Anda di halaman 1dari 2

Ubudiyyah

24/03/2011 08:34 Sunnah dan Bi'dah Sering kali terdengar oleh kita perdebatan seputar hal bid'ah dan sunnah. bahkan perdebatan ini menjurus pada perpecahan. Padahal tidak harus demikian, justru

perbedaan itu adalah rahmat, asalkan kita mau berlapang dada. Oleh karenanya menjadi
penting bagi umat muslim untuk mengetahui apakah bid'ah itu, dan bid'ah seperti apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan?

Menurut para ulama bidah dalam ibadah dibagi dua: yaitu bidah hasanah dan bidah
dhalalah. Di antara para ulama yang membagi bidah ke dalam dua kategori ini adalah: 1. Imam Syafii Menurut Imam Syafii, bidah dibagi dua; bidah mahmudah dan bidah madzmumah. Jadi

bidah yang mencocoki sunah adalah mahmudah, dan yang tidak mencocoki sunah adalah
madzmumah. Bidah hasanah/mahmudah dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah bidah wajib seperti kodifikasi (pengumpulan) al-Quran pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan pengumpulan

hadits ke dalam kitab-kitab besar pada zaman sesudahnya.


Sedangkan bidah hasanah yang kedua adalah bidah sunah, seperti shalat tarawih 20 rakaat pada zaman khalifah Umar bin Khathab. 2. Imam al-Baihaqi Bidah menurut Imam Baihaqi dibagi dua; bidah madzmumah dan ghairu madzmumah. Setiap Bidah yang tidak menyalahi al-Quran, Sunah, dan Ijma adalah bidah mahmudah atau ghairu madzmumah. Sedangkan bidah yang tercela (madzmumah) adalah bidah yang tidak memiliki dasar syari sama sekali. 3. 4. Imam Nawawi Imam al-Hafidz Ibnu Atsir Bidah menurut Imam Nawawi dibagi menjadi dua; bidah hasanah dan bidah qabihah. Ibnu Atsir juga membagi Bidah menjadi dua; bidah yang terdapat petunjuk nash (teks alQuran/hadits) di dalamnya, dan bidah yang tidak ada petunjuk nash di dalamnya.

Jadi setiap bentuk bidah yang menyalahi kitab dan sunah adalah tercela dan harus diingkari. Akan tetapi bidah yang mencocoki keumuman dalil-dalil nash, maka masuk dalam kategoti terpuji. Lalu bagaimana dengan hadits


Setiap bidah adalah sesat. Berikut ini adalah pendapat para ulama: 1. 2. Imam Nawawi Imam al-Hafidz Ibnu Rajab Hadits di atas adalah masuk dalam kategori am (umum) yang harus ditakhshish (diperinci). Hadits di atas adalah dalam kategori am akan tetapi yang dikehendaki adalah khash (am yuridu bihil khash). Artinya secara teks hadits tersebut bersifat umum, namun dalam pemaknaannya dibutuhkan rincian-rincian. Ada sebagian ulama yang membagi bidah menjadi lima bagian sebagai berikut, 1. Bidah yang wajib dilakukan : contohnya, belajar ilmu nahwu, belajar sistematika argumentasi teologi dengan tujuan untuk menunjukkan kepada orang-orang atheis dan orangorang yang ingkar kepada agama Islam, dll. 2. 3. 4. 5. Bidah yang mandub (dianjurkan): contohnya, adzan menggunakan pengeras suara, mencetak Bidah yang mubah : contohnya, membuat hidangan makanan yang berwarna warni, dan Bidah yang makruh : contohnya, berlebihan dalam menghias mushaf, masjid dan Bidah yang haram: yaitu setiap sesuatu yang baru dalam hal agama yang bertentangan buku-buku ilmiah, membangun madrasah, dan lain-lain. sejenisnya. sebagainya. dengan keumuman dalil syari. misalnya solat isya tujuh rekaat dll. (disarikan dari buku Tradisi Amaliah NU dan Dalilnya, penerbit LTM (Lembaga Ta'mir Masjid) PBNU

Anda mungkin juga menyukai