Anda di halaman 1dari 2

Budaya Positif Islam Budaya yang biasanya didefinisikan sebagai hasil budi daya manusia tampaknya netral dan

tidak ada muatan nilai agamisnya. Tetapi kalau kita merujuk kata tersebut dari bahasa Inggrisnya, culture, yang tersusun dari dua kata cult (cara penyembahan) dan lore (adat atau kebiasaan), baru kita menyadari bahwa pada dasarnya setiap budaya merupakan kebiasaan cara melakukan penyembahan atau penghambahaan kepada Tuhan. Sebagai contoh budaya berpakaian. Sebelum Islam datang ke Indonesia, pakaian wanita-wanita kita sangat minim yang hanya menutupi bagian diatas lutut dan di bawah pusar. Hingga kini di samping kiri jalan masuk kota Malang dari arah Surabaya, kita bisa menyaksikan patung Ken Dedes selain dari atas lutut dan bawah pusar -- masih tampak telanjang. Kedatangan Islam yang mengajarkan kewajiban menutup aurat, telah merubah budaya berpakaian wanita Indonesia secara perlahan mulai dari berpakaian kemben yang menutupi tubuh mulai dari dada hingga kaki, sampai kemudian muncul budaya berjilbab. Islam Mengajarkan Mandi Eropa Agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu hidup bersih dan sehat. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia.Seruan yang meminta agar umat Islam memelihara kebersihan rambut dan badan ini rupaya telah mendorong para sarjana dan ilmuwan Muslim untuk menghasilkan beragam produk kosmetika. Di Eropa masa lalu, mandi dianggap sebagai pekerjaan orang miskin sebagai usaha membersihkan tubuhnya dari kotoran. Setelah Kristen lahir dan merambah benua itu, semakin hari penduduknya yang buta huruf bertambah jumlahnya, hingga jatuh dalam masa kegelapan Eropa. Melalui kerajaan dinasti Muawiyah di Andalusia (Spanyol), Islam memperkenalkan budaya membaca terutama kewajiban membaca Al-Quran dan ilmu pengetahuan pada Eropa, juga membudayakan kewajiban mandi minimal satu jumat sekali. Dari sinilah Eropa berangsung-angsur menapaki jalan pencerahan, sehingga kosa kata dari Arab yang bernuansa ilmu pengetahuan diserap kedalam bahasa-bahasa Eropa. Sebagai contoh yang diserap oleh bahasa Spanyol: Alcoba - kamar tidur (dr al-qubba - kubah), alacena lemari (dr al khizana), almohada bantal (dr al mukhada), dll; Yang diserap oleh bahasa Potugis: alcatifa selimut (dr al qatifa), alfandega rumah penginapan / hotel (dr al funduq), safra panen (dr isfarra), dll; Yang diserap oleh Inggris: cable kabel (dr hablun), sugar gula (dr sukar), algebra aljabar matematika (dr al jabr Ibn Jabir ahli matematika), alchemy chemical kimia (dr al kamiyah hitungan), algoritm algoritma matematika (dr al khawarizm nama ulama astronom muslim bapak matematika modern), dan lain-lain. Parfum Pelopor Aroma Industri Parfum Parfum begitu identik dengan kota Paris, Prancis. Di kota mode itulah sentra industri parfum dan kosmetik kini berada. Namun tahukah Anda bahwa industri parfum itu berasal dari dunia Islam? Sejatinya, para ilmuwan Islam di era kekhalifahanlah yang mengembangkan teknologi industri pembuatan parfum sejak abad ke-8 M. Masyarakat Eropa baru mengenal parfum dan teknik pembuatannya sekitar abad ke-14 M atau enam abad setelah parfum berkembang pesat di dunia Islam. Lagi-lagi, masyarakat Barat kembali berutang budi kepada sejarah peradaban Islam yang telah berkembang pesat lebih awal. Orang Barat memang banyak meniru cara pembuatan parfum dari dunia Islam. Memang benar sebelum Islam datang, masyarakat dunia sudah mengenal parfum. Konon, seni membuat parfum telah dimulai masyarakat Mesir kuno. Menurut catatan sejarah, ahli kimia pertama di dunia yang membuat parfum adalah Tapputi yang berasal dari Mesopotamia. Para arkeolog Italia juga menemukan fakta lain. Mereka menemukan parfum yang berumur 4.000 tahun lalu atau pada Zaman Perunggu di kepulauan Cyprus.

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa kebudayaan Islam telah memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan industri parfum di dunia Barat. Dunia Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi wewangian melalui teknologi distilasi uap yang telah dikembangkan para ilmuwan Islam sejak abad ke-8 M. Industri parfum modern di dunia Barat pun banyak mengadopsi bahan ramuan parfum yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim. Dominasi dunia Islam dalam mengembangkan parfum di era keemasan ditopang dengan budaya masyarakatnya sebagai pedagangan. Bangsa Arab dan Persia yang banyak menjadi saudagar kerap berkeliling dan menjelajahi dunia. Tak heran, bila mereka mengenal dan menemukan beragam jenis tanaman serta bahan-bahan mewangian di sentero dunia. Mereka lalu membawa pula tanaman yang mereka temukan dan mengembangkannya di luar daerah aslinya. Dua tanaman yang dikembangkan umat Islam di era kejayaan untuk dijadikan bahan parfum adalah melati yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara serta jeruk yang berasal dari Asia Timur. Hingga kini, keduanya masih menjadi bahan yang sangat penting dalam industri parfum modern. Dalam kebudayaan Islam, penggunaan parfum telah dimulai ketika zaman Rasulullah SAW, yakni pada adab ke-6 M. Industri parfum tumbuh pesat di dunia Islam, karena Rasulullah SAW menganjurkan seorang Muslim untuk menggunakan wewangian ketika akan shalat Jumat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW ber sabda: Mandi, memotong kuku, mencabut bulu-bulu tak perlu, memakai siwak, mengusapkan wewangian (parfum) sebisanya pada hari Jumat dianjurkan pada setiap laki-laki yang telah baligh. (Muttafaq alaih). Hadits itu mendorong para ilmuwan Islam untuk mengeksplorasi dan mengembangkan dan memproduksi parfum dalam jumlah yang besar. Industri parfum pada era keemasan dikembangkan dua ahli kimia Muslim, Jabir Ibnu Hayyan (722 M - 815 M) serta Al-Kindi (lahir 801 M). Kedua ilmuwan itulah yang mendirikan industri parfum di dunia Islam. Jabir mengembangkan begitu banyak teknik, yakni distilasi, penguapan dan penya ringan. Ketiga teknik itu mampu mengumpulkan wewangian tumbuhan da lam bentuk uap. Hasilnya dapat di kumpulkan dalam bentuk air atau minyak. Upaya mengembangkan indusrti parfum juga dilakukan Al-Kindi. Bahkan, ilmuwan kelahiran Irak itu disebut-sebut sebagai pendiri industri parfum yang sebenarnya. Betapa tidak, semasa hidupnya AlKindi melakukan penelitian yang luas serta beragam eksperimen untuk menggabungkan beragam tanaman dan aneka bahan lainnya untuk meproduksi beragam wewangian. Al-Kindi juga mengelaborasi beragam resep untuk membuat parfum, kosmetik dan obat-obatan. Parfum floral yang dikembangkan Umat Islam itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat Eropa antara abad ke-11 M dan 12 M melalui jalur perdagangan. Hal itu dikuatkan dengan catatan pada Pepperers Guild of London yang bertarikh 1179 M yang menyebutkan bahwa orang Eropa melakukan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah dengan pedagang Muslim. Sementara itu, Orang Eropa baru mengenal cara dan teknik pembuatan baru pada abad ke-14 M. Mereka mengetahuinya dari masyarakat Muslim di semenanjung Arab yang terlebih dahulu mengembangkan industri parfum.
http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/98

Anda mungkin juga menyukai