Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PERSUASI

Poppy Ruliana

PERSUASI
DeFleur n Ball-Rokeach menyatakan persuasi sebagai penggunaan media massa untuk menyajikan pesan-pesan secara sengaja dirancang untuk menghasilkan bentuk-bentuk khusus tindakan pada sebagian khalayak.
Menekankan pada aspek penggunaan kekuatan simbolik untuk merangsang perubahan sikap dan perilaku

Miller tentang persuasi justru tidak sematamata menekankan penggunaan kekuatan simbolik untuk merangsang perubahan sikap dan perilaku, hal ini terlhat dari pedapatnya:
Miller melihat persuasi sebagai sebuah proses sosial sekaligus simbolik. Bersifat sosial karena persuasi dapat terjadi dalam interaksi sosial yang terjadi minimal antara dua orang.

Ini merupakan penekanan yang agak berbeda dengan yang dikemukakan oleh DeFleur-Ball Rokeach yang lebih menekankan penggunaan media massa.

Bagi Miller persuasi yang efektif, sering tetapi tidak selalu menggunakan coercive force jadi disini persuasi butuh lebih dari sekedar katakata tetapi juga menekankan pentingnya pesan-pesan persuasiif yang menampilkan imbauan rasional dan emosional.
Menurut Miller ini punya akar yang sangat kuat dari persuasi yang berkembang pada zaman Yunani kunp, Aristoteles misalnya, membedakan penggunaan logos (pembuktian dengan akal sehat) dan pathos (penggunaan dengan emosi)

STRATEGI PERSUASI
DeFleur dan Ball-Rokeach mengajukan tiga strategi persuasi yang dapat digunakan dalam melakukan komunikasi persuasi. Ketiga strategi tersebut adalahh sbb:
1. The Psychodynamic persuasion strategy 2. The Sociocultural persuasion strategy 3. The Meaning construction strategy

The Psychodynamic Persuasion Strategy


Dikembangkan atas dasar paradigma kognitif (cognitive paradigm) yang bersumber pada asumsi-asumsi dalam bidang psikologi yang sering diekspresikan dalam model Stimulus Object Respon (S-O-R). Ekspresi ini menunjukkan rangkaian umum peristiwa-peristiwa psikologis yang diasumsikan terlibat dalam menentukan arah tingkah laku.
Pertama, ada stimulus yang diterima oleh indera dari lingkungan eksternal Kedua, organisme membentuk jenis tanggapan yang akan diberitakan Ketiga, muncul perilaku yang khas sebagai perwujudan hasil respon terhadap stimulus yang diterima.

Strategi persuasi ini menekankan bahwa perubahan perilaku manusia pada dasarnya merupakan hasil prose belajar yang dilakukannya. Yang paling penting dalam proses belajar ini adalah bagaimana individu-individu yang ada memproses informasi yang mereka terima sehingga informasi ini akan mempengaruhi struktur kognitif mereka. Pada akhirnya struktur kognitif ini akan menentukan perilaku yang terlihat. Hakekatnya dari strategi persuasi ini adalah bahwa sebuah pesan yang efektif punya unsur-unsur yang mampu membentuk pemfungsian indovidu sedemikian rupa sehingga individu akan merespon secara terbuka dengan wujud perilaku tertentu sesuai keinginan pihak yang melakuka persuasi.

The Sociocultural Persuasion Strategy


Perspektif Sosiologis Strategi persuasi sosial budaya melihat perilaku lebih banyak ditentukan oleh lingkungan sosial atau kekuatan eksternal yang ada. Dalam hal ini harapanharapan sosial (social expectation) besar pengaruhnya terhadap tingkah laku atau perilaku manusia. Pengaruh sosial begitu kuat, orang sering mengambil tindakan yang bertentangan dengan perasaan dan predisposisi-predisposisi yang dimilikinya.

Dalam strategi ini penting diperhatikan kelompok-kelompok sosial yang ada apakah dalam bentuk keluarga, sekolah, tempat kerja dsb yang punya pengaruh begitu besar dalam mengontrol perilaku individu anggotanya.

Setiap kelompok memiliki norma-norma kelompok atau nilai-nilai yang diyakini. Para anggota kelompok diharapkan bertindak sesuai dengan norma dan harapan kelompok yang ada.

Dalam strategi persuasi ini penekanan diletakkan pada usaha-usaha untuk memahami nilai-nila dan norma-norma sosial yang berlaku yang mungkin saja bertentagan dengan gagasan atau ide-ide yang ditawarkan.

The Meaning Construction Strategy


Perspektif Antropologis Postulat yang digunakan dalam strategi ini adalah bahwa Makna mempengaruhi perilaku manusia. Apa yang dilakukan manusia, pada dasarnya dipengaruhi oleh Makna (Meanings) yang diberikan pada sesuatu.
Contoh : Clifford Geertz tentang sabungan ayam sebagai bagian hidup masyarakat Bali. Bagi orang luar yang sok moralis, sabungan ayam dilihat sebagai cerminan perilaku primitif orang Bali, Geertz menafsirkan sabungan ayam bagi orang Bali sebagai bentuk identifikasi orang Bali. Makna tertentu yang melekat pada sabungan ayam bagi orang Bali.

Jadi makna yang melekat pada sesuatu yang akan mempengaruhi perilaku manusia. Untuk itu, jika ingin mempengaruhi perilaku orang lain, perlu dilakukan konstruksi makna atau perubahan makna yang melekat pada suatu barang, kegiatan atau ide.
Contoh ; dalam mengiklankan mobil, para pembuat iklan tidak hanya terfokus pada kualitas fisik yang dimiliki mobil yang diiklankan, tetapi pada apa maknanya menaiki sebuah mobil. Mungkin prestise, tetapi mungkin simbol kemajuan, progresivitas dsbnya.

Anda mungkin juga menyukai