Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai dengan dewasa. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif (Depkes RI. 2000). Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang menurut WHO sampai usia 18 tahun sedang menurut Undang-undang Kesejahteraan Anak RI No. 4 Tahun 1979 sampai dengan usia 21 tahun sebelum menikah. Beberapa masalah tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan acuan dalam pendeteksian diantaranya : 10% anak akan mencapai kemampuan pada masa usia dini, 50% anak akan mencapai kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan batas usia paling lambat masih dalam batas normal dan 10% anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa mencapai kemampuannya (Hidayat, 2005).

Untuk

mengetahui

latar

belakang

perilaku

menyimpang

perlu

membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena anak kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena anak tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (2003) mengatakan di negara maju Amerika Serikat anak usia 8 tahun, sudah bisa melakukan pelecehan seksual dengan lawan jenisnya ironisnya mereka melakukan dengan suka sama suka, sehingga diperkirakan lebih dari 36% anak usia 10-12 tahun sudah tidak tabu melakukan sex, di Kanada 29%, di London 43%. Hal ini disebabkan dengan adanya kebebasan yang diberikan pada anak dibawah umur tersebut dalam pergaulan ditambah lagi dengan tuntutan jaman yang serba bebas dan global dalam melakukan segala hal tanpa pengawasan intensif dari orang tua (Becker, 2003). Dalam kasus lain, di Indonesia banyak kejadian anak SMP, bahkan anak SD sudah merokok layaknya orang dewasa. Hal ini justru akan membuat anak-anak itu hidupnya menjadi tidak sehat. Yang membuat hal ini makin menjadi adalah karena mereka hampir semua disebabkan oleh pergaulan mereka di sekolah, di masyarakat, dan juga di rumah. Contohnya, seperti : teman-temannya merokok sepulang sekolah. Dia lalu ditawari sebatang rokok. Awalnya dia tak mau, tapi lama-kelamaan hal itu menjadi kesenangan dan kesehariannya. Iklan-iklan rokok di sepanjang jalan, di media massa, dan elektronik juga makin membuat hal ini tambah parah.

Penelitan Usman (2009) di Malang, mengatakan anak usia sekolah SD sampai SMP rata-rata sudah merokok. Penelitian dilakukan di beberapa SD di Kota tersebut mengatakan 42% anak usia SD telah merokok dan 54% pada usia SMP. Tidak mengherankan anak usia SD dan SMP pada dewasa ini sudah lebih membangkang dan membantah orang tua serta dapat menipu orang tua demi kepuasannya (Usman, 2009). Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 7-14 % anak usia 6-12 tahun yang menderita pertumbuhan yang tidak baik, seperti mengidap penyakit kwashiorkor dan marasmus. Anak dengan keadaan memiliki daya tahan yang lebih rendah, sehingga mudah terkena infeksi, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian anak (Depkes RI, 2002). Untuk mengatasi hal itu peran seorang ibu sangat dibutuhkan, dimana seorang ibu adalah orang yang terdekat dengan anak terutama umur 6-12 tahun. Agar tumbuh kembang anak normal dan kearah yang lebih baik, seorang ibu harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana ciri-ciri anak yang tumbuh dan berkembang serta menjaga dan mengawasinya. Penelitian Usman di Yogyakarta menyimpulkan terdapat 76% anak usia 6-12 tahun mengalami pertumbuhan yang lambat, hal ini disebabkan karena keadaan ekonomi dan gizi yang tidak baik, selain itu kota Sleman menunjukkan prevalensi gizi buruk mencapai 23% khususnya pada daerah terpencil dan kumuh. Dalam menghadapi era globalisasi dan perubahan jaman yang pesat ini, diperlukan mempersiapkan anak menjadi anak yang kreatif, mandiri serta mempunyai konsep diri yang positif pada usia sekolah (6-12 tahun) agar dapat

menjadi pondasi yang kuat dalam pengembangan pribadi pada tahap berikutnya. Utuk mendapatkan itu semua peran keluarga terutama orang tua (ibu) serta pendidik sangatlah penting. Dengan demikian perlu kiranya orang tua maupun pendidik secara bijak mensikapi dan mempersiapkan diri baik segi ilmu pengetahuan, ketrampilan serta adanya kedekatan orang tua dengan anak sehingga mampu menjadi suri tauladan bagi perilaku anak serta menimbulkan rasa aman bagi anak. Rasa aman akan menyebabkan anak berani bertindak, bereksplorasi, timbul rasa ingin tahu dan yakin akan kemampuannya. Fakta yang paling memprihatinkan dalam tumbuh kembang anak adalah semakin banyaknya anak yang memulai perkenalannya dengan narkoba pada usia yang sangat muda, yaitu menghisap rokok pada usia 6 tahun dan menggunakan obat obat-obatan, heroin, narkoba jenis lain pada usia 10 tahun, pada kelompok usia kurang dari 15 tahun penyalahguna lebih banyak berada di kabupaten (Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia, BNN, 2006). Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga berupa kasus Napza (Narkotika, Psikotropika & Bahan Berbahaya) di Indonesia yang tercatat pada 2001-2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data tahun 2007 menunjukkan jumlah 22.630 kasus di wilayah propinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Riau. Berdasarkan kelompok usia pelaku kasus tindak pidana Napza, maka 2 kelompok usia termuda yang terlibat adalah < 16 tahun sebesar 110 kasus dan 16-19 tahun sebesar 2.617 kasus (Dit IV Narkoba & KT Bareskrim Polri, 2008). Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yang serius adalah

semakin meningkatnya populasi penderita HIV/AIDS di kalangan pecandu, narkoba dengan cara suntikan (IDU). Untuk anak usia 5-14 tahun terdapat 45 kasus AIDS/IDU (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2008). Provinsi Sumatera Utara yang memiliki daerah yang kurang terjangkau oleh Pemerintah Pusat salah satunya adalah Nias 48% diantara bayi dan balita menderita penyakit malnutrisi. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada daerah tersebut, sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi nutrisinya dengan baik. Ditambah lagi dengan keadaan pusat pasar yang jauh dari hunian masyarakat. Sedangkan khususnya di Kota Medan banyak dilihat dimana-mana anak jalanan yang mengamen di pinggir jalan, diantara mereka ada yang berusia sekolah 6-12 tahun, 15% diantaranya adalah anak-anak yang mengalami kehancuran rumah tangga. Sehingga mencari pelampiasan yang menyimpang. Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan September 2011 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Selamat Kecamatan

Padang Tualang Kabupaten Langkat tahun 2011, peneliti sudah mewawancarai beberapa orang ibu yang mempunyai anak usia 6-12 tahun, bahwa beberapa ibu tersebut masih belum tahu tentang tumbuh kembang anak Berdasarkan studi pendahuluan dan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Anak Umur 6-12 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011 .

1.2.

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak umur 6-12 tahun di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011?.

Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan umum Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak umur 6-12 tahun di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011. 1.2.2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak umur 6-12 tahun di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang Kab. Langkat. 2. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak usia 6-12 tahun di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang Kab. Langkat. 3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak usia 6-12 tahun di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang Kab. Langkat. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi pekerja di Puskesmas, khususnya bagi perawat yang bekerja di wilayah kerja puskesmas Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang Kab. Langkat untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki anak-anak 6-12 tahun supaya mengawasi tumbuh kembang anak-anaknya. 2. Bagi Ibu Sebagai bahan masukan bagi ibu-ibu, khususnya ibu-ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang Kab. Langkat untuk lebih mengawasi dan menjaga tumbuh kembang anak terutama yang berumur 6-12 tahun. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak umur 6-12 tahun. 4. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan konstribusi terhadap hasil penelitian yang diperoleh sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai