Anda di halaman 1dari 11

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 2.1.1

Menulis Batasan Menulis Menulis menurut Lado (Tarigan, 1986: 21) ialah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyimpaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis. Dengan perkataan lain: menggambar huruf-huruf Cina, yaitu kalau dia tidak tahu memahami bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria yang seperi itu maka dapatlah dikatakan bahwa

menyalim/mengkopi huruf-huruf atupun menyusun menset suatu naskah dalam hurufhuruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya.

2.1.2

Fungsi menulis Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan menurut Angelo (TArigan, 1986:

22) adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sanagat penting

bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan pada pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses penulisan yang actual. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting sang penulis sabgai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan dan gaya. Secara singkat: belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/denga cara tertentu (Tarigan, 1986: 22). 2.1.3 Tujuan Menulis Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan: tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, maka bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori berikut ini. (a) memberitahukan atau mengajar, (b) meyakinkan atau mendesak, (c) menghibur atau menyenangkan, (d)

mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan, 1986: 23).

Yang dimaksud dengan maksud atau tujuan menulis (the writwrs intention) adalah response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini maka dapatlah dikatakan, bahwa : a) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informative (informative discourse). b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wawancara ekspresif (expressive discourse) (Tarigan, 1986: 24). Agaknya perlu diperingatkan disini bahwa dalam paktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi sering bertumpang tindih, dan tiap orag mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas. Tetapi dalam kebanyakan menulis, adalah suatu tujuan yang menonjol dan dominan; da yang dominan inilah yang member nama atas keseluruhan tujuan tersebut. Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan, maka Hugo Hartig (Tarigan, 1986: 25) merangkumkannya sebagai berikut: a) Assiment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para

siswa yang diberi tugad merangkum buku: sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat). b) Altuistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, inin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepa guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah lawan atau musuh. Tujuan altruistic adalah kunci keterbatasan sesuatu tulisan. c) Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan diutarakan. d) International purpose (tujuan informal, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. e) Self-exprenssive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. f) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat

pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Tarigan, 1986: 24-25).

2.2

Pengertian Paragraf Paragraph adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema

perkembangannya (Kridaklaksana, 1984: 140). Paragraph adalah bagian dari satu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru); alinea: tanda (Moeliono, 1990: 648). Paragraf merupakan satu model karangan yang terkecil (Parera, 1980: 13). Akhidiah dkk, (1991: 144) menjelaskan bahwa dalam paragraf terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraph tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topic, kalimat-kalimat penjelasa sampai kepada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Jika kita amati, paragraf memiliki cirri atau karakteristik: 1) setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan; 2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlan kalimat; 3) paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran; 4) paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat; dan 5) kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis-sistematis. Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapatlah ditarik sebuah simpulan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relefan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

2.3

Kegunaan dan Fungsi Paragraf Paragraf mempunyai dua kegunaan. Menurut Akhadiah dkk. (1991: 144),

kegunaan paragraf adalah: 1) Untuk menandai pembuatan topic beru atau pengembangam lanjut topic sebelumnya (yang baru). 2) Untuk menambah hal-hal yang penting atau merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya (terdahulu). Sementara itu, Keraf (1984: 63) menjelaskan bahwa pembentukan sebuah paragraf sekurang-kurangnya mempunyai tujuan berikut ini. a) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema lain. Oleh sebab itu, setiap alinea hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema, maka alenia itu harus dipecahkan menjadi dua alenia. b) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memunkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat. Denan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah. Adapun fungsi paragraf sering digunakan sebagai pengantar, transisi atau peralihan dari satu bab ke bab lain. Bahkan tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi dan konklusi. Dengan demikian, sampailahkita pada suatu simpulan bahwa paragraf berfungsi sebgai: (1) Penampungan fragmen pikiran atau ide pokok. (2) Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.

(3) Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis. (4) Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang. (5) Alat untuk penyampaian fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca. (6) Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai. (7) Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat befungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

2.4

Macam-macam paragraf Alwi (2001 : 33) membagi paragraf dalam tiga bagian. Pembagian ini

didasarkan pada urutannya, ayitu (1) paragraf pembuka; (2) paragraf penghubung; dan (3) paragraf penutup.

2.4.1

Paragraf Pembuka Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk samapi kepada maslah

yang akan diuraikan. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankan. Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu untuk dapat menarik perhatian pembaca, dan juga berfungsi menjelaskan tujuan penulisan itu. Oleh sebab itu, penulis harus mampu menyajikan pembukaan ini dengan kalimatkalimat yang menarik. Namun, tidak satu pun buku pegangan yang mengajarkan bagaimana cara membuat pembukaan yang menarik. Padahal, memulai suatu

permulaan berarti hamper mendekati akhir karena di situlah seni keseluruhan dari menulis (Akhadiah dkk., 1991: 146).

2.4.2

Paragraf Penghubung Yang dimaksud dengan penghubung adalah semua paragraf yang terdapat

antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yangakan dikemukakan. Oleh sebab itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang dan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain harus saling berhubungan secara logis.

2.4.3

Paragraf Penutup Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi

kesimpulan dari paragaraf penghubung. Paragraf penutup dapat juga berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam pargraf penhubung. Paragraf penutup yang mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.

2.5

Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf Paragraf yang baik (jelas dan terbaca) harus mudah dipahami, memiliki

kesatuan, dan tersusun baik. Kalimatnya tidak hanya mengembangkan suatu pokok pikiran yang memadai, tetapi juga harus dapat terangkai dengan baik. Masing-masing kalimat harus dapat mendukung kalimat lainnya, sehingga pembaca dapat dengan

mudah mengikuti alur pikiran penulis. Dari keterangan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa syarat-syarat pembentukan paragraf itu harus memenuhi tiga hal, yaitu (1) kohesi (kesatuan); (2) koherensi (kepaduan); dan (3) pengembangan/kelengkapan paragraf.

2.5.1

Kesatuan (Kohesi) Yang dimaksud dengan kesatuan/kohesi dalam paragraf adalah bahwa semua

kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu (Keraf, 1984: 67). Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimatkalimat dalam paragraf itu tidak lari dari topik atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topic dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.

2.5.2

Kepaduan (koherensi) Pengertian kepaduan/koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah

kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu (Keraf, 1984: 67). Selanjutnya, Keraf (1984) menjelaskan bahwa suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempuyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dan kalimat.

Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan hal-hal berikut ini 1) Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan: a. Kata atau frasa transisi; b. Pengulangan kata kunci; c. Kata penunjuk; d. Kata ganti; dan e. Paralelisme (smith dan Raymond, 1997: 96 99 dan Akhadiah dkk., 1991: 150) 2) Pemberian dan urutan isi paragraf Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya. Perincian itu dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus). Menurut urutan ruang (spesial), menurut proses, dan dapat juga dengan sudut pandang yang lain.

Anda mungkin juga menyukai