Anda di halaman 1dari 11

Sensitization

Sensitization adalah meningkatnya kekuatan respon terhadap suatu stimulus Bicara mengenai sensitization berarti bicara mengenai persepsi yang lebih sensitif akan suatu stimuli.

Dalam sensitization, apabila suatu objek memiliki pola-pola psikologis yang hampir sama dengan pola-pola yang dibentuk sebelumnya, maka akan lebih mudah diterima daripada objek yang belum pernah terbentuk sebelumnya.
Contoh: dalam membaca, kata-kata yang telah dipelajari sebelumnya lebih mudah diterima lewat pola-polanya.

Eksperimen mengenai sensitization


Levine, Chein, dan Murphy melakkukan eksperimen yang mengkondisikan subjek dalam keadaan lapar yang diperlihatkan gambar-gambar secara cepat, termasuk salah satunya gambar makanan untuk melihat fenomena sensitization.

Hasilnya adalah sbb: a) Subjek yang dalam keadaan lapar akan lebih tertuju pada gambar makanan daripada gambar yang lain. b) Subjek-subjek akan lebih sering menunjukkan ketepatan terhadap makanan bila gambar tersebut ditunjukkan berulang kali.

Lebih lanjut hasil percobaan tsb dapat dijelaskan sbb: Subjek yang dalam keadaan lapar tsb (deprivasi) mengalami peningkatan efisiensi fungsi kognitif dalam mengenali stimulus yang dilihatnya yang mungkin akan dapat meniadakan/mengurangi deprivasinya. Proses ini merupakan kompensasi di dalam fantasi untuk memenuhi kebutuhannya yang disebut autistic perception.

Organisme dilengkapi dengan 2 penyesuaian dalam memenuhi kebutuhan yg bersifat realistis dan pengganti yg muncul bila pemenuhan kebutuhan yg realistis tidak terpenuhi. Proses ini termasuk dalam konsep sensitization karena dalam keadaan lapar stimulus yg berupa gambar makanan akan lebih mudah diterima/dirasakan karena subjek sudah memiliki pola hubungan sebelumnya bahwa lapar berkaitan dengan makanan.

Eksperimen Bruner & Postman


Sejumlah subjek diberikan bulatan, kemudian ada bulatan lain yang diproyeksikan pd layar/tembok. Subjek diminta utk mencocokkan bulatan yg diberikan tadi dgn bulatan yg ada di layar. Bulatan yg diproyeksikan dapat diubah. Subjek dibuat dalam beberapa tahapan stres. Pada akhir percobaan subjek diminta utk memberi penilaian terhadap bulatan yg diproyeksikan.

Hasil penilaian tsb adalah sbb: a) Dalam keadaan stres/shock, variasi penilaian subjek lebih kecil atau lebih tepat dalam melakukan penilaian. b) Dalam keadaan normal variasi penilaian ternyata lebih besar.

Dari eksperimen tsb Bruner & Postman mengemukakan teori kewaspadaan selektif (Theory of Selective Vigilance) yg isinya adalah:

Organisme akan membuat penilaian lebih akurat di bawah kondisi stres. Ketika ketegangan menurun/hilang, kesalahan2 yg dilakukan dalam penilaian justru lebih banyak. Hal ini memunculkan hipotesis bahwa ketegangan dapat meningkatkan kesadaran dalam image (gambaran). Ingatan di dalamnya akan menimbulkan penilaian yg akurat terhadap stimulus atau situasi yang dihadapi.

Sekian

Anda mungkin juga menyukai