah (BPD) seluruh Indonesia dengan bunga yang dihitung berdasarkan saldo harian dengan tingkat suku bunga progresif, dapat dijadikan jaminan kredit pada Bank Jabar Banten, dan diberikan undian berhadiah.

d.

Tabah, merupakan produk tabungan untuk mewujudkan niat suci nasabah untuk melaksanakan ibadah Haji dengan keuntungan seperti kepastian berangkat bila penabung telah memenuhi persyaratan minimun, bebas dari biaya administrasi, dan perlindungan asuransi jiwa.

e.

Produk dan Layanan Syariah, merupakan produk dan layanan perbankan yang berdasarkan prinsip syariah diantaranya Giro Syariah (Prinsip Wadiah), Tabungan Tandamata Syariah (Prinsip Wadiah), Tabungan Simpeda Syariah (Prinsip Mudharabah), Deposito Syariah (Prinsip Mudharabah).

48

f.

Kredit Guna Bhakti, merupakan kredit yang diberikan pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemda, PNS Non Pemda, Calon Pegawai Negeri Negeri Sipil (CPNS) Pemda, CPNS Non Pemda, dan anggota DPRD.

g.

KPR Multi Griya Bank Jabar Banten, merupakan kredit pemilikan rumah yang diberikan kepada perorangan (Pegawai Aktif, Anggota TNI Polri, Profesional, Wiraswasta, dan Pensiunan) untuk keperluan pembelian rumah, pembangunan rumah, dan renovasi.

h.

Kredit Mikro Utama, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Jabar Banten kepada pelaku usaha UMKM.

2.9.1.4 Bank Jabar Banten Kantor Cabang Pembantu Dramaga 4.2.1 Sejarah dan Letak Bank Jabar Banten KCP Dramaga Bank Jabar Banten KCP Dramga mulai berdiri pada bulan Februari tahun 2003 yang merupakan salah satu dari empat kantor cabang pembantu cabang Cibinong yang beroperasi untuk melayani masyarakat. Bank Jabar Banten KCP Dramaga terletak di Komplek Pertokoan Grawida Kampus IPB Dramaga, Bogor. Lokasi kantor yang sangat berdekatan dengan pusat kegiatan usaha masyarakat di wilayah Dramaga sangat mendukung salah satu produk Bank Jabar Banten KCP Dramaga yaitu penyaluran kredit bagi usaha kecil untuk membantu kelancaran dan kemajuan usahanya. 4.2.2 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga dipimpim oleh seorang Pimpinan Kantor Cabang Pembantu yang bertanggungjawab atas keseluruhan kinerja dari Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Di bawah pimpinan KCP ada seorang analis kredit yang bertanggung jawab atas kelancaran penyaluran dan

49

pengembalian kredit termasuk di dalamnya melakukan pemantauan dan pembinaan kepada nasabah penerima kredit. Selain itu ada dua orang teller yang bertugas menangani pelayanan tabungan, transfer/pemindahbukuan, penarikan tabungan, dan jasa lainnya, serta seorang petugas pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang bertugas melayani pembayaran PBB masyarakat. Selain karyawan inti tersebut, Bank Jabar Banten KCP Dramaga juga memiliki seorang staf keamanan, seorang supir, dan seorang staf cleaning service. Struktur inti organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 4.1 berikut ini:

Pimpinan KCP

Analis Kredit

Petugas PBB

Teller 1

Teller 2

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga 2.9.1.5 Kredit Mikro Utama (KMU) Kredit Mikro Utama merupakan salah satu produk Bank Jabar Banten dalam penyaluran kredit kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ditangani oleh tingkat cabang dan cabang pembantu untuk membantu permodalan usaha dan peningkatan kesejahteraan golongan ekonomi lemah.

50

4.3.1

Tujuan Kredit Mikro Utama Adapun tujuan pemberian Kredit Mikro Utama yaitu:

1.

Membantu pengusaha mikro agar mampu meningkatkan usahanya sehingga diperoleh penghasilan yang memadai dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

2. 3.

Memberikan kesempatan berusaha yang lebih baik bagi pengusaha UMKM. Mengembangkan usaha berskala mikro, kecil, dan menengah baik secara individual maupun secara kelompok.

4.

Membantu pelaku usaha UMKM agar dapat memiliki akses dengan Bank Jabar Banten, sehingga diharapkan tercipta kemitraan antara Bank Jabar Banten dengan pengusaha mikro, kecil, dan menengah.

5.

Membantu upaya pemerintah untuk memberdayakan pelaku UMKM. Sasaran Kredit Mikro Utama Sasaran Kredit Mikro Utama adalah segmen pasar kredit skala mikro,

4.3.2

kecil, dan menengah yang masih memiliki potensi untuk dibiayai dengan kredit seperti perorangan yang memiliki usaha di dalam sektor ekonomi produktif, dan kelompok usaha yang memiliki usaha di dalam sektor ekonomi produktif. Namum pemberian Kredit Mikro Utama lebih diutamakan untuk kelompok usaha yang berada di lokasi yang sama atau saling menunjang atau memiliki potensi pasar ekonomi. 4.3.3 Jenis Kredit Mikro Utama Kredit Mikro Utama Jabar Banten merupakan kredit yang diberikan pada pelaku usaha yang sebelumnya pernah menikmati fasilitas kredit peduli Bank Jabar Banten dengan performance baik.

51

a)

Kredit Mikro Utama Individu. Merupakan kredit yang diberikan pada pelaku usaha yang mengajukan kredit secara perorangan.

b) Kredit Mikro Utama Kelompok. Merupakan kredit yang diberikan kepada pelaku usaha yang mengajukan kredit secara perorangan di lokasi pasar atau di lokasi sentra bisnis. c) Kredit Mikro Utama Linkage. Merupakan kredit yang diperuntukkan untuk pembiayaan yang penyaluran dan penatausahaannya dilakukan melalui kerjasama dengan BPR Pemda. 4.3.4 Ketentuan Umum Kredit Mikro Utama

1) Ketentuan Kredit Mikro Utama Jabar Banten a) Maksimal Plafond Plafond Kredit Mikro Utama Jabar Banten maksimal sebesar Rp. 25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah). b) Jangka Waktu Jangka waktu Kredit Mikro Utama Kelompok berdasarkan jenis kredit, yaitu: a. Modal Kerja b. Investasi c) Suku Bunga a. Modal Kerja b. Investasi : 10% flat per tahun atau 16% efektif per tahun. : 10% flat per tahun atau 16% efektif per tahun. : maksimal 3 tahun. : maksimal 3 tahun.

52

2) Ketentuan Kredit Mikro Utama Individu a) Maksimal Plafond Plafond Kredit Mikro Utama Individu berkisar antara sebesar Rp. 25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,- (Seratus juta ruupiah). b) Jangka Waktu Jangka waktu Kredit Mikro Utama Kelompok berdasarkan jenis kredit, yaitu: a. Modal Kerja b. Investasi c) Suku Bunga a. Modal Kerja b. Investasi : 16% efektif per tahun. : 16,5% efektif per tahun. : maksimal 3 tahun. : maksimal 5 tahun.

3) Ketentuan Umum Kredit Mikro Utama Kelompok a) Maksimal Plafon Plafond Kredit Mikro Utama Kelompok maksimal sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus puluh juta rupiah). b) Jangka Waktu Jangka waktu Kredit Mikro Utama Kelompok berdasarkan jenis kredit, yaitu: a. Modal Kerja b. Investasi : maksimal 3 tahun : maksimal 5 tahun

53

c) Suku Bunga a. Modal Kerja b. Investasi : 18% flat per tahun. : 18% flat per tahun.

4) Ketentuan Kredit Mikro Utama Linkage a) Maksimal Plafond Plafond Kredit Mikro Utama Linkage yaitu: a. Executing b. Channeling b) Jangka Waktu Jangka waktu Kredit Mikro Utama Linkage berdasarkan jenis kredit, yaitu: a. Modal Kerja (Executing) Modal Kerja (Channeling) b. Investasi (Executing) c) Suku Bunga a. Modal Kerja (Executing) Modal Kerja (Channeling) b. Investasi (Executing) 4.3.5 Syarat Kredit Mikro Utama Persyaratan Kredit Mikro Utama diantaranya: a. b. c. d. Surat Permohonan Kredit. Fotocopy KTP Pemohon beserta (suami/istri) apabila sudah menikah. Fotocopy kartu keluarga. Fotocopy surat nikah apabila sudah menikah. : 14% efektif per tahun. : 16% effektif per tahun. : 16,5% efektif per tahun. : 5 tahun. : 2 tahun. : 5 tahun. : Rp. 25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah) : Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).

54

e.

Pasfoto pemohon beserta (suami/istri) apabila sudah menikah ukuran 3x4 masing-masing 1 lembar.

f. g. h. i.

Fotocopy rekening tabungan/ Giro/deposito (3 bulan terakhir). Fotocopy rekening listrik,Telepon dan PDAM (3 bulan terakhir). Izin usaha/surat keterangan usaha dari Desa/kelurahan/Dinas terkait. Fotocopy jaminan (SHM/SHGB/SHGP/BPKB/Girik/Akta Tanah/Akta Jual beli, dan lain-lain).

j. k. l.

Fotocopy PBB tahun terakhir. Fotocopy KTP (suami/istri), kartu keluarga, surat nikah pemilik jaminan. Laporan Laba/rugi usaha.

m. Surat Penawaran (Mesin/ Peralatan/Kendaraan) untuk tujuan kredit investasi. n. Rencana Anggaran Bangunan/Perluasan Bangunan untuk tujuan kredit investasi.

55

II.

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi berdasarkan variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit yang terdiri dari karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik personal mencakup jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan tanggungan keluarga. Karakteristik usaha mencakup pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan usaha bersih. Sedangkan karakteristik kredit mencakup plafond pinjaman, jangka waktu, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Dilihat dari karakteristik personal, sebagian besar nasabah Kredit Mikro Utama yang menjadi responden berjenis kelamin pria yang jumlahnya 53 orang, sedangkan debitur wanita berjumlah 17 orang, usia debitur berkisar antara 23 tahun hingga 66 tahun, tingkat pendidikan nasabah diantara sekolah dasar hingga sarjana. Debitur yang baru mengajukan kredit berjumlah 41 orang, sedangkan yang sudah pernah mengajukan kredit berjumlah 29 orang, dan jumlah tanggungan dalam keluarga berkisar antara nol hingga tujuh orang. Dilihat dari karakteristik usaha, pengalaman usaha nasabah KMU yang menjadi responden berkisar antara satu hingga 24 tahun, aset usaha berkisar antara 10 juta hingga 300 juta rupiah, omzet usaha diantara 5 juta hingga 350 juta rupiah per bulan, sedangkan total pendapatan usaha bersih berkisar antara 300 ribu rupiah sampai 7,5 juta rupiah. Berdasarkan karakteristik kredit, nilai plafond

56

nasabah responden antara 5 juta hingga 95 juta rupiah, jangka waktu pelunasan berkisar antara 12 bulan hingga 60 bulan, pengalaman kredit antara nol sampai dua kali, jaminan kredit berkisar antara 6,5 juta sampai 420 juta rupiah, dan tingkat suku bunga berada di kisaran 16 persen dan 16,5 persen. 5.1.1 Perbandingan Karakteristik Personal Responden Karakteristik personal responden baik dengan kategori lancar maupun menunggak diklasifikasikan berdasarkan variabel jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan tanggungan keluarga yaitu: a) Jenis Kelamin Seorang wanita biasanya lebih mengedepankan perasaan daripada pikiran dalam melakukan suatu tindakan, sedangkan pria sebalikanya. Wanita juga disinyalir lebih perhatian terhadap permasalahan utang dibanding pria. Kaitannya dengan pengembalian KMU, diduga bahwa perilaku pengembalian KMU (lancar maupun menunggak) berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin tersebut. Tabel 5.1 Perbandingan Sebaran Jenis Kelamin Responden per Kategori Jenis Kelamin Pria Wanita Total Lancar Jumlah (orang) 37 12 49 Proporsi (%) 75,51 24,49 100,00 Menunggak Jumlah (orang) 16 5 21 Proporsi (%) 76,19 23,81 100,00 Total Jumlah (orang) 53 17 70 Proporsi (%) 75,71 24,29 100,00

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden secara keseluruhan didominasi oleh pria sebesar 75,71 persen yakni sebanyak 53 orang dan sisanya adalah wanita. Nasabah yang berjenis kelamin pria juga mendominasi masing-masing kategori pengembalian kredit baik yang lancar maupun yang menunggak (75,51 persen dan 76,19 persen).

57

b) Usia Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena usia yang lebih muda menunjukkan produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih tinggi yang mempengaruhi perkembangan usaha ke arah yang lebih baik. Tabel 5.2 Perbandingan Sebaran Usia Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Usia Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (tahun) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 17-30 3 6,12 0 0,00 3 4,29 31-40 41-55 > 55 Total 22 17 7 49 44,90 34,69 14,29 100,00 6 12 3 21 28,57 57,14 14,29 100,00 28 29 10 70 40,00 41,43 14,28 100,00

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran usia 31 tahun hingga 55 tahun yakni sebesar 81,43 persen (40,00% + 41,43%). Sebagian besar responden yang lancar dalam pengembalian kredit berada pada kisaran usia 31 tahun hingga 40 tahun yakni sebesar 44,90 persen, sedangkan sebagian besar responden yang menunggak dalam

pengembalian kredit berada pada kisaran usia 41 tahun hingga 55 tahun. c) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah menunjukkan kemampuan manajerial yang semakin baik dalam pengelolaan usaha.

58

Tabel 5.3 Perbandingan Sebaran Tingkat Pendidikan Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Total Jumlah (orang) 12 8 25 1 3 49 Proporsi (%) 24,49 16,33 51,02 2,04 6,12 100,00 Jumlah (orang) 1 8 11 0 1 21 Proporsi (%) 4,76 38,10 52,38 0,00 4,76 100,00 Jumlah (orang) 13 16 36 1 4 70 Proporsi (%) 18,57 22,86 51,43 1,43 5,71 100,00

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP hingga SMA yakni sebesar 74,29 persen (22,86% + 51,43 %). Sebagian besar responden yang lancar dalam pengembalian kredit berpendidikan SMA yakni sebanyak 51,02 persen, dan sebagian besar responden yang menunggak dalam pengembalian kredit juga berpendidikan SMA yakni sebanyak 52,38 persen. Namun sebagian besar responden yang berpendidikan SD lancar dalam pengembalian kredit yakni sebanyak dua belas orang, sedangkan yang menunggak hanya satu orang. d) Status Nasabah Nasabah lama pastinya memiliki rekam jejak pengembalian kredit dengan lancar di peminjaman sebelumnya sehingga diharapkan dapat mengembalikan kredit dengan lancar dibanding dengan nasabah yang baru meminjam kredit untuk pertama kalinya yang tentunya belum memiliki rekam jejak dalam pengembalian kredit.

59

Tabel 5.4 Perbandingan Sebaran Status Nasabah Responden per Kategori Lancar Status Nasabah Nasabah Lama Nasabah Baru Total Jumlah (orang) 24 25 49 Proporsi (%) 48,98 51,02 100,00 Menunggak Jumlah (orang) 5 16 21 Proporsi (%) 23,81 76,19 100,00 Total Jumlah (orang) 29 41 70 Proporsi (%) 41,43 58,57 100,00

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah nasabah baru yakni sebesar 58,57 persen. Responden yang lancar dalam pengembalian kredit tidak begitu jauh perbedaannya antara nasabah baru maupun nasabah lama yakni masing-masing sebanyak 48,98 persen dan 51,02 persen. Namun, responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar berasal dari nasabah baru yakni sebesar 76,19 persen. e) Jumlah Tanggungan Keluarga Banyaknya jumlah tanggungan dalam suatu keluarga akan mengakibatkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan dan pada akhirnya akan mengurangi proporsi pendapatan yang sedianya dialokasikan untuk membayar kredit. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam membayar angsuran kredit. Tabel 5.5 Perbandingan Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga Responden per Kategori Tanggungan Keluarga (orang) 2 >2 Total Lancar Jumlah (orang) 20 29 49 Proporsi (%) 40,82 59,18 100,00 Menunggak Jumlah (orang) 8 13 21 Proporsi (%) 38,10 61,90 100,00 Total Jumlah (orang) 28 42 70 Proporsi (%) 40,00 60,00 100,00

60

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga di atas dua orang yakni sebesar 60 persen . Sebagian besar responden yang lancar dalam pengembalian kredit memiliki tanggungan keluarga di atas dua orang sebesar 59,18 persen, dan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit umumnya juga memiliki tanggungan keluarga diatas dua orang sebesar 61,90 persen. 5.1.2 Perbandingan Karakteristik Usaha Responden Perbandingan karakteristik usaha masing-masing responden diidentifikasi berdasarkan pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha per bulan, dan total pendapatan usaha bersih per bulan yaitu: a) Pengalaman Usaha Pengalaman usaha menunjukkan kemapanan seseorang dalam

menjalankan suatu usaha. Semakin lama pengalaman usaha seseorang maka kemampuannya dalam mengelola usaha akan semakin baik. Harapannya, semakin lama usaha yang digeluti nasabah KMU, maka peluang keberhasilan usaha akan semakin besar pula dan dengan sendirinya dapat menjamin kemampuan nasabah KMU dalam mengembalikan kredit. Tabel 5.6 Perbandingan Sebaran Pengalaman Usaha Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Pengalaman Usaha Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (tahun) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 4 58 9 12 > 12 Total 14 15 5 15 49 28,57 30,61 10,21 30,61 100,00 9 9 0 3 21 42,86 42,86 0,00 14,28 100,00 23 24 5 18 70 32,86 34,29 7,14 25,71 100,00

61

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman usaha di bawah sembilan tahun yakni sebesar 67,15 persen (32,86 % + 34,29%). Sebagian besar responden yang lancar dalam pengembalian kredit memiliki pengalaman usaha kurang dari sembilan tahun yakni sebesar 59,18 persen (28,57% + 30,61%), demikian juga responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki pengalaman usaha kurang dari sembilan tahun yakni sebesar 85,72 persen (42,86% + 42,86%). b) Aset Usaha Aset usaha menunjukkan kemampuan membayar dan menalangi suatu pinjaman sehingga nasabah KMU yang memlilki aset yang besar dinilai mampu mengembalikan kredit dengan lancar dibandingkan dengan nasabah KMU yang aset usahanya lebih kecil. Tabel 5.7 Perbandingan Sebaran Aset Usaha Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Aset Usaha Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (juta rupiah) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 50 > 50 - 100 > 100 Total 20 15 14 49 40,82 30,61 28,57 100,00 4 10 7 21 19,05 47,62 33,33 100,00 24 25 21 70 34,29 35,71 30,00 100,00

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki aset usaha di bawah seratus juta rupiah yakni sebesar 70 persen (34,29% + 35,71%). Responden yang lancar dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki aset usaha di bawah lima puluh juta rupiah yakni sebesar 40,82 persen, sedangkan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar

62

memiliki aset usaha di atas lima puluh juta rupiah yakni sebesar 80,95 persen (47,62% + 33,33%). c) Omzet Usaha Semakin tinggi omzet usaha yang dimiliki nasabah KMU tentunya akan meningkatkan keseluruhan jumlah penjualan usahanya dalam kurun waktu tertentu sehingga diharapkan mampu mengembalikan kredit dengan lancar. Tabel 5.8 Perbandingan Sebaran Omzet Usaha Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Omzet Usaha (juta Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi rupiah/bulan) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 25 24 48,98 8 38,09 32 45,71 > 25 - 50 > 50 Total 14 11 49 28,57 22,45 100,00 9 4 21 42,86 19,05 100,00 23 15 70 32,86 21,43 100,00

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki omzet usaha per bulan di bawah lima puluh juta rupiah yakni sebesar 78,57 persen (45,71% + 32,86%). Responden yang lancar dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki omzet usaha per bulan di bawah dua puluh lima juta rupiah yakni sebesar 48,98 persen, sedangkan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki omzet usaha per bulan antara dua puluh lima juta rupiah hingga lima puluh juta rupiah yakni sebesar 42,86 persen. d) Total Pendapatan Usaha Bersih Pendapatan merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi total pendapatan usaha nasabah KMU maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan. Kaitannya dalam pengembalian kredit ialah dengan tingginya total pendapatan nasabah

63

KMU maka kemampuannya dalam mengembalikan kredit dengan lancar akan terjamin. Tabel 5.9 Perbandingan Sebaran Total Pendapatan Bersih Usaha Responden per Kategori Total Lancar Menunggak Total Pendapatan Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (juta (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) rupiah/bulan) 1 16 32,65 4 19,05 20 28,58 > 1 2,5 13 26,53 12 57,14 25 35,71 > 2,5 20 40,82 5 23,81 25 35,71 Total 49 100,00 21 100,00 70 100,00 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki total pendapatan per bulan di atas satu juta rupiah yakni sebesar 71,42 persen (35,71% + 35,71 %). Responden yang lancar dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki total pendapatan per bulan di atas dua setengah juta rupiah yakni sebesar 40,82 persen, sedangkan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar memiliki total pendapatan per bulan di bawah dua setengah hingga satu juta rupiah yakni sebesar 57,14 persen. 5.1.3 Perbandingan Karakteristik Kredit Responden Karakteristik kredit responden baik dengan kategori lancar maupun menunggak diklasifikasikan berdasarkan variabel plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan kredit, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga yaitu: a) Plafond Pinjaman Besarnya plafond kredit yang diberikan oleh bank tergantung dari jumlah permintaan dan penilaian kemampuan pembayaran seorang debitur. Namun, jumlah plafond yang besar juga akan mengakibatkan beban angsuran yang besar

64

pula bagi nasabah KMU dalam pelunasannya sehingga menimbulkan resiko terhambatnya pengembalian kredit oleh debitur. Tabel 5.10 Perbandingan Sebaran Plafond Pinjaman Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Plafond Pinjaman Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (juta (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) rupiah) 30,61 3 14,29 18 25,72 15 10 > 10 - 25 > 25 50 > 50 Total 14 16 4 49 28,57 32,65 8,17 100,00 6 11 1 21 28,57 52,38 4,76 100,00 20 27 5 70 28,57 38,57 7,14 100,00

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar reponden memperoleh plafond kredit antara >Rp 25 juta hingga Rp 50 juta yakni sebesar 38,57 persen. Sebagian besar responden yang tergolong lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian kredit juga memperoleh plafond dengan kisaran nilai tersebut yaitu sebanyak 32,65 persen dari responden yang lancar dan 52,38 persen dari responden yang menunggak. b) Jangka Waktu Pelunasan Kredit Jangka waktu pelunasan kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang nasabah KMU dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk pembayaran bunganya. Semakin panjang waktu yang diberikan, maka beban debitur dalam membayar angsuran akan semakin ringan/longgar.

65

Tabel 5.11 Perbandingan Sebaran Jangka Waktu Pelunasan Kredit Responden per Kategori Jangka Lancar Menunggak Total Waktu Pelunasan Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Kredit (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (tahun) 1 3 6,12 0 0,00 3 4,28 >1-2 27 55,10 8 38,09 35 50,00 >23 19 38,78 4 19,05 23 32,86 >3 0 0,00 9 42,86 9 12,86 Total 49 100,00 21 100,00 70 100,00 Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menerima kredit dengan jangka waktu pelunasan di atas satu hingga dua tahun yakni sebesar 50,00 persen. Responden yang lancar dalam pengembalian kredit sebagian besar menerima kredit dengan jangka waktu pelunasan di atas satu hingga dua tahun yakni sebesar 55,10 persen, sedangkan responden yang menunggak dalam pengembalian kredit sebagian besar menerima kredit dengan jangka waktu pelunasan di atas tiga tahun yakni sebesar 42,86 persen. c) Pengalaman Kredit Pengalaman kredit merupakan frekuensi/intensitas nasabah KMU dalam memperoleh pinjaman kredit dari lembaga keuangan. Pihak Bank Jabar Banten tentunya akan memberikan kepercayaan lebih pada nasabah KMU yang telah melunasi seluruh pinjaman kreditnya dengan lancar pada masa lalu. Tabel 5.12 Perbandingan Sebaran Pengalaman Kredit Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Pengalaman Kredit Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (kali) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 28 57,14 17 80,95 45 64,29 0 1 2 Total 18 3 49 36,74 6,12 100,00 3 1 21 14,29 4,76 100,00 21 4 70 30,00 5,71 100,00

66

Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden belum pernah memiliki pengalaman dalam menerima kredit yakni sebesar 64,29 persen. Sebagian besar responden yang tergolong lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian kredit juga belum memiliki pengalaman kredit yakni sebesar 57,14 persen dari responden yang lancar dan 80,95 persen dari responden menunggak. d) Jaminan Kredit Jaminan kredit yaitu aset pihak nasabah KMU yang dijanjikan kepada kreditur jika nasabah KMU tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Semakin besar nilai jaminan yang diberikan nasabah KMU pada saat penerimaan kredit maka keseriusannya dalam mengembalikan kredit akan semakin tinggi juga agar jaminannya kembali sehingga diharapkan mampu mengembalikan kredit dengan lancar. Tabel 5.13 Perbandingan Sebaran Jaminan Kredit Responden per Kategori Jaminan Lancar Menunggak Total Kredit Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (juta (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) rupiah) 12 24,49 5 23,81 17 24,28 50 > 50 - 100 > 100 Total 17 20 49 34,69 40,82 100,00 12 4 21 57,14 19,05 100,00 29 24 70 41,43 34,29 100,00

Berdasarkan Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jaminan kredit di atas lima puluh juta rupiah yakni sebesar 75,72 persen (41,43% + 34,29%). Sebagian besar responden yang tergolong lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian kredit juga memiliki jaminan kredit di atas

67

lima puluh juta rupiah yakni sebesar 75,51 persen dari responden yang lancar dan 75,72 persen dari yang menunggak. e) Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga yaitu persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka beban angsuran bunga akan semakin tinggi juga yang mengakibatkan peluang nasabah KMU dalam pengembalian kredit akan semakin kecil. Tabel 5.14 Perbandingan Sebaran Tingkat Suku Bunga Responden per Kategori Lancar Menunggak Total Tingkat Suku Bunga Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 49 100,00 13 61,90 62 88,57 16 16,5 Total 0 49 0,00 100,00 8 21 38,10 100,00 8 70 11,43 100,00

Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden meminjam kredit dengan tingkat suku bunga 16 persen yakni sebesar 88,57 persen. Sebagian besar responden yang tergolong lancar maupun menunggak dalam pengembalian kredit juga meminjam kredit pada tingkat suku bunga 16 persen yakni sebesar 100 persen dari responden yang lancar dan 61,90 persen dari responden yang menunggak. 5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembalian Kredit Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi nasabah dalam mengembalikan Kredit Mikro Utama adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan usaha

68

bersih, plafond

kredit, jangka waktu pengembalian kredit, status nasabah,

pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Variabel respon dalam hal ini terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu debitur yang lancar dalam pengembalian angsuran pokok maupun bunga (1), dan debitur yang tidak lancar dalam pengembalian angsuran pokok maupun bunga (0). Berdasarkan output hasil pengolahan SPSS 13 dengan tingkat kepercayaan 90 persen ( = 0,1), nilai uji statistik G untuk model regresi logistik ini adalah 85,521 dengan nilai P 0,001. Hal ini berarti menolak H0 atau minimal ada satu nilai tidak sama dengan nol. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel diantara jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit, status nasabah, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Uji Goodness of Fit yang terdiri dari uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan bahwa semua nilai P sebesar 0,743 atau lebih besar dari 10 persen ( = 0,1). Hal ini menunjukkan bahwa model yang diperoleh dari analisis regresi logistik sudah fit. Hasil uji persentase kebenaran model menunjukkan kemampuan model dalam memprediksi kebenaran dari sub kategori menunggak adalah sebesar 81 persen, sedangkan untuk sub kategori lancar sebesar 98 persen, dan total persentase kebenaran model dalam memprediksi data penelitian ini adalah sebesar 92,9 persen. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembalian Kredit Mikro Utama dapat dilihat pada Tabel 5.15.

69

Tabel 5.15 Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Mikro Utama pada BPD Jabar Banten KCP Dramaga Variabel Koefisien P-Value Odds Ratio Jenis Kelamin (0) Usia Tingkat Pendidikan Status Nasabah (0) Tanggungan Keluarga Pengalaman Usaha Pengalaman Usaha (1) Pengalaman Usaha (2) Aset Usaha Omzet Usaha Omzet usaha (1) Total Pendapatan Total Pendapatan (1) Plafond Pinjaman Plafond Pinjaman (1) Plafond Pinjaman (2) Jangka Waktu Pelunasan Pengalaman Kredit Jaminan Kredit Tingkat Suku Bunga (0) 1,706 -0,171 -0,504 -3,506 -0,037 -25,376 -25,740 -25,586 0,000 -5,814 -3,275 -7,029 -6,966 -13,012 -8,100 -1,480 -1,181 -1,304 0,000 -17,131 0,224 0.040 0,087 0,248 0,964 0,999 0,999 0,999 0,377 0,111 0,225 1,000 1,000 1,000 1,000 0,441 0,128 0,562 0,018 1,000 5,50 0,843 0,604 0,030 0,964 0,000 0,000 0,000 1,000 0,003 0,038 0,001 0,001 0,000 0,000 0,228 0,834 0,271 1,000 0,000

Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian tunggakan kredit

70

mikro utama. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P variabel yang bersangkutan. Bila nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 0,1) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit mikro utama. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu variabel lebih besar dari 10 persen (P > 0,1) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit mikro utama. Adapun variabel-variabel yang signifikan dari hasil analisis regresi logistik adalah usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Hal ini dapat dilihat dari nilai P variabel-variabel tersebut dimana untuk variabel usia sebesar 0,039, variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 0,087, dan untuk variabel jaminan kredit sebesar 0,018, dimana nilai P masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen (P < 0,1). Sedangkan variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian kredit mikro utama adalah jenis kelamin, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit,

status debitur, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga. dimana nilai P dari masing-masing variabel-variabel tersebut lebih besar dari 10 persen (P > 0,1). 5.2.1 Analisis Pengaruh Karakteristik Pengembalian Kredit Personal terhadap Tingkat

Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit Mikro Utama terdiri dari varibel jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, dan pengalaman usaha. Berdasarkan output hasil olahan SPSS 13, pengaruh masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut:

71

a.

Variabel Jenis Kelamin Seorang wanita biasanya lebih mengedepankan perasaan daripada pikiran

dalam melakukan suatu tindakan, sedangkan pria sebalikanya. Wanita juga disinyalir lebih perhatian terhadap permasalahan utang dan dinilai memiliki kesungguhan yang lebih dalam membayar angsuran kredit dibanding pria, sehingga diduga bahwa perilaku pengembalian KMU (lancar maupun

menunggak) berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin tersebut. Didukung oleh penjelasan tersebut di atas, maka jenis kelamin wanita diberi nilai 1 sebagai variabel dummy yang artinya mendukung kelancaran pengembalian KMU dan jenis kelamin pria diberi nilai 0. Bardasarkan output hasil olahan, ternyata variabel dummy jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Nilai P variabel jenis kelamin pria lebih besar dari 10 persen (P > 0,1) yaitu sebesar 0,224 sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa jenis kelamin pria berpengaruh nyata pada kelancaran pengembalian KMU. b. Variabel Usia Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena usia yang lebih muda menunjukkan produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih tinggi yang mempengaruhi perkembangan usaha ke arah yang lebih baik. Nilai odds ratio variabel usia sebesar 0,843. Hal ini menandakan bahwa peluang nasabah KMU yang berusia lebih tua satu tahun dalam mengembalikan kredit dengan lancar adalah 0,843 kalinya dibandingkan dengan nasabah KMU yang umurnya lebih muda (satu tahun), dengan asumsi variabel lainnya tetap.

72

Atau dengan kata lain semakin tinggi usia nasabah KMU, maka peluang mengembalikan KMU dengan lancar semakin kecil. Nilai P variabel usia sebesar 0,040 atau lebih kecil dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sudah cukup bukti untuk mengatakan bahwa veriabel usia berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama. c. Variabel Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah menunjukkan kemampuan manajerial yang semakin baik dalam pengelolaan usaha. Berdasarkan output hasil olahan didapat nilai nilai odds ratio tingkat pendidikan sebesar 0,604. Hal ini menunjukkan peluang nasabah KMU yang tingkat pendidikannya satu tingkat lebih tinggi dalam mengembalikan kredit dengan lancar adalah 0,604 kalinya dibandingkan dengan nasabah KMU yang tingkat pendidikannya lebih rendah (satu tingkat dibawah), dengan asumsi variabel lainnya tetap. Atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah KMU maka peluang mengembalikan KMU dengan lancar semakin kecil. Nilai P variabel tingkat pendidikan sebesar 0.087 atau lebih kecil dari 10 persen, sehingga sudah cukup bukti untuk menyatakan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama. d. Variabel Status Nasabah Nasabah KMU lama pastinya memiliki rekam jejak pengembalian kredit dengan lancar di peminjaman sebelumnya sehingga diharapkan dapat

mengembalikan kredit dengan lancar dibanding dengan nasabah KMU yang baru

73

meminjam kredit untuk pertama kalinya yang tentunya belum memiliki rekam jejak dalam pengembalian kredit. Berdasarkan output hasil olahan didapat nilai P variabel nasabah baru adalah 0,248 atau lebih besar dari 10 persen sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa variabel status nasabah baru berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit. e. Variabel Tanggungan Keluarga Banyaknya jumlah tanggungan dalam suatu keluarga akan mengakibatkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan dan pada akhirnya akan mengurangi proporsi pendapatan yang sedianya dialokasikan untuk membayar kredit. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi kemampuan nasabah KMU dalam membayar angsuran kredit. Nilai P variabel tanggungan keluarga sebesar 0,964 atau lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama. 5.2.2 Analisis Pengaruh Pengembalian Kredit Karakteristik usaha Karakteristik Usaha terhadap Tingkat

yang

diduga

berpengaruh

terhadap

tingkat

pengembalian Kredit Mikro Utama terdiri dari variabel pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan usaha. Berdasarkan output hasil olahan SPSS 13, pengaruh masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Variabel Pengalaman Usaha Pengalaman usaha menunjukkan kemapanan seseorang dalam

menjalankan suatu usaha. Semakin lama pengalaman usaha seseorang maka kemampuannya dalam mengelola usaha akan semakin baik. Harapannya, semakin lama usaha yang digeluti maka peluang keberhasilan usaha akan semakin besar pula dan dengan sendirinya dapat menjamin kemampuan nasabah KMU dalam

74

mengembalikan kredit. Nilai P variabel pengalaman usaha lebih besar dari 0,1 yakni 0,999 sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa variabel pengalaman usaha berpengaruh nyata pada kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama. b. Variabel Aset Aset usaha menunjukkan kemampuan membayar dan menalangi suatu pinjaman sehingga nasabah KMU yang memiliki aset usaha yang besar dinilai mampu mengembalikan KMU dengan lancar dibandingkan dengan nasabah KMU yang aset usahanya lebih kecil. Nilai P variabel aset sebesar 0,377 atau lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel aset usaha tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama. c. Variabel Omzet Usaha Semakin tinggi omzet usaha yang dimiliki nasabah KMU tentunya akan meningkatkan keseluruhan jumlah penjualan usahanya dalam kurun waktu tertentu sehingga diharapkan mampu mengembalikan kredit dengan lancar. Nilai P variabel omzet usaha lebih besar dari 0,1 yakni masing-masing per kategori sebesar 0,279, 0,111, dan 0,225. Hal ini menandakan bahwa variabel omzet usaha tidak signifikan dalam pengembalian kredit. d. Total Pendapatan Usaha Pendapatan merupakan sumber pemenuhan kebutahan hidup bagi pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi total pendapatan usaha seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan. Kaitannya dalam pengembalian kredit ialah dengan tingginya total pendapatan usaha nasabah KMU maka kemampuannya dalam mengembalikan KMU dengan lancar akan

75

terjamin. Nilai P variabel total pendapatan usaha lebih besar dari 1 yakni 1,000. Hal ini menandakan bahwa variabel total pendapatan usaha tidak berpengaruh nyata dalam pengembalian Kredit Mikro Utama. 5.2.3 Analisis Pengaruh Pengembalian Kredit Karakteristik kredit Karakteristik Kredit terhadap Tingkat

yang

diduga

berpengaruh

terhadap

tingkat

pengembalian Kredit Mikro Utama terdiri dari varibel plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan. pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Berdasarkan output hasil olahan SPSS 13, pengaruh masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Variabel Plafond Pinjaman Besarnya plafond kredit yang diberikan oleh bank tergantung dari jumlah permintaan dan penilaian kemampuan pembayaran seorang debitur. Namun, jumlah plafond yang besar juga akan mengakibatkan beban angsuran yang besar pula bagi nasabah KMU dalam pelunasannya sehingga menimbulkan resiko terhambatnya pengembalian KMU. Nilai P variabel plafond pinjaman semuanya di atas 10 persen yakni masing-masing per kategori sebesar 1,000, 1,000, dan 0,441 sehingga variabel plafond pinjaman tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. b. Variabel Jangka Waktu Pelunasan Jangka waktu pelunasan kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk pembayaran bunganya. Semakin panjang waktu yang diberikan maka beban nasabah KMU dalam membayar angsuran akan semakin ringan/longgar. Nilai P variabel jangka waktu pelunasan adalah 0,128 atau lebih besar dari 0,1. Hal ini

76

menandakan bahwa variabel jangka waktu pelunasan tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama. c. Variabel pengalaman kredit Pengalaman kredit merupakan frekuensi/intensitas debitur dalam

memperoleh pinjaman kredit dari lembaga keuangan. Pihak Bank Jabar Banten tentunya akan memberikan kepercayaan lebih pada nasabah KMU yang telah melunasi seluruh pinjaman kreditnya dengan lancar pada masa lalu. Berdasarkan output hasil olahan didapat nilai P variabel pengalaman kredit adalah 0,562 atau lebih besar dari 10 persen sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa variabel pengalaman kredit berpengaruh nyata terhadap pengembalian KMU. d. Variabel Jaminan Kredit Jaminan kredit yaitu aset pihak debitur yang dijanjikan kepada kreditur jika debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Semakin besar nilai jaminan yang diberikan nasabah KMU pada saat penerimaan kredit maka keseriusannya dalam mengembalikan KMU akan semakin tinggi juga agar jaminannya kembali sehingga diharapkan mampu mengembalikan KMU dengan lancar. Nilai odds ratio variabel jaminan adalah 1,000. Hal ini menandakan bahwa peluang nasabah dengan jaminan yang nilainya besar dalam mengembalikan kredit dengan lancar adalah sama dengan peluang nasabah yang nilai jaminan kreditnya lebih kecil kecil atau dengan kata lain menandakan bahwa besar kecilnya nilai jaminan yang diberikan nasabah pada saat penerimaan kredit tidak dapat dijadikan patokan dalam pengembalian kredit dengan lancar. Nilai P

variabel jaminan adalah 0,018 atau di atas 10 persen sehingga sudah cukup bukti

77

untuk mengatakan bahwa variabel jaminan berpengaruh nyata terhadap pengembalian KMU. e. Variabel tingkat suku bunga Tingkat suku bunga yaitu persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka beban angsuran bunga akan semakin tinggi juga yang mengakibatkan peluang nasabah KMU dalam pengembalian kredit akan semakin kecil. Berdasarkan output hasil olahan didapat nilai P variabel tingkat suku bunga 16,5 persen adalah 1,00 atau lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel tingkat suku 16,5 persen pengembalian Kredit Mikro Utama. . bunga tidak berpengaruh pada tingkat

78

III.

PENUTUP

6.1 Kesimpulan Dari penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni: 1. Faktor-faktor yang secara nyata dan signifikan berpengaruh terhadap pengembalian Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramga ialah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan . 2. Variabel usia dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga sedangkan besar kecilnya nilai jaminan kredit tidak berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga. 6.2 Saran 1. Merpertimbangkan odds ratio dari variabel usia dan tingkat pendidikan maka penyaluran Kredit Mikro Utama dapat difokuskan terhadap nasabah yang umurnya lebih muda dengan tingkat pendidikan yg lebih rendah.
2. Terkait dengan tidak berpengaruhnya variabel jaminan dalam kelancaran

pengembalian kredit maka hendaknya pihak Bank Jabar Banten KCP Dramaga tidak menjadikan besarnya jaminan kredit sebagai syarat penting dalam penyaluran Kredit Mikro Utama.

79

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, T. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis di BRI Unit Ciomas. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Asih. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil dalam Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus pada PT. Telkom Divre II Jakarta). [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2008. Berbagai terbitan. Faktor-Faktor yang Menghambat Perkembangan UMKM. Jakarta. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisinis. IPB Press, Bogor. Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hermawan. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Bogor (Kasus di BRI Unit Leuwiliang). [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasmir. 2008. Mananjemen Perbankan. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta. Kementerian Negara Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 2009. Berbagai Terbitan. Statistik UMKM Indonesia. Jakarta. Muhammamah. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor). [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nachrowi, D. dan Usman, H. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten. 2009. Berbagai Terbitan. Statistik Penyaluran Kredit Mikro Utama. Bandung.

80

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Kantor Cabang Pembantu Dramaga. 2009. Berbagai Terbitan. Data Debitur Kredit Mikro Utama. Bogor. Suyatna, et al. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Triandaru, S. dan Budisantoso, T. 2006. Bank dan Lembaga keuangan Lainnya. Salemba Empat, Jakarta. Trihendradi, C. 2008. Step by Step SPSS. Andi Offset, Yogyakarta. Winarno,W.W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

81

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Nasabah Responden Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO


(STUDI KASUS : PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA)

82

DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN A. Aspek Umum 1. Data Pemohon Nama Alamat Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan

: :

: a. Pria b. Wanita : .........................................................................tahun : a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP/Sederajat d. SMA/Sederajat e. Diploma f. Sarjana g. Lainnya, ............................................................... Status : a. Menikah b. Belum Menikah Tanggungan Keluarga : .........................................................................orang Bidang Usaha a. Usaha Pokok : .................................................................................. b. Usaha Lainnya : a. Ada b. Tidak Ada 2. Data Kredit Jenis Kredit

: a. Kredit Mikro Utama Kelompok b. Kredit Mikro Utama Individu c. Kredit Mikro Utama Jabar Banten Jenis Kredit Berdasarkan Keperluan Penggunaannya : a. Kredit Modal Kerja b. Kredit Investasi Besarnya Kredit yang Diperoleh : ........................................................rupiah Memperoleh Kredit : bulan..............................tahun.................. Jangka Waktu Kredit : .........................................................bulan Tingkat Suku Bunga : ...............................................................% Tujuan Penggunaan : .................................................................. 3. Hubungan Dengan Bank Status Sebagai Nasabah BPD Jabar Banten (Saat Mengajukan Kredit) : a. Baru b. Lama Pengalaman Menerima Kredit di BPD Jabar Banten : ..............................kali Pengalaman Menerima Kredit di Bank Lain :

83

a. Pernah B.

b. Belum Pernah

Aspek Organisasi dan Manajemen Pengalaman Usaha : ................................................................tahun Pengelolaan Usaha : a. Dengan Karyawan b. Tanpa Karyawan Aspek Teknis dan Pemasaran Asset Usaha : ...............................................................rupiah Omzet/Penjualan : ................................................rupiah/perbulan Pengambilan keuntungan : ......................................................................% Faktor Saingan : a. Ada Saingan b. Belum Ada Saingan Aspek Keuangan Laba Kotor Usaha Biaya Usaha Pendapatan Bersih Usaha Pendapatan Di Luar Usaha Total Pendapatan

C.

D.

: .....................................................rupiah/bulan : .....................................................rupiah/bulan : .....................................................rupiah/bulan : .....................................................rupiah/bulan : .....................................................rupiah/bulan

E.

Aspek Jaminan Total Nilai Jaminan Total Nilai Likuidasi Jaminan

: ..........................................................rupiah : ..........................................................rupiah

84

Lampiran 2. Tabel Hasil Data Kuisioner Nasabah Responden Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga
TK_ PDK 12 16 6 12 12 12 12 9 6 12 6 9 12 9 12 9 15 12 12 6 STTS_ NSBH 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 PNGLMN_ USH 1 0 1 0 1 2 2 0 0 1 2 2 0 0 0 0 0 1 2 0 OMZET_ USH 1 0 1 2 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 TTL_PN DPTN 2 1 1 2 2 2 0 2 2 0 1 2 2 2 0 0 2 2 2 1 PLFND_ PNJM 1 2 2 1 1 1 3 1 1 3 2 1 1 1 3 3 0 0 1 2 JK_WKT _PLNSN 36 36 36 36 36 24 24 36 36 12 24 24 36 36 24 24 24 24 24 24 PNGLMN_ KRDT 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0

OBSERV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

KOLEK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

JKLM 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

USIA 33 32 53 42 45 47 38 44 57 42 39 48 53 43 37 35 26 36 39 48

JLH_TGGN 2 4 5 4 4 4 2 6 0 2 3 3 2 3 3 3 0 2 3 4

ASET_USH 260.000.000 25.000.000 72.000.000 150.000.000 80.000.000 80.000.000 57.000.000 75.000.000 50.000.000 25.000.000 120.000.000 80.000.000 250.000.000 102.500.000 15.000.000 10.000.000 65.000.000 120.000.000 175.000.000 35.000.000

JMNN 246.720.000 234.000.000 72.000.000 87.100.000 149.200.000 206.320.000 123.300.000 56.800.000 97.000.000 80.750.000 94.500.000 121.550.000 183.750.000 108.560.000 20.000.000 16.200.000 167.500.000 110.460.000 146.700.000 46.200.000

SK_BNGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

85

OBSERV 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

KOLEK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

JKLM 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

USIA 45 31 37 59 33 47 49 38 66 38 37 35 37 60 34 59 43 39 35 37 58

TK_ PDK 6 12 9 12 16 12 6 6 9 16 12 12 12 12 12 6 12 6 9 12 9

STTS_ NSBH 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0

JLH_TGGN 4 1 3 4 2 3 4 2 5 2 3 2 2 3 1 5 2 3 3 2 3

PNGLMN_ USH 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0

ASET_USH 40.000.000 20.000.000 30.000.000 20.000.000 45.000.000 50.000.000 25.000.000 50.000.000 150.000.000 60.000.000 275.000.000 190.000.000 50.000.000 120.000.000 15.000.000 70.000.000 75.000.000 120.000.000 30.000.000 50.800.000 50.000.000

OMZET_ USH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1

TTL_PN DPTN 0 0 0 0 0 2 1 0 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1

PLFND_ PNJM 3 3 3 3 3 1 2 3 1 1 0 1 2 2 3 1 2 0 2 2 2

JK_WKT _PLNSN 36 12 24 24 24 36 24 24 24 36 24 36 36 24 12 36 24 36 24 36 24

PNGLMN_ KRDT 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 0 0 1 2 0 1 0

JMNN 40.480.000 6.500.000 33.600.000 9.000.000 100.100.000 420.200.00 78.960.000 46.050.000 182.500.000 153.700.000 172.600.000 74.825.000 179.000.000 84.400.000 13.000.000 111.500.000 48.500.000 83.750.000 82.075.000 50.800.000 50.000.000

SK_BNGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

86

OBSERV 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

KOLEK 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JKLM 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0

USIA 43 46 57 23 37 36 30 46 58 60 34 47 56 41 41 42 39 43 51 45 40

TK_ PDK 6 6 6 12 12 12 12 12 12 12 9 12 9 12 12 9 16 12 9 6 9

STTS_ NSBH 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

JLH_TGGN 7 4 3 0 1 2 2 4 2 2 1 3 2 3 0 3 3 3 4 3 3

PNGLMN_ USH 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0

ASET_USH 52.800.000 81.000.000 300.000.000 59.900.000 20.500.000 20.000.000 60.000.000 150.000.000 100.000.000 174.240.000 175.000.000 80.000.000 85.000.000 50.880.000 72.800.000 35.000.000 180.000.000 53.600.000 200.000.000 95.000.000 150.000.000

OMZET_ USH 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1

TTL_PN DPTN 0 0 2 0 0 1 0 0 2 1 1 0 1 0 1 1 1 2 2 1 2

PLFND_ PNJM 3 3 1 3 2 2 3 2 1 1 1 3 2 3 1 2 1 1 0 2 1

JK_WKT _PLNSN 24 24 24 24 36 24 24 36 36 60 60 36 24 24 48 24 60 60 24 36 60

PNGLMN_ KRDT 0 0 2 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

JMNN 52.800.000 81.000.000 140.000.000 59.900.000 70.500.000 34.000.000 54.200.000 135.800.000 73.600.000 127.500.000 70.000.000 60.000.000 53.000.000 48.880.000 72.800.000 40.000.000 162.050.000 53.600.000 126.300.000 90.000.000 73.675.000

SK_BNGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0

87

OBSERV 63 64 65 66 67 68 69 70

KOLEK 0 0 0 0 0 0 0 0

JKLM 0 0 0 0 1 0 0 0

USIA 31 43 43 37 44 44 46 39

TK_ PDK 9 12 9 9 12 12 12 12

STTS_ NSBH 0 0 0 0 1 0 1 0

JLH_TGGN 2 3 4 1 5 3 3 2

PNGLMN_ USH 0 0 0 0 2 0 1 0

ASET_USH 180.000.000 80.000.000 28.000.000 140.000.000 50.000.000 70.200.000 69.400.000 37.500.000

OMZET_ USH 1 1 1 1 1 1 1 1

TTL_PN DPTN 1 1 0 1 1 0 2 1

PLFND_ PNJM 1 1 2 1 2 3 1 2

JK_WKT _PLNSN 60 60 24 60 24 24 36 24

PNGLMN_ KRDT 0 0 0 0 0 0 1 0

JMNN 95.000.000 77.550.000 18.000.000 175.000.000 30.000.000 70.200.000 69.400.000 37.500.000

SK_BNGA 0 0 1 0 1 1 1 1

KETERANGAN : Kolektibilitas, 1 = Lancar ; 0 = Menunggak Jenis Kelamin, 1 = Wanita ; 0 = Pria Status Nasabah, 1 = Nasabah Lama ; 0 = Nasabah Baru Pengalaman Usaha, 2 = > 16 tahun ; 1 = 8-16 tahun : 0 = < 8 tahun Omzet Usaha, 2 = > Rp 85 juta ; 1 = Rp 8,5 juta ; 0 = < Rp 8,5 juta Total Pendapatan, 2 = > Rp 2,5 juta ; 1 = Rp 1-2,5 juta ; 0 = < Rp 1 juta Plafond Kredit, 3 = Rp < 10 juta ; 2 = Rp 10-25 juta ; 1 = Rp 25-50 juta ; 0 = > 50 juta Tingkat Suku Bunga, 1 = 16% ;0 = 16,5%

88

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Analisis Regresi Logistik Biner

Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases


a

N Included in Analysis Missing Cases Total 70 0 70 0 70

Unselected Cases Total

Percent 100,0 ,0 100,0 ,0 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value nunggak lancar Internal Value 0 1

Categorical Variables Codings Parameter coding (1) (2) 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 1,000 ,000 1,000 ,000

PLAFOND

PNGLMNUSH

OMZET

TOTALPNDPTN

STTSNSBH SKBNGA JNKLMN

> 50 juta 25 - 50 juta 10 - 25 juta < 10 juta 1 - 8 tahun 8 - 16 tahun > 18 tahun 10,00 < = 8,5 juta 8,5 - 85 juta > 85 juta <= 1 juta 1 - 2,5 juta > 2,5 juta nasabah baru nasabah lama 16,5% 16% pria wanita

Frequency 5 27 20 18 46 14 9 1 4 60 6 20 25 25 41 29 8 62 53 17

(3) ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000

89

Block 0: Beginning Block

Variables in the Equation Step 0 Constant B ,847 S.E. ,261 Wald 10,553 df 1 Sig. ,001 Exp(B) 2,333

a Variables not in the Equation

Step 0

Variables

JNKLMN(1) USIA TKPNDDKN STTSNSBH(1) TANGGUNGAN PNGLMNUSH PNGLMNUSH(1) PNGLMNUSH(2) PNGLMNUSH(3) ASET OMZET OMZET(1) OMZET(2) TOTALPNDPTN TOTALPNDPTN(1) TOTALPNDPTN(2) PLAFOND PLAFOND(1) PLAFOND(2) PLAFOND(3) JKWAKTU PNGLMNKRDT JAMINAN SKBNGA(1)

Score ,004 ,559 ,340 3,838 ,549 5,997 5,326 4,354 ,298 ,860 ,635 ,051 ,556 6,000 1,333 6,000 3,245 ,256 2,415 ,000 17,412 2,609 2,067 21,075

df 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1

Sig. ,951 ,455 ,560 ,050 ,459 ,112 ,021 ,037 ,585 ,354 ,728 ,822 ,456 ,050 ,248 ,014 ,355 ,613 ,120 1,000 ,000 ,106 ,151 ,000

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step Block Model Chi-square 52,547 52,547 52,547 df 20 20 20 Sig. ,000 ,000 ,000

90

Model Summary Step 1 -2 Log Cox & Snell likelihood R Square 32,974a ,528 Nagelkerke R Square ,749

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Chi-square 5,132 df 8 Sig. ,743

a Classification Table

Predicted KOLEK nunggak lancar 17 4 1 48 Percentage Correct 81,0 98,0 92,9

Step 1

Observed KOLEK Overall Percentage

nunggak lancar

a. The cut value is ,500

91

Variables in the Equation Step a 1 JNKLMN(1) USIA TKPNDDKN STTSNSBH(1) TANGGUNGAN PNGLMNUSH PNGLMNUSH(1) PNGLMNUSH(2) PNGLMNUSH(3) ASET OMZET OMZET(1) OMZET(2) TOTALPNDPTN TOTALPNDPTN(1) TOTALPNDPTN(2) PLAFOND PLAFOND(1) PLAFOND(2) PLAFOND(3) JKWAKTU PNGLMNKRDT JAMINAN SKBNGA(1) Constant B 1,706 -,171 -,504 -3,506 -,037 S.E. 1,401 ,083 ,295 3,035 ,516 Wald 1,481 4,222 2,929 1,334 ,005 1,391 ,000 ,000 ,000 ,782 2,554 2,542 1,474 ,001 ,000 ,000 3,658 ,000 ,000 ,594 2,312 ,337 5,553 ,000 ,000 df 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 Sig. ,224 ,040 ,087 ,248 ,944 ,708 ,999 ,999 ,999 ,377 ,279 ,111 ,225 ,999 1,000 1,000 ,301 1,000 1,000 ,441 ,128 ,562 ,018 1,000 ,999 Exp(B) 5,505 ,843 ,604 ,030 ,964 ,000 ,000 ,000 1,000 ,003 ,038 ,001 ,001 ,000 ,000 ,228 ,834 ,271 1,000 ,000 1E+023

-25,376 40193,004 -25,740 40193,004 -28,586 40193,005 ,000 ,000 -5,814 -3,275 3,647 2,698

-7,029 41578,404 -6,966 41578,404 -13,012 -8,100 -1,480 -,181 -1,304 ,000 -17,131 53,024 41578,404 41578,404 1,920 ,119 2,248 ,000 40192,986 57829,452

a. Variable(s) entered on step 1: JNKLMN, USIA, TKPNDDKN, STTSNSBH, TANGGUNGAN, PNGLMNUSH, ASET, OMZET, TOTALPNDPTN, PLAFOND, JKWAKTU, PNGLMNKRDT, JAMINAN, SKBNGA.

Anda mungkin juga menyukai