Anda di halaman 1dari 4

ATURAN BEA METERAI

Bea Meterai merupakan pajak tidak langsung yang dipungut secara incidental (hanya dipungut sekali) jika dibuat tanda/dokumen yang disebut Oleh Undang-Undang oleh suatu keadaan, perbuatan atau peristiwa dalam suatu masyarakat (Pasal 1 UU Bea Meterai 1985). Bea Meterai tergolong dalam Pajak Tidak Langsung yang sejajar dengan Pajak Pertambahan Nilai, Bea Balik Nama yang dipungut oleh Pemerintah Pusat. Sistematika Bea Meterai dalam bab khusus ABM 1921. a. Tanda yang dikenakan bea menurut ketentuan dalam bab khusus yang bersangkutan. b. Berapa besarnya bea meterai khusus itu. c. Tanda-tanda apa yang dikecualikan dari ketentuan bab khusus. d. Bagaimana cara pelunasannya. e. Siapa pihak yang bertanggung jawab atas pelunasan bea meterai. f. Sanksi apabila terjadi pelanggaran. g. Bagaimana nazegeling tanda yang termasuk bab khusus dilakukan. Asas Dasar serta Prinsip Bea Meterai a. Satu tanda/dokumen, satu bea meterai b. Jika satu tanda/dokumen terdapat dua keterangan atau lebih yang satu sama lain ada hubungannya maka yang diterapkan adalah yang memuat keterangan pokok. c. Salinan, petikan, tembusan dikenakan bea materai yang sama seperti aslinya. d. Materai yang sama tidak dapat digunakan lebih dari sekali. e. Tiada tanda/dokumen, tiada bea meterai. f. Tidak ada keharusan untuk membuat tanda/dokumen. g. Yang dikenakan bea meterai adalah adanya dibuat tanda/ dokumen. h. Bea meterai merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan secara incidental. i. Hasil bea materai masuk sebagai penerimaan pajak tidak langsung dalam APBN. j. Pengawasan pelaksanaan bea meterai ada di tangan Direktur Jenderal Pajak. k. Sanksi administrasi ditentukan oleh administrasi pajak/kepala kantor Inspeksi Pajak, dan berupa denda. l. dan lain-lain Jenis-jenis Bea Meterai (Zegelverordening 1921) a. Meterai tetap. Meterai kuitansi, meterai tentang saldo rekening couran pada bank meterai cek b. Meterai umum. c. Meterai menurut luas kertas. d. Meterai proporsional. Pelanggaran Bea Meterai

a. Pelanggaran Administrasi, pelanggaran ringan dan diberikan sanksi administrasi oleh Direktur Jenderal Pajak atau alat-alatnya berupa bunga atau denda. b. Pelanggaran Pidana, diancam dengan sanksi pidana, baik berupa denda pidana atau berupa hukuman penjara. Objek bea meterai 1921 adalah tanda dan objek UU BM 1986 adalah dokumen. Unsur dan Ciri Dokumen a. Ada pembuatnya. b. Ada orang yang menerima dokumen. c. Ada suatu tulisan di atas kertas atau bahan lain. d. Ada keadaan, perbuatan kejadian atau peristiwa yang dinyatakan dalam dokumen. e. Bahwa keadaan, perbuatan, peristiwa itu ada di bidang hukum perdata. f. Ada suatu tanda tangan dari orang yang membuatnya. Macam Jenis Dokumen yang Kena Bea (pasal 2 ayat 1UU No.13 Tahun 1985) a. Surat perjanjian, merupakan bukti tertulis dari permufakatan yang lazimnya dibuat oleh sekurang-kurangnya dua pihak. Surat-surat lainnya, merupakan dokumen yang dibuat sepihak yang menimbulkan hak kepada pihak lain, yang dapat dituntu dihadapan pengadilan. b. Akta notaries dan salinannya (Pasal 2 ayat 1 b). c. Akta yang dibuat oleh PPAT, termasuk rangkap-rangkapnya (Pasal 2 ayat 1 c). d. Surat-surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- (Pasal 2 ayat 1 d). e. Dokumen yang berbentuk surat berharga (wesel, promes) f. Dokumen yang berbentuk surat efek dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dokumen yang dikecualikan dari Bea Meterai Pasal 4 ayat 1 UU BM 1985 a. Dokumen yang bertalian dengan arus barang. b. Dokumen berupa ijazah dalam segala bentuk. c. Dokumen dalam bentuk tanda terima gaji, uang tunggu pension, uang tunjangan dan pembayaran lainnya. d. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara dari Kas Pemerintah Daerah dan Bank. e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu oleh Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah dan Bank. f. Tanda penerimaan yang dibuat untuk keperluan intern organisasi. g. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan, kepada penabung oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut. h. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian. i. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek dengan nama dan bentuk apapun.

Subjek bea meterai yaitu pihak yang menerima dokumen atau pihak yang mendapat manfaat. Saat terhutangnya bea a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak. b. Dokumen yang dibuat lebih dari satu pihak. c. Dokumen yang dibuat di luar negeri. Pelunasan bea terjadi pada saat benda meterai itu dibuat tidak berlaku lagi dengan membubuhkan tanda tangan di atas meterai dan kertas atau dengan membuat tulisan di atas meterai, sehingga benda meterai tersebut tidak bisa dipakai lagi. Penagihan bea meterai. dilakukan dalam keadaan apabila wajib pajak yang terlibat sengketa dengan Direktorat Jenderal Pajak dan tidak membayar uang dalam Kas Negara sebagai kewajibannya. Dilakukan dengan pengeluaran surat peringatan, surat tegoran. Daluwarsa dalam bea meterai dapat mengenai: (1) penagihan bea yang terutang, oleh Inspektur Pajak dan (2) penuntutan kembali kelebihan pembayaran bea meterai oleh wajib pajak. Pengembalian bea meterai dapat terjadi: (1) apabila terdapat kelebihan pembayaran bea meterai akibat salah hitung san (2) apabila besarnya kelebihan tersebut belum disetujui oleh Ditjen Pajak. Pelanggaran Material UU Bea Meterai terjadi apabila dokumen yang dibuat tidak dibubuhi meterai tempel, kurang dibubuhi meterai tidak dituliskan diatas kertas meterai sesuai ketentuan UU. Pelanggaran insidental adalah pelanggaran yang dilakukan sekali saja untuk satu dokumen. Pelanggaran massal adalah pelanggaran yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jumlah besar. Pelanggaran formal adalah pelanggaran dalam cara menggunakan benda meterai. Percetakan benda meterai dilakukan oleh Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia atas permohonan Direktur Jenderal Pajak. Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 1009/KMK.01/1986 Pasal 3 ditentukan bahwa penjualan benda meterai hanya dapat dilakukan oleh Perum Pos dan Giro. Menteri Keuangan diberi wewenang untuk memberi kuasa untuk menukarkan atau mengecap kembali kertas meterai dan menukarkan meterai tempel (pasal 123 ayat 2 ABM 1921). Hasil penjualan bea meterai adalah hasil pajak, Cara penyelesaian sengketa bea meterai adalah melalui peradilan Administrasi dengan dua saluran, yaitu: a. Dengan perlawanan surat paksa, di hadapan pengadilan

b. Dengan menuntut kembali kelebihan pembayaran bea meterai di hadapan pengadilan. Tindak pidana dalam bidang bea meterai dapat dilakukan oleh wajib pajak yang melunasi pajak, pembuat dokumen, orang lain, dan pejabat. Tindak pidana tersebut dapat berupa: a. Pemalsuan benda meterai (sanksi pasal 253 KUHP), b. pemalsuan tanda tangan, c. menyimpan, menawarkan, menjual, menggunakan atau memasukkan ke Indonesia benda meterai palsu (pasal 257 KUHP), d. menyimpan bahan-bahan atau perkakas yang digunakan untuk meniru atau memalsukan benda meterai (pasal 261 KUHP), e. melanggar rahasia jabatan (pasal 322 KUHP), f. pemerasan, g. penyuapan , dan h. penggelapan.

Anda mungkin juga menyukai