Anda di halaman 1dari 7

Self Concept

10/13/2011 6:49:00 AM

William D Brooks. Medefinisikan konsep diri sebagai those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others atau dengan kata lain, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Ketika kita mempertanyakan atau merenungkan konsep diri kita, maka kita sedang melihat diri kita sebagai me (objek renungan) dan ketika kita sedang menjalankan aktifitas sesuai dengan konsep diri kita, maka kita sedang berperilaku sebagai I (diri yang sadar dan aktif). Jalaluddin Rakhmat mengatakan, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, bahwa konsep diri atau self concept bisa bersifat Psikologis, Sosial, ataupun Fisis. Beliau menjelaskan ketiga sifat ini dengan memberikan ilustrasi berupa pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana watak saya sebenarnya? Apa yang membuat saya bahagia atau sedih? Apa yang sangat mencemaskan saya? Bagaimana orang lain memandang saya? Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya? Apakah mereka membenci atau menyukai saya? Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya? Apakah saya orang yang cantik atau jelek? Apakah tubuh saya kuat atau lemah? Jawaban pada tiga pertanyaan pertama menunjukan persepsi psikologis, jawaban pada tiga pertanyaan kedua menunjukan persepsi sosiologis, dan jawaban pada tiga pertanyaan ketiga menunjukan persepsi fisis. Disamping ketiga sifat konsep diri tersebut, Jalaluddin Rakhmat juga menjelaskan tentang dua komponen yang mempengaruhi konsep diri, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Sebagai contoh, jika komponen kognitif saya berupa saya ini orang bodoh, maka komponen afektif saya berkata saya senang diri saya bodoh, saya lebih baik begini atau sebaliknya, komponen afektif saya berkata saya benci menjadi orang bodoh, ini sangat memalukan. Dalam psikologi social, komponen kognitif disebut citra-diri (self image) dan komponen afektif disebut harga-diri (self esteem). Faktor yang mempengaruhi konsep diri: 1. Orang lain, terutama orang-orang terdekat dengan kita

2. Kelompok rujukan, kelompok dimana kita menjadi anggota di dalamnya, da nada nilai-nilai atau identitas dari kelompok tersebut yang menjadi bagian dari konsep diri kita Proses mengenal diri dapat dilakukan tidak hanya dengan mencoba mengamati dan mengerti diri sendiri namun dapat melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Asumsi ini membawa Joseph Luft dan Harry Ingham menciptakan suatu teori atau model sebagai salah satu cara untuk melihat dinamika self-awareness yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Model yang diciptakan tahun 1955 ini bernama Johari Window atau Jendela Johari. Jendela Johari terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu Open, Blind, Hidden, dan Unknown. Uraiannya dijelaskan di bawah ini:

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Misalnya orang lain mengetahui nama saya, tempat tinggal saya, warna kesukaan saya, makanan yang saya sukai, dan lainnya. Ketika seseorang baru berkenalan dengan orang lain, ukuran kuadran 1 yang tidak terlalu besar akan membuka seiring pertukaran informasi yang di dapat dari interaksi.

Ketika proses saling mengenal terus berlanjut, batas kuadran akan bergeser ke kanan dan ke bawah untuk memperbesar kuadran 1. Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Misalnya ketika orang lain menyatakan diri saya sebagai orang yang keras kepala dan saya tidak menyadarinya. Apa yang diketahui oleh teman-teman saya dan saya yang semula tidak sadar menjadi sadar membuat kuadran 2 saya mengecil sering dengan membesarnya kuadaran 1. Proses mengecilnya kuadran 2 bisa terhambat jika orang lain tidak mau memberi tahu apa yang ia ketahui mengenai hal yang saya tidak tahu. Misalnya ketika saya sedang berbicara dengan lawan bicara saya di depan umum, saya jarang melakukan kontak mata sehingga membuat lawan bicara saya terganggu. Mungkin lawan bicara saya tidak berkata apa-apa karena takut mempermalukan saya di depan orang lain. Namun dalam keadaan seperti ini, saya menjadi kesulitan untuk mendapat informasi dan mengenali diri saya. Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya hal-hal yang disimpan di kuadran ini bersifat sangat pribadi atau memalukan. Misalnya saya seorang homoseksual dan tidak bilang kepada orang lain bahwa saya adalah seorang homoseksual. Ketika saya membuka diri saya dan menyatakan bahwa saya adalah seorang homoseksual, maka kuadran 3 akan mengecil seiring dengan membesarnya kuadran 1. Proses penyingkapan diri ini disebut selfdisclosure. Selain self-disclosure, terdapat proses lain yaitu menerima umpan balik (feedback) dari orang lain. Contoh penerimaan umpan balik adalah saya meminta umpan balik kepada orang lain tentang kesan dan perasaannya setelah mendengar saya adalah seorang homoseksual lalu orang tersebut itu menyatakan perasaan kecewa dan tidak suka, maka area kuadran 2 saya akan mengecil. Saya menjadi tahu bahwa saya tidak disukai orang lain karena orientasi seksual saya. Menurut Anita Kelly, penyingkapan diri tentang rahasia pribadi memiliki resiko. Terkadang seseorang memilih untuk tidak bercerita hal-hal yang sifatnya personal seperti perilaku seksual, masalah kesehatan mental, atau kesalahan besar yang pernah dilakukan. If you give people information about yourself, you give them power over you, menurutnya.

Kegagalan dalam menemukan orang yang memberi reaksi yang tidak diharapkan membuat seseorang semakin menutup diri. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang di-repress dalam ketidaksadaran yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul. Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. Misalnya baik saya dan orang lain tidak tahu penyebab gangguan obsesif kompulsif cuci tangan yang saya alami. Disinilah peran ahli seperti psikolog untuk menyingkap kuadran 4. Misalnya kemungkinan munculnya gangguan obsesif kompulsif diakibatkan pemerkosaan yang pernah saya alami ketika kecil bisa terjadi dan ini membuat kuadran 4 saya mengecil sementara kuadran 1 saya membesar seiring dengan pengetahuan saya tentang penyebab gangguan obsesif kompulsif yang saya alami.

Pentingnya konsep diri: Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu: Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

Referensi: www.ruangpsikologi.com

10/13/2011 6:49:00 AM

10/13/2011 6:49:00 AM

Anda mungkin juga menyukai