Anda di halaman 1dari 19

From: "M. Sirod" <msirod@gmail.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.

com
Date: Fri, 25 Feb 2011 10:27:18+0700

To: <ipb-link@yahoogroups.com>
ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Kasus susu formula
saya copas :

Penjelasan tentang Bakteri E.Zakazakii Feb 24, '11 2:46 AM for everyone

Bakteri E. Sakazaki, partikel mikro yang sedang membuat dampak makro se Indonesia ini, sedang amat membuat pusing tidak hanya para ibu-ibu, tetapi juga para pejabat Negara, pelaksana hukum, akademisi dan bahkan artis. Konon, seorang Jupe, rela demo bugil jika daftar nama produk yang terkontaminasi bakteri ini, tidak kunjung diumumkan.

Sebagai staff di IPB, yang diganyang sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab terhadap kasus ini, saya pun tak luput direpotkan. Telpon tak henti berdering baik di kantor maupun ke HP. Bahkan sedang
berbelanja di supermarket pun, saya diminta oleh salah satu staff di department store tsb, yang tahu saya bekerja di IPB untuk memberitahu
nama-nama susu yang terkontaminasi.

Untunglah saya mengetahui secara jelas duduk persoalan kasus ini karena unit kerja saya, berada dibawah naungan Wakil Rektor Bidang Riset dan Kolaborasi. Mendengar langsung dan duduk bersamadengan sumbernya, membuat saya juga merasa perlu membagikan info ini tidak hanya kepada orang-orang yang dekat dengan saya secara nyata, tetapi
saya merasa berkewajiban membagikan informasi yang benar kepada seluruh masyarakat. Agar para ibu juga bapak tidak Iagi terlalu panik dan mendapat informasi yang benar. Juga agar tuduhan terhadap IPB yang difitnah sengaja membuat kepanikan untuk mendapat uang tutup mulut dari pabrik susu atau sengaja mengalihkan perhatian public dari kasus Bank Century karena ditunggangi Politikus dapat dibuktikan tidak
benar.

Kembali ke Bakteri E.sakazaki dan keterlibatannyadengan IPB. Pada tahun 2006, salah satu peneliti IPB, untuk kepentingan

perkembangan ilmu pengetahuan melakukan penelitian dengan topic


mengisolasi bakteri E.sakazaki. Sebenarnya bakteri E.sakazaki ini sudah ada sejak lama. Tepatnya sejak tahun 1958 namun belum dapat

dipastikan keganasannya. Bakteri ini mudah berkembang pada media yanj


mengandung protein tinggi salah satunya adalah susu.

Beliau melakukan penelitian terhadap 22 dari sekitar 90an produk susu yang ada. Dari penelitian beliau ternyata 5 merek susu positif
mengandung kontaminan bakteri E.sakazaki. Penelitian tersebut dilakukan di Jerman karena tidak adanya fasilitas di Indonesia. Tidak

adil rasanya jika hanya menghukum 5 merek tersebut karena peneliti ini tidak melakukan pemeriksaan kandungan kontaminan bakteri E.sakazaki terhadap seluruh jenis susu. Karena bisa saja terjadi bahwa ke70 lebih susu yang tak diteliti di tahun 2006 tersebut juga terkandung bakteri
E.sakazaki.

Hasil temuan akan bahaya bakteri yang dapat menyerang jaringan otak ini langsung di publish oleh sang peneliti ada berbagai seminar baik didalam maupun diluar negeri. BPOM hingga tahun 2008 tidak dapat
melakukan tindakan apapun terkait dengan bakteri ini, dikarenakan belum adanya peraturan mengenai standar keamanan susu formula yang
harus terbebas dari kontaminan bakteri E.sakazaki.

Pada tahun 2008 FAO pada sebuah seminar Internasional, mengundang beberapa ahli dari penjuru dunia termasuk
peneliti dari Indonesia (IPB) ini. Dalam seminar tersebut oleh FAO
diresmikan Standar Keamanan Internasional bahwa susu formula harus bebas dari kontaminan bakteri E.sakazaki.

Kalau boleh saya ilustrasikan, menanggapi kecaman semua pihak terhadap temuan pada 5 produk tersebut adalah seperti:
Sebuah jalan diportal terhitung mulai tanggal 1 Februari 2011. Lalu kita yang melalui jalan tersebut pada tanggal 15 Januari 2011 kemudian dipanggil lalu dihakimi karena bersalah pernah melintas dijalan tersebut.. Lha, jalannya diportalkan sejak 1 Februari 2011, dan anda melewati jalan tersebut pada tanggal 15 Januari 2011. Lalu pantaskah
anda dihukum dan diadili untuk hal ini?

Setelah itu, masih ditahun 2008, BPOM melakukan pengujian pada 96 susu dan dinyatakan kesemuanyaNEGATIF! Lalu, masih perlukah pemaparan 5
merk dagang tersebut???

Pada tahun 2009, Dr. Sri Estuningsih, peneliti IPB ini, kembali melakukan penelitian terhadap 42 jenis susu, 22 diantaranya produk

yang sama dengan penelitian tahun 2006, dilaboratorium yang sama di Jerman, dengan teknik dan system yang sama. Dan ditemukan seluruh
jenis susu yang ditelitinya negative mengandung bakteri E. Sakazaki. Artinya ada perbaikan dari para produsen susu setelah mengetahui adanya standar keamanan internasional tentang susu formula yang harus

bebas dari kontaminan bakteri E.sakazaki yang dikeluarkan FAO tahun


2008.

Dunia akademisi sedang diuji baik etika maupun profesionalitasnya! Jika IPB melakukan publikasi terhadap 5 merk dagang susu formula yang terkontaminasi bakteri E.Sakazaki pada tahun 2006 tersebut, itu artinya IPB akan melanggar kode etik peneliti. Bahwa peneliti tidak diperkenan menyebutkan merek suatu barang yang dijadikan objek
penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Estu ini adalah penelitian murni resmi untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Peneliti tidak diperkenan menyebut nama merek dagang, bahkan pada penelitian pesanan. Hal ini untuk menghindari black campaign atau promosi gratis bagi produsen susu. Peneliti harus bersifat independen yang tidak bisa ditekan oleh pihak mana pun. Bahkan pada penelitian pesanan atau kontrak dengan lembaga tertentu, peneliti hanya berlaku sebagai peneliti sehingga tidak berhak mengumumkan hasil penelitian. Yang berhak mengumumkannya hanya yang mendanai atau pemilik kontrak

Selain itu, dikarenakan system hukum di Indonesia adalah menganut system yurisprudensi, maka jika publikasi terhadap nama produk susu ini tetap dipaksa harus dilakukan, maka hal ini juga akan menjadi
pengalaman pertama dunia pendidikan / penelitian internasional. Dan jelas-jelas melanggar kode etik peneliti.

Terlalu murah IPB untuk dibeli oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab atas kepentingan politik. Perspektif yang mencampuradukan politik dan ilmiah ini diharapkan tidak menciutkan semangat para peneliti untuk berkiprah dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Lagipula, Enterobacter Zakazakii ini tidak hanya dapat menyerang melalui susu formula. Enterobacter Zakazakii dapat bertahan pada produk kering ini, juga bisa ada dimana-mana disekitar kita. Dipiring
dan gelas, di makanan, di udara bahkan di usus kita. Bakteri ini menyerang bayi yang usianya kurang dari 28 hari, bayi prematur, dan

yang beratnya tubuhnya kurang. Untuk itu disarankan, bagi ibu yang bayinya tidak termasuk dalam golongan diatas, untuk memberikan AS I Eksklusif. Karena kita semua tahu ajaibnya manfaat ASI bagi daya tahan tubuh dan perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan anak. Bagi ibu yang terpaksa harus memberikan susu formula bagi bayinya,
diminta untuk memperhatikan kesterilan alat makan dan minum serta

menghindari E. Sakazai masuk kedalam minuman susu putra-putrinya.

Enterobacter Zakazakii mcmiliki memang memiliki kemampuan bertahan pada produk kcring, namun mudah mati jika terkena panas pada suhu 70 derajat celcius dalam 15 detik. Untuk itu ketika membuat susu bagi anak-anak kita, gunakan air yang dimasak sampai mendidih lalu dibiarkan selama 10-15 menit agar suhunya turun dan menjadi siap untuk diminum. Siapkan susu yang dapat dihabiskan bayi sesuai takaran. Kemudian, sisa susu yang sudah larut harus dibuang setelah dua jam
Semoga paparan saya ini dapat membuat jutaan ibu di Indonesia tidak

lagi terlalu dihantui rasa takut dengan susu yang mengandung bakteri
berbahaya.

(sarah simanjuntak, ibu dari seorang bayi berusia 1 tahun 10 bulan, yang juga mengkonsumsi susu formula)

Bahaya Politisasi Hasil Penelitian


Kamis, 24 Februari 2011 10:54 WIB | 1815 Views Tubagus Nur Ahmad Maulana, Phd

Jakarta (ANTARA News) - Di negara kita sekarang ini sepertinya tidak ada subyek yan< lepas dari politisasi DPR, termasuk juga hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga
perguruan tinggi.

Berita yang paling hangat saat ini adalah mengenai isu ditemukannya bakteri
Enterobacter Sakazakii pada susu formula.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti IPB, Dr Sri Estuningsih pada tahun 2003-2006, ditemukan adanya lima dari 22 sampel susu formula yang mengandung bakteri E. Sakazakii yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan berbagai dampak kesehatan yangg kurang baik terhadap balita. Akan tetapi, nampaknya informasi yang diterima masyarakat maupun DPR pun masih
simpang siur.

Mereka hanya melihat semata-mata bahaya yang diakibatkan oleh bakteri E. Sakazakii

tanpa mau menelaah terlebih dahulu inti persoalan yang sesungguhnya dan sejauh mana
masalah ini sebenamya telah ditangani oleh instansi-instansi yang terkait, khususnya
dalam hal ini BPOM dan IPB.

Sehingga tidak aneh apabila kemudian muncul tuntutan kepada IPB untuk melakukan penelitian ulang bahkan adanya suara-suara keji yang menuduh pihak IPB telah

mendapatkan kompensasi dari produsen susu.

Lebih mengherankan lagi adalah adanya tuntutan dari DPR, dalam rapat kerja dengan
Menkes, BPOM dan IPB, kepada IPB untuk segera mengungkapkan nama-nama produsen susu formula yang tercermar produknya oleh bakteri E Sakazakii. Ada sejumlah pertanyaan penting yang perlu disampaikan dalam tulisan ini, perlukah IPB menyampaikan hasil penelitian mengenai susu formula ini kepada publik? Resiko apa yang muncul apabila IPB membeberkan hasil penelitian tersebut, dan apakah bahaya dari politisasi hasil penelitian?
Etika penelitian

Layaknya profesi lainnya, seorang peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian juga harus berpedoman pada etika yaitu etika penelitian. Ada beberapa prinsip dari etika penelitian tetapi yang paling relevan dalam isu susu formula ini adalah keharusan menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keharusan untuk melaporkan hasil penelitian, dan tanggung jawab sosial (social
responsibility).

Etika keharusan menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian sangat penting untuk menjamin adanya rasa saling percaya antara peneliti dan subyek penelitian. Landasan etika inilah yang memberikan pijakan bagi para peneliti dan juga Dr Sri Estuningsih tidak mencantumkan nama-nama merk susu formula dalam laporan penelitiannya.

Apabila prinsip etika penelitian ini dilanggar maka akan menjadi preseden'yang tidak baik pada masa depan dan akibatnya para peneliti pun akan kesulitan untuk mendapatkan subyek penelitian karena mereka khawatirp/7'vc/cy-nya akan diungkapkan dengan mudah
kepada publik.

Selain itu tidak menutup kemungkinan adanya tuntutan hukum dari subyek penelitian karena privasinya dan pcrjanjian antara kedua belah pihak telah dilanggar. Peneliti juga mempunyai tanggung jawab melaporkan hasil penelitian. Hal ini tergantung dari jenis penelitian dan apakah penelitian tersebut didanai oleh pihak tertentu.

Hasil penelitian bakteri E. Sakazaki oleh Dr Estuningsih dengan dana dari pihak Dikti, telah disampaikan kepada BPOM sebagai instansi pemerintah yang berkepentingan terhadap hasil penelitian tersebut.
Dengan tujuan supaya produsen susu formula dapat segera memperbaiki kualitas produknya sehingga dapat memenuhi standard yang ditentukan oleh BPOM. Dengan demikian dari sisi tanggung jawab sosial, Dr Estuningsih selaku peneliti telah

memenuhi kewajibannya dengan memberikan laporan hasil penelitiannya kepada BPOM yang kemudian menindaklanjuti dengan melakukan penelitian lanjutan pada tahun 2008
terhadap 96 sampel produsen susu.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh BPOM pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing
terhadap 11 dan 18 sampel.

Dari ketiga penelitian tersebut, BPOM tidak menemukan adanya kandungan bakteri E Sakazaki. Artinya masyarakat sebagai konsumen seharusnya tidak perlu khawatir untuk
membeli dan mengkonsumsi susu formula.

Hanya sayangnya informasi ini tidak diterima secara utuh oleh masyarakat. Terlebih lagi politisi DPR yang seharusnya lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi persoalan ini malah semakin memperkeruh suasana dengan ngototnya sebagian anggota DPR meminta
agar nama-nama produsen susu dari penelitian IPB yang terbukti tercemar oleh bakteri E Sakazaki segera diungkapkan ke publik.

Apakah kemudian IPB hams menyampaikan kepada publik nama-nama dari produsen
susu dari hasil penelitiannya?

Tidak mudah menjawab hal ini karena Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa IPB
harus mengumumkannya.

Tetapi juga menarik untuk mencermati pandangan pengamat kebijakan publik Agus
Pambagio dan Direktur Litigasi Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Mualimin Abdi yang mengatakan bahwa apabila pelaksanaan keputusan MA

dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan baru maka dapat dibenarkan untuk tidak
mematuhi keputusan kasasi MA tersebut.

Hanya saja sebagaimana yang disampaikan oleh Rektor IPB, Bapak Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc, pengungkapan hasil penelitian tidak hanya mencederai etika

penelitian tetapi juga merusak rasa keadilan karena hanya sebagian kecil produsen susu
yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian tersebut
Politisasi penelitian

DPR tentu saja berhak meminta transparansi hasil penelitian kalau memang dalam perjalanannya pemerintah bersikap lalai dalam menyikapi temuan hasil penelitian IPB, atau dalam kondisi yang lebih ekstrim lagi telah terjadinya epidemi di masyarakat yang
disebabkan oleh bakteri E Sakazakii.

Akan tetapi kedua hal tersebut tidak terjadi dan temuan-temuan lanjutan oleh BPOM
menunjukkan bahwa susu formula aman dari bakteri E Sakazakii.

Singkatnya, temuan hasil IPB pada lima sampel produsen susu tersebut menjadi tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang. Selain itu pula, penelitian itu bukan ditujukan untuk melakukan audit atau pemeriksaan terhadap seluruh produsen susu.

Dengan demikian, seyogyanya dalam menyikapi issue bakteri E Sakazakii di susu formula ini, DPR harus lebih fokus kepada penyelesaian masalah agar masyarakat awam
menjadi lebih teredukasi.

Bagaimana caranya? Yaitu turut menenangkan masyarakat bahwa sekarang tidak ada susu yang tercemar bakteri E Sakazakii, bagaimana mengkonsumsi susu formula yang aman bagi bayi, pentingnya ASI bagi bayi. Bukan menjadikan temuan bakteri E Sakazakii pada susu formula sebagai isu atau
dagangan politik semata.

Apabila hasil-hasil penelitian juga dipolitisasi oleh DPR maka jangan disalahkan apabila ini akan menurunkan semangat para ilmuwan untuk meneliti yang ujung-ujungnya
mengakibatkan kemandekan ilmu pengetahuan dan teknologi di Negara kita.

Sehingga wajar kalau ada peneliti yang berkeluh kesah "Kasihan sekali peneliti kita. Sudah niatnya tulus dan memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa, tetapi akhirnya malah diobok-obok dan menjadi bumerang (back fire) bagi diri sendiri". (****)

*)Alumni Strathclyde University, tinggal di Birmingham, danpemerhati masalah bisnis,


keuangan dan sosial.

From: Iks a Menajang


Sender: Linkers To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii


Sent: Feb 24, 2011 10:08 AM

Lha ngapain neliti kalo gak di publlikasi.... 00o('5y>hehehe. ("t^Jo0000


Iksa Menajang -Cintai makanan lokalFrom: "M.Sirod" <msirod@gmail.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Thu,

24 Feb 2011 00:09:59 +0000 To: IPBLink<ipb-link@yahoogroups.com> ReplyTo: ipblink@vahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Bu irama, Saya tidak sependapat dengan mencantumkan hasil penelitian di web, bukan penelitinya. Saya tidak dalam kapasitas menyalahkan siapapun, tapi jika saya jadi rektor hal pertama saya lakukan adalah memberikan pelajaran pada ybs bahwa tindakan publikasi itu tidak tepat.
Salam, MS

It's my Idea with Anywhere Handheld


From: irama@indosat.net.id Sender: ipb-link(fl)/yahoogroups.com Date: Thu, 24 Feb 2011 00:01:07 +0000 To: <ipb-link@vahoogroups.com> ReplyTo: ipb-

link@vahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Tidak ada yang


salah sama sekali di pihak IPB. Menurut saya,Pak Sirod salah analisa. Thanks Powered by Telkomsel BlackBerry

From: "Bambang Purwantara" <b.purwantara@vahoo.com> Sender: ipblink@yahoogroups.com Date: Wed, 23 Feb 2011 23:52:49 +0000 To: Linkers<ipblink@vahoogroups.com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Anak buah....salahnya dimana Kang...? BP From: "M. Sirod" <msirod@gmail.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Wed, 23 Feb 2011 18:56:45 +0700 To: <ipb-link@vahoogroups.com> ReplyTo: ipblink@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii yg salah anak buah, bosnya yg kena timpuk, kalau saya jadi rektor, itu anak buah udah gue gebukin
duluan.. masalahnya alumni juga kebawa jelek nih pak TS.. doooh.. salam, ms 2011/2/23 Tantono Subagyo <tantono@gmai1.com> Lihat rame-rame di DPR, kasihan

Rektor IPB diumumkan salah, nggak diumumkan salah, jadi bagaimana ya. Ke-hatihatian dalam publikasi memang diperlukan karena hasil penelitian yang sebenamya bila menyangkut merek dapat ditafsirkan macam-macam dan kebenaranpun dapat berakibat
buruk. Misal diumumkan, missal

From: adhie
Sender: Linkers

To: Linkers

ReplyTo: Linkers

Subject: [linkers] Waning bibit Nagrek sudah siap melayani pembelian bibit jabon dan
sengon

Sent: Feb 24, 2011 9:32 AM

Waning bibit Nagrek sudah siap melayani pembelian bibit jabon dan sengon terima kasih atas kerjasama dengan para pelanggan kami sehingga kami dapat membuat visi lebih besar lagi. saat ini kami mencoba mendekat dengan klien dan kolega kami dengan membuka cabang waning bibit di daerah Nagrek Jawa barat. dapat diakses klien jabodetabek dan sekitamya melalui jalur darat kurang dari 4 jam melalui tol cipularang. maupun kolega luar jawa kami yang dapat turun di bandara di Bandung dan
melanjutkan dengan mobil dengan waktu tempuh 60 menit ke waning bibit kami. lokasi

kami: Waning bibit Nusa palapa dan lahan percontohan Desa Citaman Kec. Nagrek kab. Jawa Barat di lokasi tersebut, kami memiliki proyek Nasional seluas 70 hektar yang menjadi lahan percontohan kami. tersedia juga aneka bibit tanaman seperti ; jabon, sengon, akasia, pala, cengkeh, tanaman buah, dll. selain akses point nya lebih mudah, juga pelanggan dapat melihat langsung lahan percontohan kami yang di tanami jabon, sengon dan gamalina (jati putih ). untuk menghindari terjadi nya penipuan atau percaloan yang dilakukan oknum pedagang bibit lainnya yang mendompleng atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. pastikan anda menghubungi staff Nusa palapa. untuk informasi dapat di akses di webcatalog kita : www.nusapalapa.tk atau dapat menghubungi :

Daryanto ( mannager proyek ) Hp.0813-9110-5245 Bowo ( Mandor lapangan ) Hp. 08213527-7908

._,_. Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic Messages in this topic (1) Recent Activity: New Members 5 Visit Your Group Untuk berpihak kepada petani, tidak usah menunggu siapa-siapa, kita sendiri yang harus
memulainya. Mulailah sekarang!!! Merdeka!!!

From: M. Sirod

Sender: Linkers
To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Fw: [FKH-IPB] Fwd: PAMKI Minta IPB Tidak
UmumkanPenelitian Sakazakii

Sent: Feb 24, 2011 2:07 PM

ayo lah, kita jadiin ini masalah gede.. seneng saya nih, alumni ipb vs indonesia! heheh..
siapa takut! salam, ms

2011/2/24 Bambang Purwantara <b.purwantara@biotrop.org> Lha... Sambil menunggu fatwa AIPI yang entah kapan turunnya, mudah2an tulisan ini membantu mengapa IPB keukeuh nggak mau mengumumkan nama2 produk susu berbakteri...
BP

From: yonni srihadi <ysrihadi@gmail.com> Sender: FKH-IPB@yahoogroups.com Date:

Thu, 24 Feb 2011 11:34:53 +0700 To: fkh-ipb<FKH-IPB@vahoogroups.com>; <genesisl 8@googlegroups.com>; <aff fkh ipb@vahoogroups.com> ReplyTo: FKHIPB@yahoogroups.com Subject: [FKH-IPB] Fwd: PAMKI Minta IPB Tidak Umumkan
Penelitian Sakazakii PAMKI Minta IPB Tidak Umumkan Penelitian Sakazakii Antara -

Minggu, 20 Februari PAMKI Minta IPB Tidak Umumkan Penelitian Sakazakii Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Prof Dr dr Sam Soeharto Sp.MK meminta IPB tidak mengumumkan hasil penelitiannya
tentang bakteri Enterobacter Sakazakii kepada masyarakat. "Itu (pengumuman) tidak perlu dilakukan, karena jika hal itu dilakukan justru akan

menimbulkan preseden dalam etika penelitian," kata ahli mikrobiologi dari Unair Surabaya itu kepada ANTARA di Surabaya, Minggu.
la mengemukakan hal itu menanggapi hasil penelitian IPB terkait bakteri Enetrobacter Sakazakii pada susu formula yang menjadi polemik di kalangan masyarakat clan DPR RI, bahkan MA menyampaikan amar putusan untuk meminta Menkes mengumumkan hasil penelitian IPB itu. Menurut Ketua Harian Senat Akademik Universitas (SAU) Unair Surabaya itu, hasil

penelitian itu akan percuma dan justru bennasalah bila disampaikan kepada masyarakat umum yang tidak paham soal bakteri, sehingga pengumuman itu akan justru meresahkan
masyarakat.

"Tapi, hal mendasar yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat paham atau tidak tentang bakteri, melainkan terkait etika penelitian yang hams dipegang teguh oleh
seorang peneliti," katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan peneliti IPB harus bertahan pada sikap untuk tidak mengumumkan hasil penel

From: Tantono Subagyo


Sender: Linkers

To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Sent: Feb 24, 2011 2:42 PM

Lha itu pak, mungkin hams ada "stewardship" dari publikasi, jadi publikasi yang sifatnya "nyerempet" begitu seharusnya tidak dilakukan, apalagi kalau tujuannya untuk mendapatkan isolat bukan surveillance. 2011/2/24 <roedhy8@gmail.com> Rekan2 Linkers ysh; Kalau diumumkan akan melanggar undang2 statistik dng ancaman hukuman lebih tinggi, uu gum dan dosen, kode etik peneliti, dsb. Penelitian ini tdk ditujukan sbg surveilance, ttp utk mendapat isolat; sampel 22 kaleng susu di Depok Bogor sj. Sdgkan merk di Indonesia ada 96. Jadi kalau diumumkan malah justm akan muncul kebumkan; masy mengira yg tdk disebut tercemar adalah yg aman, pdhal tdk diteliti. Disamping itu, coba perhatikan ilustrsi berikut. Beberapa th yll ada yg meneliti dan mengumumkan beberapa % siswi SMA sdh tdk

perawan. Nah, kalau kemudian masyarakat menuntut hrs diumumkan siapa sj yg td perawan bisa berabe. Dim UU statistik, responden dilindungi kerahasiaannya. Hanya pihak yg berwenang yg boleh melakukan survey dan mengumumkannya, dim hal ini bP
POM. Itu sdh mereka lakukan. Salam RPO

Powered by Telkomsel BlackBerry

From: "Iksa Menajang" <iksamenajang@gmail.com> Sender: ipb-

link@yahoogroups.com Date: Thu, 24 Feb 2011 03:08:23 +0000 To: Linkers<ipb1 ink@yahoogroups. com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Lha ngapain neliti kalo gak di publlikasi .... o('5ynehehe.
From: epi taufik
Sender: Linkers To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Enterobacter sakazakii Sent: Feb 24, 2011 3:16 PM

Akhir dari sebuah riset itu publikasi di jumal ilmiah baik tingkat nasional atau internasional Pak. Bu Estu dkk termasuk peneliti Jennan mempublikasikannya di Journal of Food Protection. Lucunya gak ada yg ribut, termasuk pemsahaan2 induk susu formula yg beipusat di LN yg juga jualan produknya di Indonesia. Anehnya juga di Malaysia

tidak ributjuga, padahal sampel yg ditelitijuga sebagian dari Malaysia. Kalaupun boleh
dibilang "kesalahan" minor adalah tatkala Humas IPB memuat berita Seminar Hasil-hasil

Penelitian IPB yg memang rutin dilakukan oleh IPB melalui LPPMnya setiap tahun. Diantara hasil penelitian yang diseminarkan adalah ttg susu formula ini.
Abstrak/Ringkasan hasil penelitiannya tennasuk yg ditayangkan di website IPB. Dari situ masalah bermula karena website IPB dapat dibaca oleh siapa saja di selumh Indonesia

dan dunia; baik yang paham dalam mengartikan hasil sebuah riset termasuk juga yg
awam, yang hanya melihat angka persentase yg ditayangkan. Bayangannya kalau 23% tercemar berarti jika ada 100 boks susu formula di supennarket 23 boksnya tercemar dan

konsumen bisa saja secara acak mendapatkan yg tercemar itu. Byarrrr!...masalah bermula sampai sekarang ini....Moga2 ke depan penayangan berbagai informasi di IPB temtama

hasil2 penelitian yg dirasa sensitif terlebih dahulu bahasa dan teksnya dipersiapkan dengan baik dan matang untuk mengurangi "misunderstanding" dari pembaca yg berasal
dari berbagai kalangan. epita 2011/2/24 Tantono Subagyo <tantono@gmail.com> Lha itu pak, mungkin hams ada

"stewardship" dari publikasi, jadi publikasi yang sifatnya "nyerempet" begitu seharusnya tidak dilakukan, apalagi kalau tujuannya untuk mendapatkan isolat bukan surveillance. 2011/2/24 <roedhv8@gmail.com> Rekan2 Linkers ysh; Kalau diumumkan akan melanggar undang2 statistik dng ancaman hukuman lebih tinggi, uu gum dan dosen, kode etik peneliti, dsb. Penelitian ini tdk ditujukan sbg surveilance, ttp utk mendapat isolat; sampel 22 kaleng susu di Depok Bogor sj. Sdgkan merk di Indonesia ada 96. Jadi kalau
From: epi taufik <epitaufik@gmail.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.com
Date: Fri, 18 Feb 2011 12:28:07 +0700

To: <ajit@koplink.net> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Cc: Linkers<ipb-link@yahoogroups.com> Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula

Resiko itu sudah dituliskan Pak Edhy, bahkan jauh sebelum Bu Esti melakukan penelitiannya,silakan baca posting kedua saya yg bahasa Inggris. Dalam konteks Risk Analysis bagian Risk Communication dan Risk Management adalah tugas pengambil kebijakan alias pemerintah. Peneliti pertama di dunia ini/penemunya (Sakazakii san) dan semua institusi terkait tennasuk FAO, WHO sudah menjelaskan berbagai resiko tidak hanya Sakazakii tapi semua bakteri patogen dalam publikasi ilmiahnya. Tugas mendidik masyarakat secara umum ya kembali ke pemerintah.

Pak Ajit ya itu termasuk juga hal yg tidak dipahami, bahwa setiap uji diagnostik ada limit of detection-nya. Di Uni Eropa yg anggotanya 27 negara prosedur uji dan standar sudah disatukan dibawah European Food Safety Authority-nya Uni Eropa.
epita -jumatan disini 11.30, dan waktu Jepang 2 jam lebih dulu dari Indonesia, iki musim dingin Bos inga inga,hari lebih pendek hehehe 2011/2/18 <aiit@koplink.net>

Iyabetul kan sensei, TS itu kan mengajukan usulan ke pemerintah &jika pemerintah
menganggap Si Sakazakii itu aman2 maka selanjutnya menjadi tanggung jawab regulator
dhi Badan POM;

Akan halnya kalimat "tidak ditemukan" bisa dimaknai sebagai "belum tentu tidak ada"; Saya pernah mengalami berhadapan dengan lab pemerintah dan setelah dilakukan test

silangsecara simultan ditempat yang sama dengan prosedur sama dengan standar yg

kami punya dan mereka punya bam ketahuan kalau lab pemerintah menggunakan standard bakteri yg sudah "basi" dan akhirnya malah minta ke kami; Ha ha ha;

From: edhy_amman@yahoo.com Sender: ipb-link@yahoogroups.com


Date: Fri, 18 Feb 2011 04:50:44 +0000

To: <ipb-link@yahoogroups.com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Fonnula

Apa dan bagaimana risikonya, karena sudah menjadi diskusi publik....ya harus dibuka. Pers yang punya lex specialist (untuk melindingi sumber) kalau diperintahkan pengadilan Pembangkangan terhadap undang-undang atau pengadilan akan ya tetap harus dibuka menciptakan ketidakadilan. Yang terjadi selanjutnya adalah anarkisme Cuma doa saya, mudah-mudahan fatwa MA itu berdasarkan pertimbagan hukum, bukan hal lain....

From: suryo_pratomo@yahoo.com
Sender: Linkers To: Linkers

To: Fomm-Pembaca-Kompas-owner@yahoogroups.com ReplyTo: Linkers Subject: [linkers] Heboh Susu Fonnula


Sent: Feb 17,2011 8:32 PM
Heboh Susu Formula Berbakteri

SALAH satu hal yang hams kita bisa lakukan adalah menjadikan bangsa ini sebagai masyarakat berpengetahuan. Dengan itulah maka bangsa ini akan mempunyai wawasan yang luas dan tidak terjebak dalam persoalan yang sekadar menimbulkan ingar-bingar.
Beberapa hari belakangan ini kita diramaikan oleh perdebatan berkaitan susu formula

yang mengandung bakteri. Apalagi ketika Mahkamah Agung memutuskan untuk mengumumkan susu formula yang ada di pasaran, yang diduga tercemar Enterobacter sakazakii. Dengan alasan untuk kepentingan publik, maka para peneliti Institut Pertanian
Bogor dan juga Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan

diharuskan mengumumkan secara terbuka nama susu fonnula yang didapati tercemar
bakteri.

Kita tidak bennaksud untuk tidak menaati keputusan MA yang berkekuatan hukum tetap. Namun apa yang sedang terjadi sekarang ini tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dan kebebasan yang dimiliki oleh seorang peneliti dalam melakukan

penelitian bagi kebaikan kehidupan manusia. Mengapa kita sampai mengatakan seperti itu? Peneliti IPB yang melakukan penelitian
terhadap kemungkinan adanya Enterobacter sakazakii di dalam susu formula, bukan sedang melakukan pemeriksaan terhadap susu formula yang beredar di pasaran. Peneliti itu sedang mencoba menemukan ada atau tidak bakteri sakazakii di dalam susu formula. Dari 22 sampel yang diambil, ditemukan adanya bakteri sakazakii pada lima sampel.

Langkah selanjutnya adalah mencoba mengetahui bahaya dari keberadaan bakteri sakazakii tersebut di dalam susu formula. Untuk itulah lalu dilakukan percobaan kepada mencit atau anak tikus putih. Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2003-2006 itu kemudian dibawakan dalam fomm ilmiah dengan diberi judul "Potensi kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari Makanan Bayi dan Susu Formula". Penelitian ini dipublikasikan melalui website IPB pada tanggal 17 Februari
2008.

Di kalangan para peneliti, hasil penelitian seperti ini merupakan sesuatu yang biasa. Bahkan dari debat ilmiah-bisa dikembangkan lebih lanjut bagaimana misalnya mengendalikan bakteri tersebut agar tidak membahayakan kesehatan manusia. Atau kalau memang dianggap sangat membahayakan kesehatan masyarakat bisa dimasukkan sebagai usulan kepada BPOM maupun Kementerian Kesehatan untuk misalnya melakukan penelitian lebih lanjut dan bahkan mungkin melarang susu formula yang mengandung Enterobacter sakazakii untuk beredar di pasaran. Hasil penelitian yang seharusnya didekati dari kacamata ilmiah menjadi persoalan ketika dibawa menjadi bahasan awam di ranah publik. Apalagi kemudian tidak ditempatkan konteks yang tepat bahwa yang sedang dilakukan bukanlah pemeriksaan terhadap semua produk susu formula yang ada di pasaran, tetapi pencarian terhadap ada atau tidaknya bakteri sakazakii pada susu formula. Kesalahkaprahan ini semakin menjadi-jadi ketika dijadikan ajang untuk mencari sensasi. Penelitian ilmiah dibawa ke dalam ranah hukum. Yang lebih menyedihkan, kini persoalan dibawa lagi ke ranah politik. Anggota DPR begitu genit untuk seakan-akan membela kepentingan rakyat, tanpa mencoba memahami duduk perkara penelitian yang
sebenarnya dilakukan.

Kalau persoalan ilmiah didekati dengan cara pandang yang tidak ilmiah, maka pasti yang lebih mencuat adalah kontroversi. Kalau peneliti selalu ditakut-takuti oleh cara-cara seperti itu, maka ilmu pengetahuan Indonesia tidak akan pernah berkembang. Sepanjang kita masih bersikap seperti itu, maka ilmu pengetahuan kita akan semakin jauh tertinggal
dari bangsa-bangsa lain. Padahal bangsa lain justm mendorong ilmuwannya untuk melakukan penelitian.

Bangsa Korea misalnya sudah berhasil melakukan kloning pada hewan. Dengan dasar ilmu pengetahuan itu, maka bangsa Korea semakin melompat tinggi dan berdiri sejajar
dengan bangsa-bangsa lain.

Apakah seorang peneliti bisa salah? Sebagai seorang manusia biasa, pasti peneliti bisa salah. Namun kesalahan yang dilakukan peneliti tidak bisa dikriminalkan. Kalau pun ada pelanggaran berat yang dilakukan, itu hams dinyatakan bersalah terlebih dahulu oleh
Komite Etik Peneliti.

Kriminalisasi terhadap peneliti tidak bisa dibiarkan, karena itu akan mempengamhi kemajuan bangsa ini. Orang akan malas menjadi peneliti, karena akan dihadapkan kepada

hal-hal yang tidak masuk akal. Padahal menjadi seorang peneliti tidak bisa begitu saja,
tetapi hams melalui jenjang profesional yang panjang. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) hams turun tangan untuk menyelesaikan kekismhan yang terjadi sekarang ini. AIPI tidak bisa membiarkan para peneliti kita dijadi-jadikan bulan-bulanan para politisi yang butuh panggung ataupun para petualang yang membutuhkan popularitas. AIPI harus tampil untuk mendudukkan

perkara dan sekaligus mengedukasi bangsa ini. Jangan biarkan persoalan yang berkaitan dengan bakteri pada susu formula menjadi persoalan IPB atau BPOM atau Kementerian Kesehatan semata. Ini hams menjadi persoalan AIPI, karena ini akan mempengamhi nasib para peneliti Indonesia. Bangsa ini tidak akan pemah mempunyai orang-orang sekelas Albert Einstein, kalau kondisinya seperti ini. Padahal dari "kegilaan" peneliti seperti itulah akan ditemukan sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi kchidupan bangsa ini. Dari penelitian-penelitian yang jauh berwawasan ke depan akan bisa membawa Indonesia dikenal sebagai negara terkemuka, karena ilmuwan-ilmuwannya mendapat penghargaan Nobel dari hasil ketekunan melakukan penelitian. Pilihan lain kita akan terns menjadi bangsa paria seperti sekarang ini. Bangsa yang hanya ramai dalam berwacana, namun tidak pandai dalam melakukan karya yang bennanfaat bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

From: survo_pratomo@yahoo.com
Sender: Linkers To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula


Sent: Feb 17,2011 9:41 PM

Komisi Bidang Ilmu Sosial seharusnya yang berbicara dari kacamata ilmu hukum Pak Aman. Karena itu AIPI hams berani tampil membela para peneliti Powered by Telkomsel BlackBeny
Original Message
From: amanwira@gmail.com

Sender: ipb-link@vahoogroups.com
Date: Thu, 17 Feb 2011 13:54:12
To: IPB linkers<ipb-link@yahoogroups.com>

Reply-To: ipb-link@yahoogi-oups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula

Terima kasih mas Tommy atas tulisan ulasan mengenai ES. Dari aspek ilmiah dan etika keilmuan saya sependapat bhw lembaga spt AIPI juga LIPI dapat memberikan sumbangan pemikirannya. Akan tetapi dari aspek hukum, apabila hal2 spt ini akan sering muncul, bagaimana pendapat para ahli hukum kita agar hal ini tdk menjadi bumerang bagi peneliti maupun lembaga penelitiannya? Wass Sent from my BlackBeny smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Temuusss...!
Original Message From: suryo pratomo@yahoo.com Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Thu, 17 Feb 2011 13:32:01 To: ipb-link@yahoogroups.com<ipb-link@yahoogroups.com>; <Forum-Pembaca-

Kompas-owner@yahoogroups.com> Reply-To: ipb-link@yahoogroups.com Subject: [linkers] Heboh Susu Formula


Heboh Susu Formula Berbakteri

SALAH satu hal yang hams kita bisa lakukan adalah menjadikan bangsa ini sebagai masyarakat berpengetahuan. Dengan itulah maka bangsa ini akan mempunyai wawasan yang luas dan tidak terjebak dalam persoalan yang sekadar menimbulkan ingar-bingar. Beberapa hari belakangan ini kita diramaikan oleh perdebatan berkaitan susu fonnula
yang mengandung bakteri. Apalagi ketika Mahkamah Agung memutuskan untuk

mengumumkan susu formula yang ada di pasaran, yang diduga tercemar Enterobacter sakazakii. Dengan alasan untuk kepentingan publik, maka para peneliti Institut Pertanian
Bogor dan juga Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan

dihamskan mengumumkan secara terbuka nama susu fonnula yang didapati tercemar
bakteri.

Kita tidak bermaksud untuk tidak menaati keputusan MA yang berkekuatan hukum tetap. Namun apa yang sedang terjadi sekarang ini tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dan kebebasan yang dimiliki oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian bagi kebaikan kehidupan manusia. Mengapa kita sampai mengatakan seperti itu? Peneliti IPB yang melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya Enterobacter sakazakii di dalam susu formula, bukan

sedang melakukan pemeriksaan terhadap susu formula yang beredar di pasaran. Peneliti
itu sedang mencoba menemukan ada atau tidak bakteri sakazakii di dalam susu fonnula.

Dari 22 sampel yang diambil, ditemukan adanya bakteri sakazakii pada lima sampel. Langkah selanjutnya adalah mencoba mengetahui bahaya dari keberadaan bakteri

sakazakii tersebut di dalam susu fonnula. Untuk itulah lalu dilakukan percobaan kepada
mencit atau anak tikus putih. Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2003-2006 itu kemudian dibawakan dalam

fomm ilmiah dengan diberi judul "Potensi kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari Makanan Bayi dan Susu Formula". Penelitian ini dipublikasikan melalui website IPB pada tanggal 17 Februari
2008.

Di kalangan para peneliti, hasil penelitian seperti ini merupakan sesuatu yang biasa. Bahkan dari debat ilmiah bisa dikembangkan lebih lanjut bagaimana misalnya
mengendalikan bakteri tersebut agar tidak membahayakan kesehatan manusia. Atau kalau

memang dianggap sangat membahayakan kesehatan masyarakat bisa dimasukkan sebagai usulan kepada BPOM maupun Kementerian Kesehatan untuk misalnya melakukan penelitian lebih lanjut dan bahkan mungkin melarang susu formula yang mengandung
Enterobacter sakazakii untuk beredar di pasaran. Hasil penelitian yang seharusnya didekati dari kacamata ilmiah menjadi persoalan

ketika dibawa menjadi bahasan awam di ranah publik. Apalagi kemudian tidak
ditempatkan konteks yang tepat bahwa yang sedang dilakukan bukanlah pemeriksaan terhadap semua produk susu fonnula yang ada di pasaran, tetapi pencarian terhadap ada
atau tidaknya bakteri.

From: suryo_pratomo@yahoo.com
Sender: Linkers To: Linkers

ReplyTo: Linkers Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Fonnula


Sent: Feb 18,2011 9:34 AM

Mas Aji, Peneliti sudah menjalankan tugasnya mempublikasikan hasil penelitiannya di forum ilmiah dan jurnal. Kalau kemudian ada hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, maka tugas Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang harus melakukan penelitian lebih komprehensif dan sekaligus surveillance. Hasil penelitian BPOM itulah yang hams diumumkan kepada masyarakat. Bukan peneliti yang bisa melakukan itu. Kalau itu yang dilakukan, maka peneliti sudah abuse of power. Di IPB banyak melakukan penelitian yang kalau dilihat dengan kacamata sempit pasti menimbulkan kehebohan. Saya dulu misalnya meneliti penggunaan onggok sebagai makanan ayam. Pada ketela pohon baik daun dan umbinya mengandung cianida.
Konsumsi yang berlebihan akan bisa menimbulkan kematian. Kalau kemudian dikatakan bahwa ada cianida dalam ketela pohon, pasti orang akan ketakutan dan bisa heboh. Bahkan politisi bisa menduga ada pihak-pihak yang memasukkan cianida ke dalam ketele

pohon untuk mengincar orang2 tertentu. Padahal cianida sesuatu yang alami ada pada ketela pohon. Kita tidak perlu takut mengkonsumsi ketela pohon. Karena cianida larut dalam air dan ketika ketela itu kita bersihkan dengan air. Itulah kira2 analogi dengan apa yang dilakukan peneliti IPB. Saya yakin tidak ada motif apa pun untuk menutup-nutupi penelitiannya. Orang kita punya anak dan anak kita juga minum susu formula. Mereka tidak ingin menjudgement merek2 tertentu karena itu memang bukan domainnya peneliti. Tugas pemerintahlah yang melindungi rakyat, karena peneliti itu rakyat juga. Sori
panjang Mas Aji

From: Rudy Surbakti <rudy srb@vahoo.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date:

Fri, 18 Feb 2011 10:02:42 +0800 (SGT) To: <ipb-link@yahoogroups.com> ReplyTo:


ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula Di Indonesia 'whistle blower' nasibnya dijamin dijamin mati karir! He he he he On Fri, 2/18/11, Aji Hennawan <aji@wiraswasta.net> wrote: From: Aji Hennawan <aji@wiraswasta.net> Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula To: "ipblink@yahoogroups.com" <ipb-link@yahoogroups.com> Date: Friday, February 18, 2011, 7:18 AM Mas Tommy Kalau peneliti kita menemukan bakteri yg seharusnya tidak ada pd susu, meskipun secara tidak sengaja, atau tujuan penelitiannya bukan itu, padahal

dampak bakteri itu pada manusia sudah terbukti berbahaya. Sementara susu itu beredar di
nasyarakat dan dikonsumsi anak2 kita; apakah peneliti hams menyembunyikan temuannya? dimanakah nurani peneliti itu? Tidakkah dia bertanggung jawab atas manusia? Tidak cukupkah dia mengatakan saya menemukan bakteri x di sampel susu a, b, c. Soal efek pada mencit dan manusia itu umsan riset nanti. Justm dg tidak mengumumkan, peneliti sudah tidak lagi obyektif karena menyembunyikan kebenaran,

dan justm sudah masuk dalam pertimbangan politik, kalau mengemukakan akan meresahkan masy, akan mendptkan balasan dari big companies, dst. Saya kira bukan pada tempatnya membela peneliti yg tidak memihak pada kepentingan rakyat banyak. Kalau peneliti itu mengumumkan temuannya tapi kemudian dia dikriminalisasi, dituntut dst, maka saat itulah ia wajib kita bela. Saya pribadi siap jihad membela peneliti kalau ia dikriminalisasi ketika mengungkapkan kebenaran. Tapi utk peneliti yg menyembunyikan kebenaran???? Ini juga dapat menjadi momen, sebenamya peneliti kita memihak kemana??? Kepentingan rakyat banyak, atau kepentingan siapa???? Salam Aji H
Original Message

From: survo_pratomo@yahoo.com Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Thu, 17 Feb 2011 23:39:24 To: ipb-link@yahoogroups.com<ipb-link@yahoogroups.com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula Silakan Pak Aman Powered by Telkomsel BlackBeny Original Message From: amanwira@gmail.com Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Thu, 17 Feb 2011 23:38:39 To: IPB linkers<ipb-link@yahoogroups.com> Reply-To: ipblink@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula Terima kasih, boleh saya forwardkan ke teman2 AIPI? Sent from my BlackBeny smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Temuusss...! Original Message From: suryo pratomo@yahoo.com Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Thu, 17 Feb 2011 14:41:27 To: ipb-link@yahoogroups.com<ipb-link@vahoogroups.com> Reply-To: ipb1ink@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Fonnula Komisi Bidang Ilmu
Sosial seharusnya yang bcrbicara dari kacamata ilmu hukum Pak Aman. Karena itu AIPI

hams berani tampil membela para peneliti Powered by Telkomsel BlackBeny Original Message From: amanwira@gmail.com Sender: ipb-link@vahoogroups.com Date: Thu, 17 Feb 2011 13:54:12 To: IPB linkers<ipb-link@vahoogroups.com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Heboh Susu Formula Terima kasih mas Tommy atas tulisan ulasan mengenai ES. Dari aspek ilmiah dan etika keilmuan saya sependapat bhw lembaga spt AIPI juga LIPI dapat memberikan sumbangan pemikirannya. Akan tetapi dari aspek hukum, apabila hal2 spt ini akan sering

From: epi taufik <epitaufik@gmail.com> Sender: ipb-link@yahoogroups.com


Date: Fri, 25 Feb 2011 16:42:40 +0700

To: <ipb-link@yahoogroups.com> ReplyTo: ipb-link@yahoogroups.com Cc: <edhy_amman@yahoo.com> Subject: Re: [linkers] Kasus susu fonnula [2 Attachments]

[Attachmcnt(s) from cpi taufik included belo>v|

Saya kurang tahu itu Pak, mangga ada anggota linkers yg lebih tahu. Untuk jurnal ada 3 setidaknya Pak (yg Ibu Estu ikut jadi author). Silakan terlampir, untuk yg di J. Food

Protection full textnya blm sy dapatkan mungkin besok. Atau kalau sudah ada yg punya
silakan di upload saja.

1. Characterization of the gene encoding the 16S rRNA of Enterobacter sakazakii and development of a species-specific PCR method Abdulwahed Ahmed Hassan-' ' , Omer Akineden-, Claudia Kress3, Sri Estuningsih-, Elisabeth Schneider3 and Ewald Usleber

aDairy Sciences, Institute of Veterinary Food Science, Justus-Liebig-University,


Ludwigstrasse 21, D-35390 Giessen, Germany Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University, Indonesia
Received 27 July 2006; revised 28 December 2006;

accepted 29 December 2006. Available online 13 January 2007.

2. Yang ini full text menyusul, untuk abstract dapat dibaca di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17186672
J Food Prot. 2006 Dec;69(12):3013-7.
Enterobacteriaceae in dehydrated powdered infant formula manufactured in Indonesia and Malaysia.

Estuningsih S, Kress C, Hassan AA, Akineden O, Schneider E, Usleber E.

Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University, Jalan Agatis Kampus


IPB Darmaga, 16680 Bogor, Indonesia.

3. Ini terbaru, ada survey Internasional karena gara2 publikasi bu Estu, dunia jadi ikut memperhatikan kualitas susu fonnula ini, makanya beliau pernah diundang Codex alimentarius commission untuk membahas standar pembuatan susu fonnula tingkat dunia. Tapi anehnya gak rame juga tuch di negara lain heheheh International survey of Cronobacter sakazakii and other Cronobacter spp. in follow up formulas and infant foods

J. Chap3, P. Jackson3, R. Siqueira-, N. Gaspar5, C. Quintal, J. Park-, T. Osaili-, R.

Shaker^, Z.Jaradat1, S.H.P. Hartantyo2, N. Abdullah Sani2, S. Estuningsih- and S.J.


Forsythe-'

aSchool of Science and Technology, Nottingham Trent University, Clifton Lane,


Nottingham, NG11 8NS, UK

bFood Technology Institute, 2880 Brazil Ave, Campinas, Sao Paulo, 13070-178, Brazil
"University of the Algarve, Engenharia Alimentar, Campus da Penha, 8005-139 Faro,
Portugal

Department of Food Science and Biotechnology, College of Engineering, Kyungwon


University, Songnam, Kyonggi-do 461-701, South Korea

"Department of Nutrition and Food Technology, Faculty of Agriculture, Jordan


University of Science and Technology, P.O. Box (3030), Irbid-22110, Jordan

Department of Biotechnology and Genetic Engineering, Jordan University of Science


and Technology, P. O. Box 3030, Irbid-22110, Jordan

gFood Science Programme, School of Chemical Sciences and Food Technology, Faculty
of Science and Technology, University Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi, Selangor,
Malaysia

Faculty of Veterinary Medicine, Bogo Agricultural University, Indonesia

Available online 13 August 2009.

2011/2/25 <edhy aruman@vahoo.com> Mas Ajit, Kang Epita, dkk. Bisa dikilas balik, ketika media pertama kali muat, 2008, ada konfirmasi nggak dari peneliti? Kalau nggak ada, itu bisa dipermasalahkan....

Sent from my BlackBeny smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Temuusss...!
Original Message From: ajit@koplink.net
Sender: ipb-link@yahoogroups.com Date: Fri, 25 Feb 2011 08:28:54 To: Linkers<ipb-link@yahoogroups.com>

Reply-To: ipb-link@yahoogroups.com Subject: Re: [linkers] Kasus susu fonnula

Anda mungkin juga menyukai