Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kecepatan Involusi Uteri Pada Masa Nifas

Disusun Oleh : Siti Khuswatul Khotimah Sri Rahayu Susanti Suhartati

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa nifas, alat genetalia ekterna dan interna berangsur - angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini akan mempercepat involusi uterus karena pengaruh pada pelepasan hormon oksitosin akibat isapan bayi. B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah IMD Berpengaruh Besar Terhadap Kecepatan Involusi Uteri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Apakah IMD Berpengaruh Besar Terhadap Kecepatan Involusi Uteri? 2. Tujuan Khusus D. Manfaat Penitian 1. Bagi Para Medis 2. Bagi Penelitian Kebidanan 3. Bagi Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 Minggu (Abdul Bari,2000:122). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti belum hamil. Lama masa nifas ini 6 8 Minggu (Mochtar, 1998: 115). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 Minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002: 122) Ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil. Perubahan-perubahan yang normal dan harus terjadi adalah involusi, lochea dan adanya laktasi (Sarwono Prawiroharjo, 1999:239). 2. Perubahan fisik. Ibu post partum, banyak mengalami perubahan dalam tubuhnya, di antaranya perut menjadi lembek, dan dinding luar vagina membentuk lorong lunak. Penurunan berat badan yang nyata dalam Minggu pertama yang disebabkan kehilangan cairan, terutama melalui urinaria. Selain itu sebagai akibat pengosongan isi uterus dan kehilangan darah normal. 3. Tahap Masa Nifas 1) Periode Immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lockea, tekanan darah, dan suhu. 2) Periode Early Postpartum (24 jam 1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaaan normal, tidak ada pendarahan, lockea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3) Periode Late Postpartum (1 minggu 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB. 4. Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas (Yandra, 2009). Jumlah dan warna lochea akan berkurang secara progresif. a) Lochea rubra (hari 1 - 4) : Jumlahnya sedang, berwarna, merah dan terutama darah. b) Lochea sanguinolenta (hari 4 - 7) : Jumlahnya berkurang, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir (hemorerora). c) Lochea serosa (hari 7 - 14) : Jumlahnya sedikit, berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. d) Lochea alba (setelah 2 minggu) : Cairan berwarna putih. e) Lochea purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. f) Lochea stasis : Lochea tidak lancar keluarnya.

B. Involusi Uteri 1. Pengertian Involusi adalah perubahan pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan peurperium. (Varneys, 2004). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontarksi otototot polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008). 2. Proses involusi uteri Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri setinggi umbilikus dan berat uterus 1000 gram. Involusi uteri ini dari luar dapat diamati dengan memeriksa tinggi fundus uteri. Segera setelah placenta lahir, uterus masuk ke dalam rongga panggul dan fundus uteri dapat teraba dari dinding perut pertengahan symphisis pusat. Dalam waktu 2 - 4 jam setelah persalinan tinggi fundus uteri meningkat menjadi 2 cm di atas pusat (12 cm di atas symphisis pubis ).

Selanjutnya tinggi fundus uteri menurun 1 cm (1 jari) tiap hari. Pada hari ke-7 pasca salin tinggi fundus uteri 5 cm di atas symphisis. Setelah post partum 12 hari, uterus biasanya sudah tidak bisa diraba melalui abdomen dan setelah 6 Minggu, ukurannya sudah kembali seperti ukuran tidak hamil yaitu setinggi 8 cm dengan berat 50 gram. Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Pengawasan terhadap tingginya fundus uteri pada hari-hari pertama setelah melahirkan terutama ditunjukan apakah ada pendarahan. Fundus uteri juga akan lebih tinggi bila ada kandung kemih yang penuh. Oleh karena itu sangat penting dalam mengawasi tingginya fundus uteri, sekaligus mengawasi pula keadaan kandung kemih. Pengawasan fundus uteri dan kontraksi uterus ini dilakukan pada waktu merawat vulva, memandikan penderita atau pada waktu penderita buang air kecil atau buang air besar. Kontraksi uterus kuat : bila uterus menjadi bundar dan keras seperti batu, kontraksi uterus lemah : bila uterus lembek tidak keras seperti batu menjadi lebih tinggi dari tempatnya semula. 3. Faktor-Faktor yang Dapat Mengganggu Involusi a) Senam Hamil Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa nifas. Tujuan senam nifas adalah mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang memungkinkan terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan memperlancarkan sirkulasi pembulu darah, membantu memperlancar terjadinya involusi uteri. b) Mobilisasi Dini Postpartum Merupakan suara gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula ibu berbaring, miring-miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan memperlancar pengeluaran lockea , mempercepat involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah. c) Menyusu Dini Menyusu dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses involusi uteri karena dengan memberikan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus d) Gizi Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi,

penyimpanaan metabolisme da pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Arisman, 2004) e) Psikologis Terjadi pada pasien postpartum blues merupakan perubahan perasaan yangyang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesteron, prolactin, esstriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu postpartum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotinin yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian depresi pada ibu postpartum. f) Faktor Usia Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas berkurang. Pada proses penuaan akan terjadi perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein dan karbohidrat. Dengan adanya penurunan regangan otot akan mempengaruhi pengecilan otot rahim setelah melahirkan, serta membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih baik. Involusi uteri terjadi oleh karena proses autolysis dimana zat protein dinding rahim dipecah, diserap dan kemudian dibuang bersama air kencing. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan penyerapan protein pada proses penuaan maka hal ini akan menghambat involusi uterus. Selain itu juga adanya penurunan regangan otot dan peningkatan jumlah lemak akan menjadikan semakin lambat proses involusi uterus. g) Faktor Paritas Parietas mempengaruhi involusi uterus. Otot-otot yang terlalu sering teregang maka elastisitasnya berkurang. Dengan demikian untuk mengembalikan ke keadaan semula setelah teregang memerlukan waktu yang lama. Involusi uterus bervariasi pada ibu pasca salin dan biasanya pada ibu yang parietasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih lambat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan uterusnya, karena semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami regangan (Kapita Selekta Kedokteran, 1999 : 136). 4. Perubahan Selama Post Fartum Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal di hari ke 5.

Perubahan yang terdapat pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi placenta. Pada hari pertama masa nifas, endometrium yang kira-kira 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2-3 Minggu (Sarwono Prawiroharjo, 1999 : 206). Sarwono (1999) mengatakan ligament dan diaphragma pelvis yang meregang waktu melahirkan, setelah janin lahir berangsur-angsur menciut dan pulih kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligament rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligament fascia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu atau senam nifas. C. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Menyusui merupakan suatu cara yang optimal untuk memberikan nutrisi dan mengasuh bayi dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (Roesli,20000). 2. Manfaat IMD 3. Cara Pemberian IMD 4. Lima Tahap IMD 5. Keuntungan IMD

Anda mungkin juga menyukai