Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengadukan
Pengadukan (agitation) adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari
bahan yang diaduk. Tujuan dari pengadukan yang paling utama adalah terjadinya
pencampuran. Selain itu juga bertujuan untuk :
- Membuat suspensi partkel zat padat
- Mencampur zat cair yang mampu campur (miscible)
- Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung
- Menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair yang
lain sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
2.2 Pencampuran
Pencampuran (mixing) adalah operasi yang tersebarnya secara acak suatu bahan
ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau
lebih. Suatu penyebaran merata dari komponen-komponen campuran tercapai bila
dalam sistem campuran tidak terdapat lagi perbedaan konsentrasi, besar butiran,
suhu dan sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme
perpindahan momentum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen,
pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda :
1. pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (mekanisme
konsevektif).
2. pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan dalam medan aliran (eddy diffusion).
3. pencampuran karena gerakan molekuler (diffusion).
Ketiga mekanisme terjadi bersamaan, tetapi eddy diffusion yang paling
menentukan. Mekanisme tersebut yang membedakan pencampuran dalam
keadaan turbulen dan laminer.



2.3 Tangki Pengaduk
Salah satu sarana untuk pencampuran fasa cair adalah tangki pengaduk.
Hal yang penting dari pada tangki pengaduk di dalam penggunaannya adalah :
a. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya
cekung.
b. Ukuran : yaitu diameter dan tinggi tangki.
c. Kelengkapannya :
i. ada tidaknya baffle (sekat), yang berpengaruh pada pola aliran
di dalam tangki agar tidak terbentuk vorteks (pusaran).
ii. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai
pengendali suhu.
iii. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses
kontinyu.
iv. Kelengkapan lainnya seperti tutup tangki.
d. Pengaduk (impeller)

M


J
W H
C D

D
T


Gambar II.1. Tangki Pengaduk dengan Baffle



Keterangan :
M = motor penggerak C = tinggi pengaduk dari dasatangki
J = lebar baffle D = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki W = lebar suku (blade) pengaduk
D
T
= diameter tangki

2.4 Pengaduk (Impeller)
Pengaduk merupakan bagian yang penting dalam suatu operasi
pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik akan
diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena
akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran serta daya yang diperlukan.
* Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a. Pengaduk aliran aksial, akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan
sumbu putaran.
b. Pengaduk aliran radial, akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat
dihilangkan dengan pemasangan buffle atau dengan meletakkan pengaduk
pada posisi offcenter
c. Pengaduk aliran campuran, merupakan gabungan dari kedua jenis di atas.

Aliran aksial adalah sejajar dengan poros pengaduk, aliran radial adalah
tegak lurus dengan poros pengaduk, sedangkan aliran tangensial adalah berputar
mengelilingi proses pengaduk.

2.5 Proses secara homogen atau heterogen
Reaksi homogen merupakan reaksi dimana bahan baku, hasil dan bahan-
bahan lainnya yang digunakan membentuk satu rasa kontinu, gas atau cairan.
Reaktor rasa gas yang homogen biasanya dikontrol secara kontinu, sedangkan
reaktor rasa cair mungkin kontinu ataupun batch. Reaktor tube biasanya
digunakan untuk reaksi rasa homogen. Sebagai contoh pacta pemecahan panas
minyak mentah petroleum pada etilena dan penguraian panas dikloroetana pada
vinil klorida. Reaktor tube dan reaktor tangki berpengaduk biasanya digunakan
untuk reaksi rasa cair yang homogen.

2.6 Jenis Pengaduk
Pengaduk terbagi kepada dua jenis yaitu pengaduk yang memutar cairan
secara aksial (pengaduk aliran aksial) dan satu lagi secara aliran dalam arah
tangensial atau radial (Pengaduk aliran radial). Kegunaan pengaduk ini adalah
untuk memecah dan Menyebarkan gas keseluruh rasa cair dalam bentuk
gelembung-gelembung kecil.Semakin kecil gelembung gas, maka perpindahan
masa akan lebih besar. Oleh karena itu pemilihan jenis pengaduk adalah penting.
Dalam dispersi gas ini pengaduk yang biasa digunakan adalah turbin radial
dengan 6 blade vertikal.

2.7 Ukuran Pengaduk
Ukuran pengaduk tergantung pada jenis Pengaduk yang digunakan dan
keadaan operasi seperti yang diberikan oleh Reynold number, Froude number, dan
power. Untuk mengaduk turbin, perbandingan diameter pengaduk dengan
diameter tangki berada pada rentang d/Dt= 0,3 -0,6.

2.8 Kecepatan Pengadukan
Kecepatan yang biasa digunakan untuk pengaduk adalah 37, 45, 68, 100,
125, 155, hingga 320 rpm. Power yang diperlukan biasanya tidak mencukupi
untuk memacu turbin berputar secara kontinu. Sehingga dua kecepatan pemacu
diperlukan untuk ngoperasian yang tinggi.
2.9 Motor Penggerak
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Impeller menggantung pada ujung poros yang
digerakkan oleh motor, yang disebut motor penggerak.


2.10 Waktu Pencampuran
Waktu pencampuran merupakan lamanya operasi pencampuran sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama (komposisi, temperatur dan sifatnya). Pada
operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. yang berkaitan dengan alat, yaitu:
- ada tidaknya baffle
- bentuk atau jenis pengaduk (turbin,propeller,padel)
- ukuran pengaduk (diameter,tinggi)
- laju putar pengaduk
- kedudukan pada tangki
i. jarak terhadap dasar tangki
ii. pola pemasangan
1. center,vertical
2. off-center,vertical
3. miring(inclined)
4. horizontal
- jumlah daun pengaduk
- jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. yang berhubungan dengan cairan yang diaduk
- perbandingan kerapatan (density) cairan yang masuk
- perbandingan viskositas cairan yang diaduk
- jenis cairan yang diaduk (miscible,immescible)

2.11 Kebutuhan Daya
Perkiraan kebutuhan daya yang diperlukan untuk mengaduk campuran
dalam tangki pengaduk dapat dihitung atas dasar percobaan pada skala
laboratorium. Persyaratan dari pada penggunaan hubungan empiris tersebut adalah
adanya kesamaan geometris,yang menentukan kondisi batas peralatan. Artinya
bentuk kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran-ukuran geometris berikut
ini sama untuk keduanya.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya bagi proses pengadukan
adalah :
Diameter (D)
Viskositas ()
Gravitasi (g)
Densitas ()
Laju putar pengaduk (N)
Secara matematis hubungan tersebut dapat ditulis :
P = f(D, , g, , N)
Dan dengan menggunakan analisa dimensional :
P = k (D
a
,
b
, g
e
,
f
, N
g
)
ML
2
/T
3
= L
a
[M/LT]
b
[L/T
2
]
e
[M/L
3
]
f
[1/T]
g
[ML
2
T
-3
] = L
a
[ML
-1
T
-1
]
b
[LT
-2
]
e
[ML
-3
]
f
[T
-1
]
g

[ML
2
T
-3
] = [M]
b+f
[L]
a-b+e-3f
[T]
b-2e-g
Dimensi : M = b+f = 1(1)
L = a-b+e-3f = 2 ..(2)
T = -b-2e-g = -3 ..(3)
Pers.(1) : b+f = 1
f = 1-b
Pers.(1) ke pers.(2) : a-b+e-3f =2
a-b+e-3(1-b)=2
a-b+e-3+3b=2
a = -2b-e+5

Pers.(3) : -b-2e-g = -3
g = 3-2e-b
P = k (D
a
,
b
, g
e
,
f
, N
g
)
P = k (D)
-2b-e+5
( )
b
(g)
e
()
1-b
(N)
3-2e-b

P = k
e
g
DN

|
|
.
|

\
|
2

b
N D

|
|
.
|

\
|

2
( )
3 5
N D

Diperoleh :
P = k D
2
N
-b
D N
2

-e

D
5
N
3
g
[N
Po
] = k [N
Re
]
-b
[N
Fr
]
-e


Dengan :
P = N
Po
(Power Number)
D
5
N
3


D
2
N = N
Re
(Reynold Number)

D N
2
= N
Fr
(Froude Number)
g













BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Pola Aliran Impeller
3.1.1. Pola Aliran Pada Propeller
- Air Murni
1. Tangki dengan Baffle, Center
a. Air Murni pada 11 Volt

Gambar 3.1.1 : Pola aliran aksial pada air murni

b. Air Murni pada 17 Volt


Gambar 3.1.2 : Pola aliran aksial pada air murni

2. Tangki dengan Baffle, Off Center
a. Air Murni 11 Volt


Gambar 3.1.3 : Pola aliran aksial pada air murni

b. Air Murni 17 Volt

Gambar 3.1.4 : Pola aliran aksial pada air murni
3. Tangki Tanpa Baffle, Center
a. Air Murni 11 Volt

Gambar 3.1.5 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada air murni

b. Air Murni 17 Voltl

Gambar 3.1.6 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada air murni


4. Tangki Tanpa Baffle, Off Center
a. Air Murni 11 Volt

Gambar 3.1.7 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada air murni

b. Air Murni 17 Volt

Gambar 3.1.8 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada air murni

- Larutan Kanji 2:3
1. Tangki dengan Baffle, Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.9 : Pola aliran aksial pada larutan kanji + pewarna

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.10 : Pola aliran aksial pada larutan kanji + pewarna

2. Tangki dengan Baffle, Off Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt


Gambar 3.1.11 : Pola aliran aksial pada larutan kanji + pewarna

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.12 : Pola aliran aksial pada larutan kanji + pewarna

3. Tangki Tanpa Baffle, Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.13 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada larutan kanji

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.14 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada larutan kanji

4. Tangki Tanpa Baffle, Off Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.15 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada larutan kanji +
indikator pewarna

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.16 : Pola aliran aksial dan adanya vortex pada larutan kanji +
indikator pewarna

3.1.2. Pola Aliran Pada Turbin
- Air Murni
1. Tangki dengan Baffle, Center
a. Air Murni pada 11 Volt

Gambar 3.2.1 : Pola radial dan tangensial pada air murni

b. Air Murni pada 17 Volt

Gambar 3.2.2 : Pola aliran radial dan tangensial pada air murni

2. Tangki dengan Baffle, Off Center
a. Air Murni 11 Volt

Gambar 3.2.3 : Pola aliran radial dan tangensial pada air murni

b. Air Murni 17 Volt

Gambar 3.2.4 : Pola aliran radial dan tangensial pada air murni

3. Tangki Tanpa Baffle, Center
a. Air Murni 11 Volt

Gambar 3.1.5 : Pola aliran radial dan tangenial dan adanya vortex pada air murni
.


b. Air Murni 17 Volt

Gambar 3.1.6 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada air
murni
.
4. Tangki Tanpa Baffle, Off Center
a. Air Murni 11 Volt

Gambar 3.1.7 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada air
murni

b. Air Murni 17 Volt

Gambar 3.1.8 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada air
murni

- Larutan Kanji 2:3
1. Tangki dengan Baffle, Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.9 : Pola aliran radial dan tangensial pada larutan kanji

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.10 : Pola aliran radial dan tangensial pada larutan kanji + indikator
pewarna

2. Tangki dengan Baffle, Off Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.11 : Pola aliran radial dan tangensial pada larutan kanji + indikator
pewarna


b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.12 : Pola aliran radial dan tangensial pada larutan kanji + indikator
pewarna


3. Tangki Tanpa Baffle, Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.13 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada larutan
kanji

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.14 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada larutan
kanji




4. Tangki Tanpa Baffle, Off Center
a. Larutan Kanji 2:3, 11 Volt

Gambar 3.1.15 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada larutan
kanji + indikator pewarna

b. Larutan Kanji 2:3, 17 Volt

Gambar 3.1.16 : Pola aliran radial dan tangensial dan adanya vortex pada larutan
kanji + indikator pewarna

3.2 Hasil Perhitungan
3.2.1 Propeller Air Murni
Jenis Tangki Letak Impeller
P
Nre Npo Nfr
(watt)
Baffle
Center
1.76 3.532975 2779365.2 0.008186
3.74 6.368653 1008285.74 0.0266
Off Center
1.98 3.672435 2783925.704 0.008845
3.74 6.089734 1153271.181 0.024321
Unbaffle
Center
2.31 3.532975 3647916.825 0.008186
4.08 6.043247 1287371.323 0.023951
Off Center
1.87 3.99784 2038074.134 0.010482
3.74 5.857301 1296085.617 0.0225

3.2.2 Turbin Air Murni
Jenis Tangki Letak Impeller
P
Nre Npo Nfr
(watt)
Baffle
Center
1.98 5.422187 1037952.855 0.011158
4.08 8.769217 505607.806 0.029185
Off Center
1.76 5.556068 857523.2125 0.011716
3.74 9.036979 423484.7649 0.030995
Unbaffle
Center
1.76 5.422187 922624.7601 0.011158
3.74 8.769217 463473.8222 0.029185
Off Center
1.76 5.489128 889280.1634 0.011435
3.74 8.769217 463473.8222 0.029185
3.2.3 Propeller Larutan Kanji 2:3
Jenis Tangki Letak Impeller
P
Nre Npo Nfr
(watt)
Baffle
Center
1.87 0.645897 14244625.48 0.00907
3.74 1.094055 127063153 0.024694
Off Center
1.98 0.664535 14974812.16 0.00907
3.74 1.098434 127063153 0.024694
Unbaffle
Center
2.09 0.612941 13601058.31 0.008186
4.08 0.975581 104143011.8 0.020408
Off Center
2.2 0.607148 13168735.42 0.007761
3.91 1.052249 115950875.5 0.0225

3.2.4 Turbin Larutan Kanji 2:3
Jenis Tangki Letak Impeller
P
Nre Npo Nfr
(watt)
Baffle
Center
2.09 0.920558 1137218.247 0.010884
4.25 1.47921 564581.3337 0.027864
Off Center
2.2 0.971153 1111600.204 0.011435
4.08 1.577885 494203.5534 0.029633
Unbaffle
Center
1.98 0.786054 1361248.848 0.009313
3.74 1.424185 485366.6872 0.028301
Off Center
2.2 0.890403 1452801.852 0.009566
4.08 1.580982 517365.6615 0.028741




3.3 Hasil k, (-b), (-e) pada Jenis Impeller
3.3.1 Larutan Kanji 2:3
Jenis Impeller K (-b) (-e)
Propeller 0 -1.95E+02 -2.01E+02
Turbin 65948.2704 2.24E+05 -9.72E+02




3.4 Grafik Hubungan Antara Bilangan Reynold dengan Bilangan Power
3.4.1 Grafik Propeller Baffle dan Unbaffle Larutan Kanji 2:3


3.4.2 Grafik Turbin Baffle dan Unbaffle Larutan Kanji 2:3





y = 4.1048x + 18.354
R = 0.9891
16
16.5
17
17.5
18
18.5
19
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2
L
n

N
p
o

Ln Nre
Ln Nre vs Ln Npo
Linear (Ln Nre vs Ln
Npo)
y = -1.6298x + 13.84
R = 0.9552
13
13.2
13.4
13.6
13.8
14
14.2
14.4
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
L
n

N
p
o

Ln Nre
Ln Nre vs Ln Npo
Linear (Ln Nre vs Ln
Npo)
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN


Diameter pengaduk : Propeller = 0,05 m
Turbin = 0,06 m
Massa pikno kosong : 26,6 gram
Massa pikno kosong + air : 54,4 gram
Waktu viskositas (t) air : 8,05 sekon
Temperatur air : 25 C

A.I. Impeler Propeler Pada t = 10 menit
Tabel A.I.1. Air Murni









Jenis
Tangki

C
Letak
Impeller
t
(menit)
V
(volt)
I
(A)
N (put/10
mnt)
t
viskos
(s)
Massa pikno +
air (gram)
UNBUFFLE

center
10 11 0,21 760 8,05 54,4

10 17 0,24 1300 8,05 54,4

off center
10 11 0,17 860 8,05 54,4

10 17 0,22 1260 8,05 54,4
BUFFLE

center
10 11 0,16 800 8,05 54,4

10 17 0,22 1370 8,05 54,4

off center
10 11 0,18 790 8,05 54,4

10 17 0,22 1310 8,05 54,4

Tabel A.I.2. Larutan (Kanji)


A.II. Impeller Turbin Pada t = 10 menit
Tabel A.II.1. Air Murni







Jenis
Tangki

C
Letak
Impeller
t
(menit)
V
(volt)
I
(A)
N (put/10
mnt)
t
viskos
(s)
Massa pikno +
air (gram)
UNBUFFLE

center
10 11 0,19 760 340 54,5

10 17 0,24 1200 216 54,4

off center
10 11 0,20 740 302 54,4

10 17 0,23 1260 118 54,5
BUFFLE

center
10 11 0,17 800 240 54,6

10 17 0,22 1320 62 54,4

off center
10 11 0,18 800 150 54,4

10 17 0,22 1320 62 54,4
Jenis
Tangki

C
Letak
Impeller
t
(menit)
V
(volt)
I
(A)
N (put/15
mnt)
t
viskos
(s)
Massa pikno +
air (gram)
UNBUFFLE

center
10 11 0,16 81 8,05 54,4

10 17 0,22 131 8,05 54,4

off center
10 11 0,16 82 8,05 54,4

10 17 0,22 131 8,05 54,4
BUFFLE

center
10 11 0,18 81 8,05 54,4

10 17 0,24 131 8,05 54,4

off center
10 11 0,16 83 8,05 54,4

10 17 0,22 135 8,05 54,4


Tabel A.II.2. Larutan (Kanji)


Keterangan :
Perbandingan Air dengan Kanji dalam 1400 mL = 2 : 3
Konsentrasi Larutan = 90 gram kanji dalam 3000
mL













Jenis
Tangki

C
Letak
Impeller
t
(menit)
V
(volt)
I
(A)
N (put/10
mnt)
t
viskos
(s)
Massa pikno +
air (gram)
UNBUFFLE

center
10 11 0,18 740 81 54,5

10 17 0,22 1290 101 54,5

off center
10 11 0,20 750 96 54,6

10 17 0,24 1300 101 54,5
BUFFLE

center
10 11 0,19 800 95 54,5

10 17 0,25 1280 88 54,6

off center
10 11 0,20 820 92 54,5

10 17 0,24 1320 101 54,5


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN ANTARA

B.1 Propeller Air Murni
Jenis
Tangki
Letak Impeller
t N P larutan larutan
(menit)
(put/10
menit) (watt) (g/mL) (kg/m.s)
Baffle
Center
10 760 1.76 0.99708 0.0008937
10 1370 3.74 0.99708 0.0008937
Off Center
10 790 1.98 0.99708 0.0008937
10 1310 3.74 0.99708 0.0008937
Unbaffle
Center
10 760 2.31 0.99708 0.0008937
10 1300 4.08 0.99708 0.0008937
Off Center
10 860 1.87 0.99708 0.0008937
10 1260 3.74 0.99708 0.0008937

B.2 Turbin Air Murni
Jenis
Tangki
Letak
Impeller
t N P larutan larutan
(menit)
(put/10
mnt) (watt) (g/mL) (kg/m.s)
Baffle
Center
10 810 1.98 0.99708 0.0008937
10 1310 4.08 0.99708 0.0008937
Off Center
10 830 1.76 0.99708 0.0008937
10 1350 3.74 0.99708 0.0008937
Unbaffle
Center
10 810 1.76 0.99708 0.0008937
10 1310 3.74 0.99708 0.0008937
Off Center
10 820 1.76 0.99708 0.0008937
10 1310 3.74 0.99708 0.0008937


B.3 Propeller Larutan Kanji 2:3
Jenis
Tangki
Letak
Impeller
t N P larutan larutan
(menit)
(put/10
mnt) (watt) (g/mL) (kg/m.s)
Baffle
Center
10 800 1.87 1.004253237 0.005182733
10 1320 3.74 0.99708 0.005012491
Off
Center
10 800 1.98 0.99708 0.005001389
10 1320 3.74 0.99708 0.004992508
Unbaffle
Center
10 760 2.09 1.000666619 0.005169794
10 1200 4.08 0.99708 0.005110188
Off
Center
10 740 2.2 0.99708 0.00506356
10 1260 3.91 1.000666619 0.00499264

B.4 Turbin Larutan Kanji 2:3
Jenis
Tangki
Letak
Impeller
T N P larutan larutan
(menit)
(put/10
mnt) (watt) (g/mL) (kg/m.s)
Baffle
Center
10 800 2.09 0.99708 0.005199003
10 1280 4.25 0.99708 0.005176799
Off Center
10 820 2.2 0.99708 0.005051348
10 1320 4.08 0.99708 0.00500472
Unbaffle
Center
10 740 1.98 0.99708 0.005631975
10 1290 3.74 0.99708 0.00541882
Off Center
10 750 2.2 0.99708 0.005039136
10 1300 4.08 0.99708 0.004919236



















LAMPIRAN D
PROSEDUR PERCOBAAN



D.1. PERALATAN :
Tangki pengaduk tanpa baffle
Tangki pengaduk dengan baffle
Impeller (turbin dan propeller)
Batang pengaduk
Motor pengaduk
Stopwatch
Piknometer
Neraca teknis
Statif
Pipet tetes
Ampermeter dan voltmeter
Viskometer Ostwald
Pemanas air
Pipet volum 25 ml

D.2. BAHAN :
Larutan kanji
Sekam Padi
Air
Pewarna makanan








D.3. SKETSA PERCOBAAN

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Percobaan
Cara Kerja :
1. Menyusun alat seperti gambar di atas.
2. Membuat larutan kanji dengan konsentasi tertentu
3. Melihat pengaruh diameter tangki (DT), diameter pengaduk (D),
tinggi pengaduk dari dasar tangki, tinggi cairan dalam tangki, lebar
baffle, daya terhadap proses pengadukan.
4. Menentukan pola aliran yang dihasilkan dari impeller pada air
dengan menggunakan sekam padi sebagai alat pembantu untuk
menentukan pola aliran yang dihasilkan oleh impeller.
5. Memasukkan larutan yang akan diaduk (air dengan kanji) dalam
tangki dan diaduk dengan tegangan (V) dan waktu yang diberikan,
serta menentukan arus dan laju putarannya (N).
6. Kemudian menentukan densitas () dan viskositas () dari larutan
kanji yang diaduk dengan menggunakan piknometer, serta
menghitung daya dengan mengukur arus dan tegangan yang
digunakan.
7. Mengulangi percobaan diatas.

Anda mungkin juga menyukai