Anda di halaman 1dari 9

Nama NIM Prodi Kelas

: Dimas Pratama : 07412141036 : Akuntansi :A

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor Internal
I. Latar Belakang Auditor internal merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Saat ini auditor internal bukan lagi sebagai watchdog tetapi sebagai konsultan yang dapat memberikan nilai tambah (add value) bagi operasional perusahaan. Dengan demikian peranan internal auditor sangat diperlukan guna mencapai tujuan perusahaan. Ibarat pertandingan sepakbola, internal auditor bukan lagi sebagai wasit atau penjaga garis yang mengawasi jalannya pertandingan (orang yang meniup pluit dan mencari-cari kesalahan), akan tetapi sebagai anggota kesebelasan yang membantu pencapaian tujuan perusahaan. Meskipun sudah tidak lagi sebagai watchdog yang mencari cari kesalahan, namun profesi auditor internal masih saja dinilai dilematis karena dalam menjalankan tugasnya ia dituntut untuk independen sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada publik dan profesinya. Dilain pihak auditor internal mendapatkan penghasilan dari organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Di sini konflik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas auditing internal. Internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya. Ketika manajemen atau subyek audit menawarkan sebuah imbalan atau tekanan kepada internal auditor untuk menghasilkan laporan audit yang diinginkan oleh manajemen, maka hal ini tentu akan mengganggu kinerja auditor internal. Dari konflik diatas, maka bisa dilihat bahwa gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi-lah yang menjadi dua dari beberapa hal yang mempengaruhi kinerja auditor internal. Dimana auditor internal berusaha menjaga komitmennya terhadap organisasi dengan membantu pencapaian tujuan perusahaan yang dikelola oleh pimpinannya sendiri dimana ia diharuskan bersikap independen terhadap pimpinannya tersebut.

Yousef (2000) menyatakan bahwa komitmen organisasi memediasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja, di mana anggota organisasi lebih puas dengan pekerjaannya dan kinerja mereka menjadi tinggi. Penemuan tersebut mendukung penemuan dari Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005) yang mengemukakan bahwa hubungan komitmen organisasional (affective dan continuance) dengan kinerja adalah positif. Sedangkan penemuan dari Somers dan Bimbaum (1998) menyatakan bahwa komitmen organisasional (affective dan continuance) tidak berhubungan dengan kinerja. Hal tersebut ingin dibuktikan oleh peneliti apakah auditor yang komitmen terhadap organisasinya akan berpengaruh terhadap kinerjanya atau tidak. Gaya kepemimpinan (leadership style) juga dapat mempengaruhi kinerja. Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et al. (2005) kepemimpinan berpengaruh positif kuat terhadap kinerja, juga berpengaruh signifikan terhadap learning organisasi. Temuan ini memberikan indikasi bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Berdasarkan identifikasi dan uraian tersebut, maka dalam hal ini peneliti ingin membuktikan secara empiris, apakah independensi auditor, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, dan pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor. Penelitian ini mencoba menggunakakan responden auditor internal dari beberapa perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor internal pada beberapa perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta? b. Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor internal pada beberapa perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta? c. Apakah terdapat pengaruh secara simultan komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan, terhadap kinerja auditor internal pada beberapa perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta?

III. Landasan Teori a. Kinerja Auditor Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu (Mahsun, Firma dan Heribertus, 2007). Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005). Gibson et al. (1996) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, 28tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kalbers dan Forgatty (1995) dalam Trisnaningsih (2007) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja (prestasi kerja) auditor adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan

mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja

yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. b. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi (Ferris dan Aranya, 1983 dalam Trisnaningsih, 2007). Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007) menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu, affective dan mengungkapkan bahwa komitmen organisasi continuance. Hasil penelitiannya affective berhubungan dengan satu

pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, yang merupakan keterikatan emosional terhadap organisasi dimana pegawai mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan menikmati keanggotaan dalam 32organisasi, sedangkan

komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial, atau dengan kata lain berkaitan dengan hal-hal yang terjadi jika meninggalkan organisasi. Sedangkan Buchanan dalam Vandenberg (1992) dalam Trisnaningsih (2007) mendefinisikan komitmen sebagai penerimaan karyawan atas nilai-nilai organisasi (identification), keterlibatan secara psikologis (psychological immersion), dan loyalitas (affection attachement). Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong

(reinforce) antara satu dengan yang lain. Karyawan yang komit terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya, karyawan akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan

prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Seperti yang dikemukakan Angel dan Perry (1981); Porter et. al. (1974) dalam Sumarno (2005), komitmen organisasi yang kuat akan mendorong individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi. Selain itu, komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Randall, 1990) dalam Nouri dan Parker (1998) dalam Sumarno(2005). Komitmen auditor terhadap organisasinya adalah kesetiaan auditor terhadap organisasinya, disamping juga akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong keterlibatan diri auditor dalam mengambil berbagai keputusan. Oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi auditor terhadap organisasi.

c. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain / bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002 dalam Trisnaningsih, 2007). Fleishman et al., dalam Gibson (1996) seperti yang dikutip dalam

Trisnaningsih (2007) telah dilakukan penelitian gaya kepemimpinan tentang perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu: consideration dan initiating structure. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial. Initiating structure (struktur

inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, serta menjelaskan cara

mengerjakan tugas yang benar. Dalam Trisnaningsih (2007) Kreitner dan Kinicki (2005) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan berpengaruh langsung terhadap efektivitas kelompok kerja. Kelompok kerja dalam perusahaan merupakan pengelompokan kerja dalam bentuk unit kerja dan masing-masing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja 34akan berpengaruh pada peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

IV. Desain Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif, yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta yang secara masuk akal sebagai faktor-faktor penyebabnya (Indriantoro, 1999). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dilihat dari jenis data dan analisis.

b. Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Satu-satunya variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor internal. 2. Varibel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel dependen. Varibel independen dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi.

c. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor internal yang bekerja pada perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi. Untuk mendapatkan sampel yang dapat merepresentasikan populasi maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut: n = N/1+Ne2

d. Teknik Pengambilan Sampel Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor internal yang bekerja pada perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada auditor internal yang bekerja pada perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah dipilih sebagai sampel penelitian

e. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.

f. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis ini bersifat uraian penjelasan dengan membuat tabel-tabel, mengelompokkan, menanalisis data berdasarkan pada hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari tanggapan responden dengan menggunakan tabulasi data.

2. Analisis Kuantitatif Analisis dengan mengolah data dari hasil yang telah dinyatakan dalam satuan angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel obyek yang diteliti. a) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu Kuesioner. Suatu kuesion dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Pengujian validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap pertanyaan dengan total nilai variabel dilakukan dengan uji korelasi pearson (Nurchasanah, 2003). b) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya / diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha (). Suatu konstruk / variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai lebih besar dari 0,60 (Sujarweni, 2007). c) Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menentukan alat statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesa (Sujarweni, 2007). Asumsi dasar klasik regresi terdiri daari Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas. 1) Uji Autokorelasi Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu dengan yang lain. (Kuncoro, 2000).

Menguji

autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya (Sujarweni, 2007). 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. engujian multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan untuk pengujian ini sebagai berikut : jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka terdapat multikolinearitas antara variabel independen (Ghozali, 2006). 3) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan metode chart (diagram scartterplot), dengan dasar pemikiran bahwa : a) Jika ada pola tertentu terdaftar titik-titik (point-point), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (point-point) menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

d) Pengujian Regresi Berganda Model pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap Kinerja Auditor, dengan persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah : Rumus : Y = a + b1 X1+ b 2 X2 +b 3 X3 +b 4 X4 +e

1) Uji T (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui varians koefisien regresi parsial dari model yang digunakan, artinya variabel independen mempengaruhi secara

parsial variabel dependen. Hipotesis 1,2, 3, dan 4 dalam penelitian ini didukung apabila nilai signifikansi t < 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari level of significance (sig > ) berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel independen terhadap variabel dependen secara individual.

2) Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama. Nilai signifikansi F yang digunakan yaitu kurang dari 5%.

Anda mungkin juga menyukai