Anda di halaman 1dari 56

1

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penelitian
Dunia pendidikan dewasa berkembang dengan pesatnya, berbagai cara dan
bentuk ditawarkan dunia pendidikan dalam rangka mempasilitasi pengentasan
kebodohan, dan ketinggalan yang berujung membawa kemiskinan dan kriminalitas
global. Oleh karena itulah selayaknya pendidikan harus selalu memberikan yang
terbaik dan sesuai dengan kebutuhan kehidupan manusia pada zamannya.
Sebagai petanda dinamisnya kehidupan manusia, ia selalu mengalami perubahan
dan kebutuhannya semakin meningkat sesuai dengan perkembangannya. Perubahan
tersebut menimbulkan masalah-masalah yang merupakan ciri dinamika kehidupannya.
Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan Iaktor yang
dominan terhadap kemampuannya untuk menanggapi masalah kehidupannya sehari-
hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan
rakyatnya. Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat, semakin maju pula
bangsanya. Sebaliknya semakin terpuruk dan rendahnya pendidikan rakyatnya ,
jangan diharap bangsanya akan maju.
1

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana,
seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta
situasi belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru guru yang memegang peranan

1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, GraIindo, Jakarta,2005, Hal. 199.

2
Dengan demikian, guru guru yang memegang peranan sentral dalam proses belajar-
mengajar, setidak-tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama, yaitu :
1.Merencanakan
Perencanaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang
akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
2.Melaksanakan pengajaran
Pelaksanaan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam
perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran
mempunyai pengaruh besar terhada proses belajar mengajar itu sendiri. Oleh
sebab itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga
dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang
dihadapi.
3.Memberikan balikan
Menurut Ali Saifullah , balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa
dalam memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas
belajar. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah, bahwa belajar itu
ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan.
2

Keberhasilan siswa dalam menerima dan mengaplikasikan ilmu yang Ia terima
atau serap dari seseorang guru ini sudah barang tentu sangat tergantung bagaimana
seorang guru itu dalam menyampaiakn materi atau mengajar.
Sebagaimana kita ketahui manusia dilahirkan ke dunia ini telah membawa

2
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung
1982,Hal.6.
3
sejumlah potensi yang memungkinkan untuk berkembang, baik dalam berpikir,
berkehendak, maupun bertingkah laku. Upaya yang paling tepat untuk mengarahkan
pekembangan potensi adalah melalui pendidikan. Mengenai potensi ini Allah
Subhanawata`ala telah berIirman dalam surat An-Nahl ayat 78:




Artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.
3

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan suatu keharusan
dalam mengembangkan potensi yang dimilki manusia menuju kearah yang positiI.
Pendidikan berusaha memberikan bantuan pada manusia agar mampu menolong
dirinya agar mencapai kedewasaan, karena pada dasarnya pendidikan dapat terjadi
dimana saja; dilingkungan keluarga, sekolah, atau dimasyarakat.
Dalam undang- undang SISDIKNAS disebutkan bahwa ' Pendidkan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktiI mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan,
Akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
4

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan Iormal bertujuan antara lain

3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, Jakarta, 2001, Hal. 413
4
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, UU dan Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan, Jakarta,2006, Hal.24.
4
untuk mencerdaskan bangsa, memberi pengetahuan dan keterampilan kepada semua
anak didiknya. Sekolah juga merupakan tempat menanamkan nilai-nilai serta
menumbuhkan sikap tertentu yang diharapkan dapat mendorong belajar, sehingga
akhirnya dapat digunkan untuk membangun diri dan bangsa-nya.
Sejalan dengan hal tersebut oble dkk, (1977) dalam bukunya The Changing
Role of the Teacher menyatakan bahwa sekolah memikul tugas-tugas :
1. Custodial function, dimana sekolah dapat menjadi tempat pengawasan
yang aman bagi siswa.
2. ndroctrination, agar sekolah mampu menjadikan siswanya dapat berIikir
luas.
3. 'ocational function, di mana sekolah dapat menyiapkan tenaga kerja
yang relevan.
4. Credential function, di mana hasil pendidikan dari sekolah dapat
memberikan keuntungan dari status sosial yang lebih baik.
5

Hal diatas mungkin saja biasa terwujud andai kata ketiga komponen dalam
proses belajar mengajar berIungsi dan menjalankan perannya masing-masing. Salah
satu contoh saja tingkat keberhasilan sorang guru dalam memberikan pelajaran atau
mendidik siswanya ini juga dilihat dari keberhasilan siswanya dalam mengaplikasikan
pelajaran yang mereka peroleh dari sang guru, kalau saja guru dalam mengajar kurang
mendapat perhatian dari siswa dalam menerima pelajaran juga akan rendah.
Dalam upaya mempersiapkan generasi dan sumber daya manusia yang
diperuntukan dalam pembangunan nasional maka perlu adanya meningkatkan mutu
pendidikan, baik itu pendidikan agama maupun pendidikan umum, karena keduanya
sama-sama memiliki tujuan yaitu membentuk manusia yang berkualitas sesuai dengan

5
Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta,2000, Hal. 113
5
tujuan nasional.
Dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar disekolah,
tidak terlepas membicarakan interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa yang
biasa disebut dengan interaksi edukatiI, yakni interaksi yang berlangsung dalam suatu
ikatan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam interaksi edukatiI
tersebut baik siswa maupun guru mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-
masing.
Siswa sebagai peserta didik dalam menerima pelajaran dari gurupun bukan hal
yang mudah untuk mereka biasa menerapkan semua yang mereka terima, terlebih
tentang zaman yang semakin sarat dengan budaya yang glamor membaut peserta didik
terlena dan terbuai dengan segala kecanggihan teknologi saat ini. Bagi siswa yang
kurang atau tidak mendapat bimbingan pengarahan yang baik akan mudah terombang
ambing dibawa oleh kemajuan zaman ini terlebih bagi mereka para siswa yang kurang
atau tidak mendapat pendidikan agama untuk membentengi diri mereka.
Pendidikan agama atau pelajaran agama yang diperoleh siswa disekolah-sekolah
merupakan salah satu pelajaran pokok yang mau tidak mau harus diikuti oleh semua
siswa. Pelajaran agama sebagai pelajaran yang cukup penting bagi masa depan siswa
didik untuk membentengi diri dari segala macam permasalahan yang mereka hadapi
dalam mengarungi kehidupan ini harus benar-benar terpatri dalam diri siswa-siswi
kita. Guru agama islam yang memegang peranan penting dalam hal ini haruslah
benar-benar paham apa yang menjadi kebutuhan siswanya, kalau guru agama islam
dalam menyampaikan pelajaran agama kurang menarik perhatian siswanya sudah
barang tentu pendidikan agama islam yang akan kita tanamkan kepada siswa didik
tidak akan pernah terwujud. Sebagaimana kita ketahui dalam proses belajar-mengajar,
minat siswa turut menetukan tercapai tidaknya tujuan belajar mereka, seperti halnya
6
pelajaran agama yang disampaikan oleh seorang guru agama islam itu menarik
perhatian siswa sudah tentu akan terpatri di benak mereka.
Setelah peneliti melakukan studi eksplorasi (pendahuluan), di sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang maka minat siswa terhadap pelajaran
agama Islam dapat di lihat dari gejala-gejala sebagai berikut :
1) Masih banyak di kalangan siswa yang kurang berminat terhadap Pelajaran Agama
Islam
2) Masih banyak siswa yang tidak mampu melaksanakan sholat lima waktu
3) Masih banyak di kalangan siswa yang tidak memahami bacaan Al-qur`an yang
baik dan benar, serta tidak mampu menghaIal dengan Iasih ayat-ayat pendek
4) Akhlak dan tingkah laku, tata krama, budi pekerti siswa telah jauh berkurang atau
merosot, tidak saling harga menghargai, menghormati sesame teman, guru, dan
orang tua
5) Masih adanya siswa yang suka absent dalam Pelajaran Agama Islam
6) Adanya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika belajar
7) Masih ada siswa yang tidak melaksanakan tugas, pekerjaan rumah, dan haIalan
ayat-ayat pendek dan hadis.
Berdasarkan gejala-gejala diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
ini dengan judul STUDI DESKRIPTIF TENTAN MINAT SISWA
TERHADAP PELA1ARAN AAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENAH
PERTAMA NEERI 1 TAN1UNPINAN.

B. Alasan Pemilihan 1udul
Penelitian tertarik untuk meneliti masalah ini dikarenakan beberapa alasan yaitu:
1. Masalah ini cukup erat hubungannya dengan dunia pendidikan khususnya di
7
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang.
2. Peneliti yakin di lokasi ini peneliti mampu untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan
3. Peneliti merasa mampu untuk melakukan penelitian ini.

. Penegasan Istilah
Untuk menghindari dari kesalahpahaman persepsi dari judul penelitian ini, maka
dipandang perlu kiranya ditegaskan beberapa istilah yang ada dalam judul proposal
ini. Seperti kata:
1. Studi adalah kajian, telaah, penelitian yang bersiIat ilmiah.
6

2. Kata deskriptiI adalah bersiIat menggabarkan, menguraikan sesuatu hal menurut
apa adanya, sedangkan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah peneliti
melakukan penelitian hanya untuk melukiskan atau menggabarkan keadaan yang
sebenarnya terjadi di lokasi penelitian
7

3. Kata minat yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah kecendrungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu..
8


D. Permasalahan
1. Pembeberan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ternyata ada beberapa permasalahan yang
ditemukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang yaitu :
Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Apa Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

6
Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,2001, hal.1358
7
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, Rosda,Bandung, 2006,hal.72
8
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,GraIindo Persada,Jakarta,2005,hal.151
8
Tanjungpinang
Apa yang menyebabkan bagi siswa yang kurang bersemangat dalam menerima
pelajaran Pendidikan Agama Islam
MotiI apakah yang mendorong siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam
O Apa saja usaha guru dalam memotipasi belajar siswa di SMPN 1
Tanjungpinang
O Bagaimana penerapan siswa atas Pelajaran Agama Islam dalam kehidupannya
sehari-hari
2. Pembatasan Masalah
Mengingat banyak dan luasnya pengertian minat siswa peneliti pada penelitian
ini hanya membahas tentang minat siswa terhadapa pelajaran agama Islam pada
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah 'Minat
Siswa Terhadap Pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tanjungpinang dari permasalahan tersebut kemudian diajukan dua pertanyaan
penelitian:
Bagaimana minat siswa terhadap mata pelajaran agama islam di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang
Apa saja Iaktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap Pelajaran Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang.
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran Agama Islam di Sekolah
9
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang
2 Untuk mengetahui apa saja Iaktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap
pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tanjungpinang.
2. Kegunaan Penelitian
1 Secara akademis
Diharapkan sebagai tambahan khazanah penelitian dalam ilmu pendidikan,
khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam MiItahul Ulum
Tanjungpinang.

2 Secara praktis
Di harapkan dapat membantu para guru Agama Islam, siswa, masyarakat, dan
pemerintah dalam perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan termasuk
dalam upaya mencari bentuk permasalahan yang mereka hadapi terutama
dalam bidang agama sebagaimana dalam penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan
Sistematika laporan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, yang mencakup Latar Belakang Masalah,
Alasan Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Permasalahan, Tujuan
Dan ManIaat Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS, yaitu meliputi tiori-tiori yang menjelaskan
minat siswa terhadap pelajaran agama islam.
BAB III : METODE PENELITIAN, yang mencakup Metode yang
Digunakan, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengambilan Sampel,
10
Operasionalisasi Variabel dan Teknik Pengolahan dan Analisis
Data.
BAB IV : PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN





















11
BAB II
KA1IAN TEORITIS



A. Minat
Pengertian Minat
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar
dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan dengan
orang lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat disekitar kita. Dalam
berhubungan tersebut kita mungkin bersiIat menerima, membiarkan atau
menolaknya.. apabila kita menaruh minat, itu berati kita menyambut atau bersikap
positiI dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut dengan demikian
maka ada kecendrungan untuk memberi perhatian dan melakukan tindakan lebih
lanjut. Apakah sebenarnya minat itu? Banyak sekali pengertian minat dengan berbagai
pendapat diantara nnya sebagai berikut:
Secara sederhana, minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.. Menurut Robert (1988), minat tidak termasuk
istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada Iaktor-
Iaktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
12
kebutuhan .
9
Minat dapat diartikan juga sebagai suatu kecendrungan untuk
memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang
menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.
10

Minat juga dapat juga diartikan sebagai sumber motivasi yang mendorong anak
untuk melakukan apa yang ia inginkan bila ia bebas memilih. Minat turut menentukan
keunikan pribadi masing-masing anak karena dianggap sebagai sesuatu yang dipilih
anak untuk menunjukan eksitensi dirinya. .Minat dapat diartikan juga adalah
kecendrungan anak menyukai sesuatu dalam bidang tertentu.
11

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang.
12
Minat dapat diartikan juga suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu diluar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
13

Dalam berIungsinya kehendak ini bertautan dengan pikiran dan perasaan.
Untuk memudahkan mempelajarinya dibagi atas:
Dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu
dan berlangsung di luarkesadaran kita. Dorongan ini dibedakan menjadi dua
golongan. Yakni dorongan naIsu dan dorongan rohaniah
Keinginan, ialah dorongan naIsu yang tetuju kepada sesuatu benda tertentu,
atau yang konkrit, keinginan yang dipraktekan bias menjadi kebiasaan.
Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang.

9
Op cit,hal.151
10
Slameto, Belajar dan Faktor-Iaktor Mempengaruhinya,Rineka Cipta,Jakarta,2003,hal.262
11
Tim Pustaka Familia, Warna-warni Kecerdasan Anak dan
Pendampingnya,Kanisius,Jakarta,2006,Hal.129
12
Loc cit, hal.57
13
Ibid,hal.180
13
Kecendrungan hasrat yang aktiI yang menyuruh kita agar lekas bertindak.
Hawa naIsu ialah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai seluruh
Iungsi jiwa kita. Hawa naIsu ini bergerak dan berkuasa di dalam kesadaran.
Kemauan atau minat ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau
menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Cukup banyak Iaktor-Iaktor dapat mempengaruhi minat timbulnya minat terhadap
sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a) Berasal dari induvidu yang bersangkuatan, misalnya bobot, umur, jenis kelamin,
pengalaman, perasaan mampu, dan kepribadian.
b) Berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan justru mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap timbul dan berkembangnya minat seseorang.
Menurut Crow and Crow(1973) berpendapat ada 3 Iaktor yang menjadi timbulnya
minat, yaitu :
a) Dorongan dari dalam induvidu, misal dorongan untuk makan. Doronngan untuk
makan akan membengkitkan minnat untuk bekerja atau mencari penghasilan.
b) MotiI sosial, dapat menjadi Iaktor yang membangkitkan minat untuk melakukan
sesuatu aktivitas tertentu. Misal minat terhadap pakaian timbul karena ingin
mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk
belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat
penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan
cukup luas mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila
14
seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan
senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut,
sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
14

Minat dapat digolongkan menjadi beberapamacam, ini sangat tergantung pada
sudut pandang dan cara penggolongan misalnnya berdasarkan timbulnya minat,
berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkannya atau
mengungkapkan minat itu sendiri.
a) Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitiI
dan minat kultural. Minat primitiI adalah minat yang timbul karena
kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan
akan makanan, perasaan enak atau nyaman, dan kebebasan
beraktiIitas.minat kultural atau minat sosial adalah, minat yang
timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung
berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh keinginan memiliki
mobil,kekayaan, pakaian mewah.
b) Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan
ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan
dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar
atau asli. Sebagai contoh seseorang belajar karena memang pada ilmu
pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin mendapat
pujian atau penghargaan. Minat ekstrinsik adalah minat yang
berhubungan dengan tujuan dengan tujuan akhir kegiatan tersebut,
apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang.
Sebagai contoh seseorang belajar karena ingin menjadi juara kelas atau

14
Abdul Rahman Saleh, Psikologi suatu Pengantar dalam PerspektiI Islam,Prenada
Media,Jakarta,2004,hal.263
15
lulus ujian.
c) Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat
yaitu:
Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara
meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan
kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas
yang disenangi maupun tidak disenangi. Dari jawabannya dapat
kita ketahui minatnya.
ManiIest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara
mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung
terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan
mengetahui hobinya.
Tested interest adalah minat yang diungkapkan cara
menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektiI yang diberikan
nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya
menunjukan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.
Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan denngan
menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana
biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
subyekapakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah
aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.
15

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling eIektiI untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanIaatkan minat yang telah ada,

15
Ibid,hal.265
16
Tanner & Tanner menyarankan agar para pengajarjuga berusaha membentuk minat-
minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan inIormasi pada
siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan
bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan
dating.
16


Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kemauan
Seperti yang diuaraikan oleh Soetjipto dan Rafles Kosasi). Ada beberapa hal
yang mempengaruhi kemauan atau minat diantaranya:
1. Keadaan Iisik, pengaruh yang berhubungan dengan kondisi-kondisi
jasmani, sanggup tidaknya, melaksanakan keputusan kemauan/minat.
Orang dewasa yang sadar akan dirinya biasanya dapat mengukur
kemampuannya
2. Keadaan materi, yang dimaksudkan ialah bahan-bahan, syarat-syarat, alat-
alat yang dipergunakan untuk melaksanakan keputusan kemauan/minat.
Hal ini bukan merupakan syarat utama dalam melaksanakan, tapi juga
tidak dapat diabaikan peranannya.
3. Keadaan psikis, yang dimaksudkan ialah bahan-bahan, syarat-syarat, alat-
alat yang dipergunakan untuk belajar mengajar. Guru memegang peranan
yang amat penting dalam keseluruhan proses belajar-mengajar. Guru
dituntut harus mampu mewujudkan prilaku mengajar secara tepat agar
menjadi itu guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi belajar-
mengajaryang kondusiI. Guru dituntut untuk mampu meningkatkan
kualitas belajar siswa dalam bantuk kegiatan belajar yang demikian agar
dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, siswa yang eIektiI, pekerja yang

16
Slameto, Belajar dan Faktor-Iaktor yang Mempengaruhinya,Rineka Cipta,Jakarta,2003,hal.180
17
produktiI, dan anggota masyarakat yang baik. Dalam hubungan ini, guru
memegang peranan yang amat penting dalam menciptakan suasana
belajar-mengajar yang sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai
pengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, akan tetapi lebih
meningkatkan sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran,
pengevaluasi hasil belajar, dan sebagi direktur belajar.
17


B. Pengertian Pendidikan
Menurut UURI No. 20 Tahun.2003 Bab II Pasal 3 'Pendidikan nasional
berIungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatiI, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
18

Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia
dealam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak
ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat
pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang masih
terbelakang. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak
manusia demi menunjang perannya dimasa depan.
19

Menurut Poerbakawatja, 'Pendidikan dirumuskan sebagai usaha manusia untuk
membawa seseorang yang belum dewasa ketingkat kedewasaan, dalam arti sadar dan

17
Soetjipto dan RaIles Kosasi, ProIesi Guru, Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Hal 125.
18
Depag RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintahan RI tentang pendidikan, Direktorat Jendral
Pendidikan Islam DEPAG RI,Jakarta,2006, hal.8
19
Hujair dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, SaIaria Insania Press, 2003, Hal.4.
18
mau memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya secara moral.? Jadi dalam
kegiatan pendidikan, paling kurang harus ada tiga unsur yaitu yang mendidik, yang
dididik, dan tujuan yang hendak dicapai.
20

Adapun tujuan utama dan paling penting pendidikan adalah membuat murid
menemukan dirinya sendiri (dimensi batin), memahami kepatiannya dan
mendisiplinkan diri sendiri. John Dewey berpendapat 'Pendidikan itu adalah
pertumbuhan yang terus menerus tanpa akhir kearah yang terbaik, dan secara praktis
tergantung pada pada kondisi yang ada, beserta problema-problema yang dihadapi,
bagi pencapai tujuan hidup masa depan yang lebih baik, sesuai dengan tuntutan hidup
induvidual dan kelompok. Baginya tidak ada tujuan yang statis dalam pendidikan.
21

Metode pendidikan pendidikan membicarakan cara-cara yang ditempuh guru
untuk memudahkan murid memperoleh ilmu pengetahuan, menumbuhkan pengetahun
kedalam diri penuntun ilmu, dan menerapkannya didalam kehidupan
22
. Adapun
metode pendidikan yaitu :
a) Perubahan pemahamani ntelektual manusia terhadap segala sesuatu yang ada
diluar alam semesta dalam tatanan alam yang berubah, dengan maksud supaya
manusia mampu menyeleksi dengan kemampuannya sendiri. Bentuk pemikiran
semacam ini kebanyakan berupa persepsi yang dapat membantu manusia
membedakan segala sesuatu yang bermanIaat bagi dirinya, dengan begitu, dapat
menolak yang tidak bermanIaat.
b) Pikiran yang memperlengkapi manusia dengan ide-ide dan perilaku yang

20
Imam Bawani, Segi-segi Pendidikan Islam, Al-Iklas, Surabaya, Hal.15.
21
Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Insiasi Pers, Jakarta, 2004,
Hal. 128.
22
M. Dian NaIi`, dkk, Praksis, Pembelajaran Pesantren, Selasih, Yokyakarta, 2007, Hal.66

19
dibutuhkan dalam pergaulan dengan orang lain. Bentuk pemikiran seperti ini
kebanyakan berupa apersepsi yang dicapai manusia melalui pengalaman, hingga
benar-benar dirasakan manIaatnya.
c) Pikiran yang memperlengkapi manusia dengan pengetahuan atau pengetahuan
hipotesa mengenai sesuatu yang berada dibelakang persepsi indra tanpa tidakan
praktis yang menyertainya. Bentuk pemikiran seperti ini merupakan gabungan
persepsi dan apersepsi yang tersusun secara khusus yang dapat membentuk
sebuah pengetahuan. Dengan pengetahuan seperti ini, manusia mencapai
kesempurnaan.
Dalam aktivitas pendidikan ada 6 Iaktor pendidikan yang dapat membentuk pola
interaksi atau saling mempengaruhi namun Iactor integratirnya terutama terletak pada
pendidikan dengan segala kemampuan dan keterbatasannta. Keenam Iactor
pendidikan tersebut meliputi:
a) Faktor tujuan, dalam praktek pendidikan,baik dilingkungan keluarga,disekolah
maupun dimasyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan
oleh pendidikan agar dapat dicapai oleh peserta didiknya. Menurut Langeveld
dalam bukunya Beknopte Teoritische Pedagogik dibedakan adanya macam-
macam tujuan sebagai berikut :
Tujuan umum
Tujuan tak sempurna
Tujuan sementara
20
Tujuan perantara
Tujuan incidental
b) Faktor Pendidik, kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi dua kategori
yaitu
Pendidikan menurut kodrat yaitu orang tua, orang tua sebagai pendidik
menurut kodrat adalah pendidikan pertama dan utama, karena secara
kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya dalam keadaan
tidak berdaya. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan
edukatih mengandung dua unsure yaitu, unsure kasih saying pendidik
terhadap anak dan unsure kesadaran dan tanggungjawab dari
pendidikan untuk menuntun perkembangan anak.
Pendidik menurut jabatan ialah guru, guru sebagai pendidik menurut
jabatan menerima tanggungjawab dari tiga pihak yaitu
orangtua,masyarakat dan Negara.
c) Faktor peserta didik, dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang
sebagai organisme yang pasiI, hanya menerima inIormasi dari orang dewasa.
Pesera didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa menerima proIil
materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks
yang mendorong perkembangan seseorang. Ada empat konteks yang dapat
disebutkan yaitu:
Lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan dan kadang-
21
kadang, disini mereka belajar tidak terprogram.
Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara sengaja dan
dikehendaki.
Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang
ditetapkan
Linkungan pendidikan optimal, disekolah yang ideal dimana peserta
dapat melakukan cara belajar siswa aktiI sekaligus menghayati
/mengimplitasikan nilai-nilai
d) Faktor Isi/materi pendidikan, yang dimaksud dalam arti/materi pendidikan
ialah segala sesuatu oleh pendidikan langsung diberikan kepada peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikanyang
diselenggarakan dikeluarga, disekolah dan masyarakat ada syarat utama dalam
pemilihan beban/materi pendidikan yaitu:
Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
Materi harus dengan peserta didik
e) Faktor metode pendidikan, peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi
edukatiI. Agar interaksi ini dapat berlangsung secara eIektiI dan eIesien dalam
mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan
yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang didalam
Iungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah
sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan yang bersumber pada
22
beberapa Iactor. Factor uatama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
I) Faktor situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi
lingkungan ini meliputi lingkungan Iisis, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-
kultural. Dalam hal-hal dimana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negative
terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas pendidikan.
23

Adapun Iungsi pendidikan dalam arti mikro ialah membantu perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik Fungsi pendidikan secara makro ialah sebagai
berikut:
Pengembangan pribadi
Pengembangan warga Negara
Pengembangan kebudayaan
Pengembangan bangsa
Menurut P.H. Combs mengemukakan dua belas komponen pendidikan yaitu:
a) Tujuan prioritas, yaitu Iunngsinya mengarahkan kegiatan system. Hal ini
merupakan inIormasi tentang apa yang hendak dicapai oleh system pendidikan
dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum pendidikan yaitu tujuan
yang tercantum dalam peraturan perundangan Negara yaitu tujuan pendidikan
nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan
tujuan program.

23
Op cit, hal 10
23
b) Peserta didik, Iungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan system pendidikan.
c) Manajemen atau pengelolaan, Iungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
menilai system pendidikan. Komponen ini bersumber pada system nilai dan cita-
cita yang merupakan inIormasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan
system pendidikan.
d) Struktur dan jadwal waktu, Iungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan
e) Isi dan bahan pengajaran, Iungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya
bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Juga mengarahkan dan
mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan
I) Guru dan pelaksana, Iungsinya menyediakan bahan pelajaran dan
menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik.
g) Alat Bantu belajar, Iungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan
yang lebih menarik dan lebih berIariasi
h) Fasilitas, Iungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan
i) Teknologi, Iungsinya mempelancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi adalah semua teknik yang
digunakan sehingga setiap pendidikan berjalan dengan eIesien dan eIektiI.
j) Pengawasan mutu, Iungsinya membina peraturan-peraturan dan standart
pendidikan.
24
k) Penelitian, Iungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan penampilan system pendidikan.
l) Biaya, Iungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat eIesiensi system pendidikan.
24

. Sistem Pendidikan Nasional
Pengertian Pendidikan nasional
Istilah system berasal dari bahasa Yunani 'systema yang berarti sehimpunan
bagian dari komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan. Menurut Zahara Idris system adalah suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsure-unsur sebagai sumber-sumber
yang mempunyai hubungan Iungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling
membantu untuk mencapai suatu hasil.
25

Menurut sunarya, pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang
berdiri diatas landasan dan dijiwai oleh IalsaIah hidup suatu bangsa dan tujuannya
bersiIat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
26

Sebagai suatu system pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti
yang dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan

24
Op cit hal.111
25
Ibid 17hal.107
26
Ibid hal.114
25
rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggungjawab
kemasyarakat dan kebangsa.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional itu, pendidikan merupakan salah satu
system, disamping system-sistem lainnya seperti idelogi, politik, ekonomi, social
budaya, pertahanan, dan keamanan
Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional
Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah dasar Negara, kepribadian,tujuan,
dan pandangan hidup bangsa.
Sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa,pancasila merupakan pedoman
yang menunjukan arah, cita-cita dan tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan
pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila menjadi dasar system nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai termaktub dalam pembukaan
dalam pembukaan dan pancasila sehingga pendidikan nasional Indonesia adalah
Pancasila.
Melalui system pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia
mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama
membangun masyarakatnya. Adapun jenis program pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan sekolah terdiri dari :
a) Pendidikan umum, pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan ketrampilan peserta didik dengan mengkhususkan yang diwujudkan
26
pada tingkat akhir masa pendidikan.
b) Pendidikan kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang tertentu
c) Pendidikan luar biasa, pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan Iisik dan mental
d) Pendidikan kedinasan, pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu
departemen pemerintahan atau pemerintahan non-departemen
e) Pendidikan keagamaan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khususnya
tentang ajaran keagamaan yang bersangkutan
I) Pendidikan akademik, pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu
pengetahuan
g) Pendidikan proIrsional, pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu.
D. Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Dageng adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implicit dalam pengajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan mengembangkan metode ini
27
didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan
inti dari perencanaan pembelajaran.
27
Adapun metode pembelajaran meliputi:
a) Strategi Pengorganisasian Pembelajaran, lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua
yaitu strategi mikro dan makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur
atau prinsip.strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur atau prinsip.
b) Strategi penyampaian pembelajaran, strategi penyampaian isi pembelajaran
merupakan komponen variable metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Sekurang-kurangnya ada dua Iungsi strategi ini yaitu, menyampaikan isi
pembelajaran kepada siswa dan menyediakan inIormasi atau bahan-bahan yang
diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan test). Paling
tidak ada lima cara dalam mengklasiIikasi media untuk preskripsikan strategi
penyampaian yaitu:
Tingkat kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu
Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya
Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya
Tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya
Tingkat biaya yang diperlukan.

27
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara,Jakarta,hal.2
28
c) Strategi pengelolaan pembelajaran, strategi pengelolaan pembelajaran merupakan
komponen variable metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi
antara si belajar dengan variable metode pembelajaran lainnya. Strategi ini
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan
strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umu yang
dapat dipakai sebagai dasar yaitu:
a) Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran. Dari kajian teori belajar pengolahan inIormasi terungkap bahwa
tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi pembelajaran. Perhatian tehadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
b) KeaktiIan, kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktiI.anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktiI mengalami sendiri. KeaktiIan itu beraneka ragam bentuknya
mulai dari kegiatan Iisik yang mudah kita amati sampai kegiatan Iisik bisa berupa
membaca, mendengar, menulis dan sebagainya.
29
c) Keterlibatan langsung / berpengalaman, dalam penggolongan pengalaman belajar
yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar
melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggungjawab terhadap hasilnya.
d) Pengulangan, prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali
yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori
ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
mengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berIikir, dan
sebagainya. Dengan mengandalkan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulang-ngulangan akan menjadi
sempurna.
e) Tantangan, teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motiI untuk mengatasi
hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan
itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam
medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
I) Balikan dan penguatan, prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan terutama ditekunkan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.
30
Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya,
maka pada operent conditioning yang diperkuat adalah responya. Kunci dari teori
belajar ini adalah law oI eIIect-nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apabila
hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi usaha selanjutnya.
g) Perbedaan individual, siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan siIat-siIatnya. Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan induvidu
perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. System pembelajaran
klasikal yang dilakukan disekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai induvidu yang dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
E. Pendidikan Islam
Dari sudut etimologi, pengertian Pendidikan Islam diwakili oleh istilah taklim
dan tarbiah yang berasal dari kata dasar allama dan rabba sebagaimana digunakan
dalam Al-Quran, sekalipun konotasi kata tarbiyah lebih luas karena mengandung arti
memelihara, membesarkan, dan mendidik, sekaligus mengandung arti mengajar.
28

Menurut Imam Bawani istilah 'Pendidikan Islam terjalin dari dua kata,
Pendidikan dan Islam. Dalam hal ini, kata kuncinya adalah Islam yang berIungsi

28
JusuI Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani, Jakarta 1995, Hal.94.
31
sebagai siIat, penegas dan pemberi ciri khas bagi kataPendidikan. Dengan
demikian Pendidikan Islam adalah pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islam.
29

Adapun tujuan dari pendidikan agama islam pada hakikatnya sama dan sesuai
dengan tujuan diturunkan agama islam itu sendiri, yaitu membentuk manusia muttaqin
yang rentangannya berdimensi inIinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia),
baik secara linier maupun secara algoritmik (berurutan secara logis).adapun tujuan
dari pendidikan Islam yaitu:
a) Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketrampilan
Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan
dengan kjeperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Islam
menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman)
adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan jasmani.
b) Cerdas dan Pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang
berkembang serta sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan
menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh
banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki inIormasi.
c) Rohani yang Berkualitas Tinggi
Rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal

29
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam pendidikan Islam, Al- Iklas, Surabaya, 1993. Hal.
59
32
(logika). Kalbu disini, sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya,
gejalanya jelas. Gejalanya itu diwakili dengan rasa. Kalbu yang berkualitas tinggi
itu adalah kalbu yang penuh berisi penuh berisi iman kepada Allah, atau dengan
ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada Allah.

E. Pendidikan Islam di Indonesia
Kondisi pendidikan islam di Indonesia, sebenarnya menghadapi nasib yang
sama, dan secara khusus Pendidikan Islam menghadapi berbagai persoalan dan
kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks, yaitu berupa persoalan
dikotomo pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen Pendidikan
Islam. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan
seadanya saja. Usaha pembaruan dan peningkatan pendidikan Islam sering bersiIat
sepotong-sepotong atau tidak komprehensip dan menyeluruh serta sebagian besar
sistem dan lembaga pendidikan Islam belum dikelolah secara proIesional. Usaha
pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar selalu dihambat oleh berbagai
masalah, mulai dari persolan dana sampai tenaga ahli sehingga 'Pendidikan Islam
dewasa ini terlihat orientasinya yang semakin kurang jelas. Dengan kenyataan ini,
maka sebenarnya sistem Pendidikan Islan haruslah senantiasa mengorientasi diri
untuk menjawab kebutuhan kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat
kita sebagai konsekuensinya logis dari perubahan.
Pada era reIormasi ini, pendidikan nasional ditekankan untuk membangun
manusia dan masyarakat madani Indonesia yang mempunyai identitas, berdasarkan
budaya Indonesia. Untuk mencapai cita-cita tersebut , pendidikan hendaknya
33
didasarkan pada paradigma-paradigma baru yang bertujuan untuk membentuk suatu
'masyarakat madaniyang demokratis. Pendidikan harus bertolak dari pengembangan
manusia Indonesia yang berbudaya dan, berperadaban, merdeka bertaqwa, bermoral,
dan berakhlak, berpengetahuan dan berketrampilan, inovatiI dan kompetitiI sehingga
dapat berkarya secara proIesional dalam kehidupan global menuju masyarakat madani
Indonesia.
30

Saat ini Pemerintah memiliki 7 poin arah kebijakan program pendidikan
nasional yaitu :
a) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu tinggi
b) Meningkatkan kemampuan akademik dan proIesional
c) Melakukan pembaharuan sitem pendidikan termaksud kurikulum
d) Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
e) Melakukanpembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip disentralisasi, otonomi keilmuwan, dan manajemen
I) meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggrakan baik masyarakat
maupun pemerintah
g) mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah

30
Op cit, Hal 9.

34
Dengan ketujuh strategi ini, sebenarnya dapat meyakinkan bahwa pendidikan
nasional dan pendidikan Islam kita secara makro cukup menjajanjikan bagi
penyediaan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki unggulan kompotitiI.
Tetapi apabila melihat kenyataan kondisi pendidikan sekarang, tidak seperti apa yang
telah diterangkan diatas, masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam mengadakan perubahan pendidikan
adalah merumuskan 'kerangka dasar IilosoIis pendidikan yang sesuai dengan ajaran
Islam, kemudian mengembangkan secara 'empiris prinsip-prinsip yang mendasari
keterlaksanaanya dalam konteks lingkungan (sosial dan kultural). Tanpa kerangka
dasar 'IilosoIis dan 'teoritis yang kuat maka pembaruan pendidikan Islam tidak
punya pondasi yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang pasti. Kebutuhan umat
Islam Indonesia pada era reIormasi ini amat mendesak yaitu bagaimana meningkatkan
kualitas untuk menghadapi perubahan menuju masyarakat madani. Jawabannya
adalah kualitas pendidikan harus dipersiapkan dan diupayakan, perlu dirumuskan visi
dan misi pendidikan yang baru untuk membangun serta meningkatkan mutu dan
kualitas manusia dan masyarakat muslim.
31






31
Ibid, Hal, 11.
35
BAB III
METODE PENELITIAN



A. Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian dimulai pada pada bulan Februari 2009. Dan lokasi
penelitian ini di sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang. Didaerah 1l.
Tugu Pahlawan No. 265 Tanjungpinang .
B. Objek dan Subjek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah Minat Siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Tanjungpianang Sedangkan subjek penelitan adalah Pelajaran
Agama Islam.
. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari induvidu, gejala atau Ienomena dengan kualitas
serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII di SMPN 1 Tanjungpinang yang berjumlah 182 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi. Yang diambil untuk diteliti yang ditentukan secara proIesional sehingga
dapat mewakili keseluruhan populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi.
Penulis memerlukan data mengenai aktivitas kegiatan mengajar pelajaran agma
Islam, maka penulis mengambil sampel sumber adalah orang-orang yang
berhubungan langsung dengan pelajaran agama islam.
Dari hasil penelitian pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang
yang termasuk dalam objek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dengan
36
pelajaran agama islam yaitu siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tanjungpinang sebanyak 182 siswa.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam mengolah data, penulis menetapkan
ukuran sampel sebesar 65 responden. Jadi dari jumlah populasi sebanyak 182 , 65
merupakan 36 dari jumlah populasi yang ada.

D. Teknik Pengumpulan Data
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptiI analisis dengan pendekatan survey. Data yang dibutuhkan dalam
melakukan penelitian ini diperoleh dari dua kelompok sumber data yaitu:
a) Data Primer
Data primer yaitu data utama yang berhubungan langsung di dalam proses
pengujian, dimana data tersebut gunanya untuk membuktikan hipotesis yang telah
diambil. di dalam memperoleh data yang digunakan teknik pengumpulan data
dengan beberapa cara:
1) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab kepada bagian-
bagian yang terlibat dengan masalah-masalah yang diteliti.
2) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati langsung
sumber data yang akan dianalisis kemudian diuraikan dalam data tertulis.
3) Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui daItar pertanyaan tertutup
kepada bagian-bagian yang terlibat dengan masalah-masalah yang diteliti.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data tambahan yang diperlukan sebagai data pendukung
dengan mempelajari majalah-majalah, Koran-koran, serta siklus-siklus pendukung
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
37
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis melakukan penelitian dengan
cara:
1) Studi Kepustakaan (ibrary Research)
Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan pengumpulan teori-teori baik
dari buku-buku maupun sumber bacaan lainnya yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti.
2) Penelitian Lapangan (ield Research)
mengadakan peninjauan langsung ke lokasi perusahaan yang diteliti guna
memperoleh data serta inIormasi dari keadaan sebenarnya dengan langsung
meneliti sumber data atau perusahaan.

E. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan dua pendekatan, yaitu data yang bersiIat
kualitatiI diolah dengan analisis logika melalui penarikan kesimpilan dari hasil
wawancara dan obsevasi. Dan data yang bersiIat kuantitatiI yang diperoleh melalui
angket, akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik. Dan langkah yang
digunakan dalam analisis ini sebagai berikut:
a) Data kualitatiI
1) Melakukan klasiIikasi dan katagorisasi data
2) Mencari hubungan antara respon siswa dengan mata pelajaran Agama Isalam
b) Data kuantitatiI
Menghitung jumlah responden yang menjawab atau memilih alternative jawaban
a, b, c dan d setiap item yang diajukan dalam angket yang disebarkan.


38
F. Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam memahami teori didalam
penelitian ini, maka dibuatlah konsep operasionalnya yang digunakan untuk
menjelaskan landasan berpikir diatas dan hal ini perlu untuk memudahkan penulis
dalam penelitian.
Konsep operasional itu dapat memberikan petunjuk sebagaimana suatu variable
diukur sehingga dapat diketahui baik buruk hasil penelitian tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan Wahyu dan Marzuki, bahwa konsep operasional
adalah untuk menghindari kesalahan pemahaman tentang skripsi oleh pihak yang
membacanya, maka istilah pokoknya dioperasionalkan. Operasional ini diartikan
sebagai pengertian khusus yang berlaku dalam skripsi.
32

Sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini mengenai minat siswa terhadap
pelajaran agama islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinag dapat
dioperasionalkan dengan indicator-indikator sebagai berikut:
1. Sikap siswa saat pelajaran agama islam
2. Sikap siswa terhadap guru agama islam
3. Minat siswa dalam membaca buku berlaIaskan islam
Dari indicator diatas baik tidaknya aplikasi minat siswa terhadap pelajaran
agama islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang akan
dikategorikan yaitu :
1 Sangat Baik
2 Baik
3 Cukup Baik
4 Tidak Baik

32
Wahyu.MS,Marzuki.MS, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi,Usaha Nasional,Surabaya,1980,hal.61
39


. Metodologi Penelitian
Adapun metodologi dalam penelitian ini adalah menggunakan metodologi
deskriptiI, yaitu hanya melukiskan atau menggambarkan keadaan atau situasi yang
terjadi dilokasi penelitian.



















40
BAB IV
PENYA1IAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Penyajian Hasil Penelitian
Intrumen utama yang digunakan untuk memperoleh data terperinci mengenai
penelitian angket, yaitu pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang yang ditentukan sebagai
responden.
Teknik yang digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data adalah
berdasarkan pertimbangan bahwa angket memiliki ketentuan sebagai berikut :
1. Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data meskipun responden
dalam jumlah yang sangat besar.
2. Responden bebas memilih alternatiI jawaban yang telah disiapkan karena
mereka tidak dipengaruhi oleh sikap mental yang terjadi antara peneliti dan
responden.
3. Setiap jawaban dapat dikembangkan terlebih dahulu karena mereka tidak
menjawab tergesa-gesa sebagaimana sering terjadi pada interviu.
4. Data yang dikumpulkan lebih mudah dianalisa karena pertanyaan yang
ditanyakan kepada responden adalah resmi.
Menyusun angket menggunakan skala kasar, menurut teknik ini beberapa
pertanyaan yang digunakan responden perlu memilih salah satu dari kemungkinan
yang ada. Jumlah angket yang diberikan kepada siswa sebanyak 65 eksamplar, dan
dikembalikan cukup. Adapun sasaran dari angket adalah siswa kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang.
41

Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah penyebaran angket yang
diberikan kepada reponden sesuai dengan kebutuhan inIormasi yang ditentukan.
Data yang diperoleh melalui angket dikualitatiIkan untuk dianalisa dan
dipersentasekan. Dari data tersebut dapat dilihat sejauh mana minat siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang terhadap Pelajaran Agama Islam.
Adapun identitas dari 65 responden itu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1
Klasifikasi Responden Berdasarkan 1enis Kelamin
No 1enis Kelamin Sampel Persentase
1 Pria 29 44.62
2 Wanita 36 55.38
1umlah 65 100

Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa jumlah responden wanita lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden pria, yaitu 36 siswi dengan persentase
55.38.

Tabel 5.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Rata-rata Nilai Agama Islam
No Rata-rata Nilai Agama Sampel Persentase
1 6 2 3.07
2 7 48 73.85
3 ~8 15 23.08
1umlah 65 100
42

Berdasarkan pada tabel 5.2 terlihat bahwa responden dengan nilai rata-rata 7,
pelajaran agama islam lebih banyak dibanding yang lainnya, hal ini terlihat dengan
jumlah sampel sebanyak 48 responden dengan persentase 73.85.

Tabel 5.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Rangking Kelas
No Ranking Kelas Sampel Persentase
1 Peringkat 1-10 25 38.47
2 Peringkat 11-20 24 36.93
3 Peringkat 21-30 14 21.53
4 Peringkat 31-40 2 3.07
1umlah 65 100

Berdasarkan pada tabel 5.3 terlihat bahwa siswa dengan rengking dengan
peringkat 1-10 lebih banyak dari pada yang lainnya, terlihat dengan jumlah sampel
sebanyak 25 dengan persentase 38.47.
Dengan berdasarkan pada jawaban responden terdiri dari 65 responden yang
terdiri dari pertanyaan dan pernyataan yang disajikan dalam kuesioner, maka peneliti
mempunyai hasil yang jelas dan benar karena masing-masing pernyataan telah
ditentukan skornya.
Data yang melalui angket dikualitatiIkan untuk dianalisa dan dipersentasikan. Dari
data tersebut dapat dilihat sejauh mana minat siswa terhadap pelajaran agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang. Data tersebut dapat dilihat
melalui tabel berikut ini :

43



1. Frekuensi dalam intensitas kehadiran siswa dalam mengikuti Pelajaran Agama
Islam
Tabel 5.4
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Rajin 9 13.84
B Rajin 29 44.61
C Tidak Terlalu Rajin 25 38.47
D Tidak Rajin 2 3.08
1umlah 65 100

Dari tabel 5.4 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab intensitas
kehadiran siswa dalam mengikuti Pelajaran Agama Islam di SMPN 1 Tanjungpinang
dalam kategori rafin lebih besar yaitu 29 siswa dengan persentase 44.61.

2. Frekuensi dalam membaca buku pelajaran agama Islam.
Tabel 5.5
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 1 1.54
B Sering 24 36.93
C Tidak Terlalu Sering 34 52.3
D Tidak Pernah 6 9.23
1umlah 65 100

Dari tabel 5.5 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab siswa
44
dalam membaca buku pelajaran agama islam di SMPN 1 Tanjungpinang dalam
kategori tidak terlalu sering membaca buku pelajaran agama Islam terlihat dengan
jumlah sampel 34 dengan persentase 52.3.

3. Frekuensi dalam membaca buku yang bernaIaskan Islam
Tabel 5.6
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 3 4.62
B Sering 27 41.54
C Tidak Terlalu Sering 35 53.84
D Tidak Pernah 0 0
1umlah 65 100

Dari tabel 5.6 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab siswa
dalam membaca buku yang bernaIaskan islam di SMPN 1 Tanjungpinang dalam
kategori tidak terlalu sering membaca buku yang bernaIaskan islam terlihat dengan
jumlah sampel 35 dengan persentase 53.84.

4. Frekuensi dalam partisipasi siswa terhadap tugas yang diberi oleh Guru Agama
Islam. (HaIalan, Tugas, dan Pekerjaan Rumah).
Tabel 5.7
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Berpartisipasi 10 15.39
B Berpartisipasi 39 60
C Tidak Terlalu Berpartisipasi 16 24.61
D Tidak Berpartisipasi 0 0
1umlah 58 100
45

Dari tabel 5.7 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
partisipasi siswa terhadap tugas yang diberi oleh Guru Agama Islam. (HaIalan, Tugas,
dan Pekerjaan Rumah) di SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori berpartisipasi
dengan tugas yang diberi oleh guru agama islam terlihat dengan jumlah sampel 39
dengan persentase 60.

5. Frekuensi dalam melakukan diskusi dengan guru agama Islam
Tabel 5.8
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 2 3.08
B Sering 11 16.92
C Tidak Terlalu Sering 40 61.54
D Tidak Pernah 12 18.46
1umlah 65 100

Dari tabel 5.8 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab siswa
dalam melakukan diskusi dengan guru agama islam di SMPN 1 Tanjungpinang dalam
kategori tidak terlalu sering, terlihat dengan jumlah sampel 40 dengan persentase
61.54.






46
6. Frekuensi dalam melakukan diskusi dengan teman sekolah tentang materi
pelajaran agama Islam.
Tabel 5.9
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 10 15.39
B Sering 26 40
C Tidak Terlalu Sering 24 36.92
D Tidak Pernah 5 7.69
1umlah 65 100

Dari tabel 5.9 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
siswa dalam melakukan diskusi dengan teman sekolah tentang materi pelajaran agama
Islam di SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori sering berdiskusi dengan teman
sekolah tentang materi pelajaran agama islam terlihat dengan jumlah sampel 26
dengan persentase 40.

7. Frekuensi dalam bertanya kepada guru agama Islam tentang pelajaran agama
Islam diluar jam pelajaran.
Tabel 5.10
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 4 6.15
B Sering 10 15.39
C Tidak Terlalu Sering 37 56.93
D Tidak Pernah 14 21.53
1umlah 65 100

Dari tabel 5.10 terlihat bahwa jumlah sampel responden dalam bertanya
47
kepada guru agama Islam tentang pelajaran agama Islam diluar jam pelajaran di
SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori tidak terlalu sering terlihat dengan jumlah
sampel 37 dengan persentase 56.93.

8. Frekuensi tentang bertanya kepada guru agama Islam tentang pelajaran agama
Islam saat pelajaran berlangsung
Tabel 5.11
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Sering 2 3.07
B Sering 25 38.47
C Tidak Terlalu Sering 30 46.16
D Tidak Pernah 8 12.3
1umlah 65 100

Dari tabel 5.11 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
tentang siswa yang bertanya kepada guru agama Islam tentang pelajaran agama Islam
saat pelajaran berlangsung di SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori tidak terlalu
sering terlihat dengan jumlah sampel 30 dengan persentase 46.16.

9. Frekuensi tentang tertarik dengan Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 5.12
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Tertarik 23 35.38
B Tertarik 28 43.08
C Tidak Terlalu Tertarik 14 21.54
D Tidak Tertarik 0 0
1umlah 65 100
48

Dari tabel 5.12 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
tentang ketertarikan siswa terhadap Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori tertarik terlihat dengan jumlah sampel 28
dengan persentase 43.08.

10. Frekuensi tentang Pelajaran Agama Islam memberi sisi positiI dalam kehidupan
sehari-hari
Tabel 5.13
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Bisa 39 60
B Bisa 25 38.46
C Tidak Terlalu Bisa 1 1.54
D Tidak Bisa 0 0
1umlah 65 100

Dari tabel 5.13 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
tentang Pelajaran Agama Islam memberi sisi positiI dalam kehidupan sehari-hari di
SMPN 1 Tanjungpinang dalam kategori sangat bisa diterapkan terlihat dengan jumlah
sampel 39 dengan persentase 60.






49
11. Frekuensi tentang penyampain guru agama dalam menerangkan pelajaran agama
Islam
Tabel 5.14
1awaban Keterangan Sampel Persentase
A Sangat Baik 22 33.85
B Baik 34 52.3
C Tidak Terlalu Baik 6 9.24
D Tidak Baik 3 4.61
1umlah 65 100

Dari tabel 5.14 terlihat bahwa jumlah sampel responden yang menjawab
penyampain guru agama dalam menerangkan pelajaran agama Islam di SMPN 1
Tanjungpinang dalam kategori sangat baik dalam menerangkan pelajaran agama
Islam terlihat dengan jumlah sampel 34 dengan persentase 52.3.












50
Tabel 5.15
REKAPITULASI HASIL ANKET
NO ALTERNATIF JAWABAN
TABEL A B C D

F F F F
5.4 9 13.84 29 44.61 25 38.47 2 3.08 65 100
5.5 1 1.54 24 36.93 34 52.30 6 9.23 65 100
5.6 3 4.62 27 41.54 35 53.84 0 0 65 100
5.7 10 15.39 39 60 16 24.61 0 0 65 100
5.8 2 3.08 11 16.92 40 61.54 12 18.46 65 100
5.9 10 15.39 26 40 24 36.92 5 7.69 65 100
5.10 4 6.15 10 15.39 37 56.93 14 21.53 65 100
511 2 3.07 25 38.47 30 46.16 8 12.3 65 100
5.12 23 35.38 28 43.08 14 21.54 0 0 65 100
5.13 39 60 25 38.46 1 1.54 0 0 65 100
5.14 22 33.85 34 52.3 6 9.24 3 4.61 65 100
JUMLAH 125 192.31 278 427.7 262 403.09 50 76.9 715 100

B. Pembahasan
Setelah kita lihat hasil angket yang disebarkan dan disajikan dalam tabel dapat
dianalisa sebagai berikut :
Sesuai dengan ketentuan yang telah penulis tetapkan bahwa didalam hal ini
minat siswa terhadap Pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tanjungpinang dapat digolongkan atas empat kategori yaitu :
Sangat baik
Baik
Tidak terlalu baik
51
Tidak baik
Secara keseluruhan penulis terlebih dahulu mencari angka rata-rata dari
persentase alternatiI jawaban berdasarkan angket yang penulis jaring berikut ini :
Adapun yang dijadikan standar dikategorikan sebagai berikut :
1 AlternatiI A Sangat Baik dengan skor 4
2 AlternatiI B Baik dengan skor 3
3 AlternatiI C Cukup Baik dengan skor 2
4 AlternatiI D Tidak Baik dengan skor 1
Sementara untuk angket, standartnya sebagai berikut :
1.Sangat Baik 76-100
2.Baik 66- 75
3.Cukup Baik 50- 65
4.Tidak Baik 0 - 49
Langkah awal untuk mendapat hasil interprestasi dan kualitatiI adalah dengan
mengumpulkan data dan menjumlahkan jawaban angket dianalisa selanjutnya
dikalikan dengan nilai yang telah ditetapkan. Sebagai langkah awal untuk
mendapatkan interprestasi dan kualitatiI adalah dengan mengumpulkan dan
menjumlahkan jawaban angket yang dianalisa sesuai obtinya kemudian dikalikan
dengan standar pembuatan angket yang telah ditetapkan.
Dari hasil jawaban keseluruhan jumlah Irekuensi prosentase alternatiI jawaban
yang tergambar dalam angket sebagai berikut :




52
Untuk mempermudah mencari persentase, maka digunakan rumus :
F
D X 100
N

Adapun data yang dianalisa dari tabel 5.4 sampai 5.14, yaitu sebagai berikut :
1 AlternatiI A 125 X 4 500
2 AlternatiI B 278 X 3 834
3 AlternatiI C 262 X 2 524
4 AlternatiI D 50 X 1 50
5 Jumlah 715 1.908

F 1.908 : 4 477
477
D X 100 66.7
715


Berdasarkan persentase hasil rata-rata diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
menunjukan minat siswa terhadap Pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Tanjungpinang dapat dikategorikan baik.Hal ini dapat dilihat dari
persentase yaitu 66.7, sesuia dengan standart angket 66- 75 dikategorikan baik.







53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



Bab ini adalah bagian terakhir yang merupakan penutup. Dimana dari analisis
terhadap minat siswa terhadap Pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Tanjungpinag dapat diketahui tingkat minat siswa terhadap pelajaran agama
Islam. Dengan analisa yang dilakukan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan,
disamping itu penulis akan memberikan saran yang dianggap perlu bagi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang.

A. Kesimpulan
1. Dari analisa yang peneliti lakukan bahwa minat siswa terhadap pelajaran
agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang dapat
dikatakan baik ini dapat dilihat dari persentase sebesar 66,7.
2. Adapun Iaktor-Iaktor yang dapat mempengaruhi minat siswa terhadap
pelajaran agama Islam yaitu materi pelajaran agama Islam, cara guru agama
dalam menyampaikan pelajaran, serta sikap dan prilaku guru agama.
3. Adapun Iaktor-Iaktor penyebab kurangnya minat siswa terhadap pelajaran
agama Islam hal ini dapat dilihat dari kurangnya siswa dalam membaca buku
agama Islam maupun buku yang bernaIaskan Islam, kurangnya siswa dalam
bertanya saat atau diluar jam pelajaran kepada guru agama Islam tentang materi
pelajaran serta kurangnya minat siswa dalam melakukan diskusi kepada guru
saat pelajaran agama berlangsung.
54

B. Saran
Untuk dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungpinang, maka penulis akan memberikan
saran-saran yang dapat dijadikan masukan oleh Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tanjungpinang untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam bidang pelajaran
Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa dapat meningkatkan minatnya dalam
mengikuti pelajaran ini, antara lain :
1. Pihak sekolah harus lebih banyak menyediakan buku-buku yang bernaIasskan
Islam yang dapat menarik siswa agar dapat tertarik membaca buku-buku yang
barnaIaskan Islam.
2. Guru Pendidikan Agama Islam harus bisa membawa siswa kedalam diskusi
yang aktiI, sehingga seisi kelas mendapatkan keadaan kelas yang tidak monotan
dan siswa tidak merasa membosankan mengikuti pelajaran ini . Hal ini akan
meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Guru agama Islam harus lebih dekat dengan siswa, sehingga proses belajar
mengajar tidak hanya terjadi di saat pelajaran berlangsung, tetapi diluar jam
pelajaran pun siswa akan berdiskusi dengan guru agama.







55
STUDI DESKRIPTIF TENTAN MINAT SISWA TERHADAP
PELA1ARAN AAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENAH PERTAMA NEERI 1 TAN1UNPINAN


PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Dalam Penyusunan Skripsi Guna Meraih
Gelar Serjana Jurusan Pendidikan Agama Islam
Pada
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
MiIathul Ulum
Tanjungpinang


oleh:
NELDAWATI
1.06.2481



56


1URUSAN PENDIDIKAN AAMA ISLAM
SEKOLAH TINI AAMA ISLAM (STAI)
TAN1UNPINAN
200

Anda mungkin juga menyukai