Anda di halaman 1dari 9

Keteladanan Keluarga Rasulullah SAW 1.

Kecintaan Nabi Terhadap Istrinya Siti Khadijah

Terjadinya perkawinan Nabi Muhammad dengan Khadijah di luar dugaan orang. Kaum Quraisy dan keluarga dari kedua belah pihak tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa keduanya akan menjadi suami istri. Nabi Muhammad seorang pemuda yang miskin, dari kecil sudah tidak berayah dan tidak beribu. Beliau pernah menjadi buruh pengembala kambing dan buruh memperniagakan dagangan orang lain, tetapi dia terkenal sebagai pemuda yang jujur dan berakhlak mulia. Khadijah seorang perempuan yang telah janda dua kali, seorang wanita yang telah mengalami manis pahimya berumah tangga, karena ia pernah dua kali nikah dengan dua orang pria terpandang dalam masyarakat Arab, yaituAtiq bin'Aid danAbuHallahHindun bin Zararah. Sebagai hartawan, selama menjadi janda ia telah berulang kali dipinang oleh orang-orang dari golongan hartawan Quraisy, tetapi ia menolak, dengan alasan tidak akan kawin lagi karena usianya sudah empat puluh tahun, lima belas tahun bedanya dengan Usia Nabi Muhammad. Tetapi lantaran Allah telah mentakdirkan bahwa kedua orang itu harus bertemu dan menjadi suami istri, maka tidak ada seorang juapun yang bisa menolak atau menghalangi ketentuan Allah ini. Keadaan rumah tangga Nabi Muhammad sangat harmonis, dan penuh rasa kasih sayang. Lima belas tahun lamanya rumah tangga Khadijah dan Nabi Muhammad, selama itu kehidupan dua orang suami istri sangat harmonis, tidak pernah terjadi soal-soal yang mengganggu pikiran dan perasaan kedua belah pihak. Hubungan yang dijalin dengan cinta dan kasih sayang itu bukan hanya menjadi teladan bagi semua rumah tangga di Makkah, melainkan juga dibicarakan oleh sejarah sepanjang zaman. Suatu hari Halah binti Khuwalid, saudara Khadijah datang kepada Rasulullah. Beliau lantas mengenalinya, karena cara meminta izinnya persis seperti Khadijah. Beliau terharu sambil mengucapkan: "Wahai Tuanku", hal ini karena teringat kepada istrinya Khadijah sewaktu masih hidup. Nabi pernah bersabda kepada Aisyah istrinya: "Demi Allah, tidak ada Allah menggantikan bagiku dengan yang lebih dari pada Khadijah, dia beriman kepadaku ketika semua orang mendustakanku, dia menyantuni aku dengan seluruh harta bendanya ketika semua menahannya dari padaku dan aku dikarunia anak-anak dari padanya sedang dengan yang lain tidak". Suatu hari Rasulullah diberi hadiah daging unta, kemudian Nabi dengan tangannya sendiri memotong daging tersebut dan menyuruh seseorang pergi membawanya kepada seorang wanita bekas teman Khadijah. Aisyah berkata: "Kenapa tuan mengotori tangan tuan sendiri begitu? Rasulullah menerangkan bahwa Khadijah telah berwasiat kepadaku tentang wanita itu". Kecintaan Nabi Muhammad kepada istrinya Khadijah, tetap berlangsung terus walaupun istrinya telah meninggal dunia. Sehingga tahun wafat Khadijah disebut Aamul Huzni (Tahun Kesedihan). Demikianlah kecintaan Nabi kepada Khadijah, sehingga ketika istrinya wafat, beliaulah yang mengurus jenazahnya hingga dikuburkan di Mu'alla, Syi'ib Hayun. Kuburannya masih dapat dikenal sampai sekarang.

2.

Pengorbanan Khadijah Dalam Membela Perjuangan Nabi

Kecintaan Khadijah kepada suaminya, Muhammad Rasulullah juga sangat mendalam. Khadijah sebagai istri Nabi dengan tulus ikhlas menyerahkan semua kekayaannya guna diberikan kepada siapapun yang datang mengharapkan bantuan dan pertolongan serta untuk kepentingan dakwah Islamiyah. Khadijah adalah yang mangobati kepedihan Rasulullah akibat ditinggal wafat oleh ayah bundanya sejak masih kecil. Khadijah yang menyediakan dan mengorbankan segala-galanya bagi ketenangan dan ketentraman sewaktu beliau menerima wahyu pertama. Khadijah yang dengan lembut dan penuh kasih sayang menyambut kedatangan Rasulullah dari Gua Hira, lalu mempercayai, membenarkan dan mengimani kenabian beliau tanpa keraguan sedikitpun. Khadijah seorang wanita yang rela meninggalkan semua kekayaannya, kemewahan dan kenikmatan hidup untuk mendampingi suaminya dan turut pula merasakan berbagai kesukaran, penderitaan dan cobaan berat dalam menghadapi penindasan dan pengejaran kaum musyrikin Quraisy. Bantuan, perlindungan, pembelaan, dan pengorbanan Siti Khadijah demi tegaknya kebenaran Allah di pmuka bumi akan tetap tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam.

3. Mengatasi masalah-masalah Kemasyarakatan. a. Ajaran Nabi Muhammad tentang perbaikan sosial dimasyarakat Periode Makkah Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada awal Periode Makkah banyak ditekankan kepada ajaran Tauhid dan pembinaan aqidah. Hal ini disebabkan karena masyarakat Quraisy pada saat itu masih hidup dalam penyembahan berhala, patung, binatang dan lain-lain. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya kepadaNyalah ibadah dilakukan. Hanya kepada-Nyalah hati dan jiwa manusia dihadapkan. Kemudian diajarkan pula oleh beliau bahwa Tuhan telah memilih beberapa orang tertentu untuk menerima wahyu dari pada-Nya, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Mereka itulah Nabi atau Rasul. Tujuan wahyu adalah untuk mengajarkan manusia tentang kebaikan dan akhlak yang mulia. Di samping itu diajarkan pula masalah-masalah kemasyarakatan tentang kerukunan hidup, saling membantu, saling tolong menolong, membantu kepada yang lemah, menolong kepada fakir miskin dan orang-orang tertindas. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

Artinya: "Barang siapa yang tidak mementingkan urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka ". Dalam mengatur masyarakat, Islam mengharamkan penumpahan darah dan dilarang pula untuk menuntut bela dengan cara menjadi hakim sendiri-sendiri seperti zaman Jahiliyah. Islam menyerahkan penuntutan itu kepada pemerintah. Islam yang pertama mengangkat derajat wanita. Islam memberikan hak kepada wanita sesuai dengan kodratnya. Islam menegakkan pula ajaran persamaan antara sesama manusia dan memberantas masalah perbudakan. Dalam Al-Qur'an diterangkan, termasuk orang yang mendustakan agama orang yang tidak peduli akan anak yatim dan fakir miskin. Simaklah surat Al-Maun di bawah ini: 1) 2) 3) Tahukah kamu orang yang mendustakan agama. Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (QS. Al-Maun ayat 1-3)

Dengan diutusnyaNabi Muhammad sebagai Rasulullah, maka mulailah sedikit demi sedikit kebobrokan dan kebejatan moral bangsa Arab diperbaikinya. Mulai dari penyembahan terhadap berhala berubah menjadi menyembah Allah SWT. Kehidupan yang berfoya-foya, penindasan, pemerkosaan, pemabukkan beralih kepada tata cara yang diatur oleh ajaran Islam. 2. Langkah-langkah para sahabat dalam perbaikkan sosial masyarakat Periode Makkah Langkah-langkah yang dilakukan oleh para sahabat dan kaum muslimin dalam rangka perbaikan sosial masyarakat ialah dengan jalan memupuk kerukunan hidup, tolong menolong, mengangkat derajat wanita, membantu kepada yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan membebaskan budak-budak yang dianiaya oleh tuannya lantaran memeluk agama Islam. Siti Khadijah sebagai istri Rasulullah dengan tulus ikhlas menyerahkan semua kekayaannya untuk menolong fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya. Sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Thalhah, Abdurrahman bin Auf dan lain-lainnya telah memberikan harta kekayaannya kepada fakir miskin dan yang membutuhkannya serta untuk kepentingan masyarakat Islam. Rasulullah menganjurkan kepada siapa yang mempunyai budak agar dimerdekakan. Apalagi kalau budak tersebut memeluk agama Islam. Oleh karena itu, maka para sahabat Nabi yang mempunyai budak langsung memerdekakannya, bahkan ada beberapa sahabat yang membeli budak yang sedang disiksa dan dianiaya oleh tuannya lalu dimerdekakan. Di antara para sahabat yang paling banyak memerdekakan budak ialah sahabat Abu Bakar Siddiq Kesadaran para sahabat akan hal ini adalah sebagai hasil pengarahan dan penggemblengan Rasulullah pada Periode Makkah. Betapa agung dan mulia ajaran Islam yang memerintahkan

berlaku baik dan lemah lembut kepada para budak dan menganjurkan agar menghormatinya. Demikianlah prinsip-prinsip penting yang telah ditetapkan oleh Islam untuk memerdekakan para budak.

Kehalusan, kelembutan dan kesabaran Rasulullah SAW Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau. 'Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah." (HR. Ahmad). 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengisahkan: "Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: "Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!" Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permin-taannya." (Muttafaq 'alaih). Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampaisampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: "Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon 'Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta." (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani). Merupakan bentuk tarbiyah dan ta'lim yang paling jitu dan indah adalah berlaku lemah lembut dalam segala perkara, dalam mengenal maslahat dan menolak mafsadat. Kecemburuan yang dimiliki para sahabat telah mendorong mereka untuk menyanggah setiap melihat orang yang keliru dan tergelincir dalam kesalahan. Mereka memang berhak melakukan hal itu! Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lembut dan penyantun melarang mereka melakukan seperti itu, karena orang itu (pelaku kesalahan itu) jahil atau karena mudharat yang timbul dibalik itu lebih besar. Tentu saja, perilaku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih utama untuk diteladani. Abu Hurairah menceritakan: "Suatu ketika, seorang Arab Badui buang air kecil di dalam masjid (tepatnya di sudut masjid). Orang-orang lantas berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan: "Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember atau segayung air. Sesungguhya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia untuk memberi kemu-dahan bukan untuk membuat kesukaran." (HR. Al-Bukhari). Kesabaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah layak menjadi motivasi bagi kita untuk meneladaninya. Kita wajib berjalan di atas manhaj (metode) beliau di dalam berdakwah semata-mata karena Allah tanpa membela kepentingan pribadi.

'Aisyahradhiyallahu 'anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Apakah ada hari yang engkau rasakan lebih berat daripada hari peperangan Uhud?" Beliau menjawab: "Aku telah mengalami berbagai peristiwa dari kaummu, yang paling berat kurasakan adalah pada hari 'Aqabah, ketika aku menawarkan dakwah ini kepada Abdu Yalail bin Abdi Kalaal namun dia tidak merespon keinginanku. Akupun kembali dengan wajah kecewa. Aku terus berjalan dan baru tersadar ketika telah sampai di Qornuts Tsa'alib (sebuah gunung di kota Makkah). Aku tengadahkan wajahku, kulihat segumpal awan tengah memayungiku. Aku perhatikan dengan saksama, ternyata Malaikat Jibril ada di sana. Lalu ia menyeruku: "Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaum-mu dan bantahan mereka terhadapmu. Dan aku telah mengutus malaikat pengawal gunung kepadamu supaya kamu perintahkan ia sesuai kehendakmu. Kemudian malaikat pengawal gunung itu memberi salam kepadaku lalu berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu, dan aku adalah malaikat pengawal gunung, Allah telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki jika kamu menghendaki agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!" Beliau menjawab: "Tidak, justru aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun denganNya." (Muttafaq 'alaih). Pada hari ini, sering kita lihat sebagian orang yang bersikap terburu-buru dalam berdakwah. Berharap dapat segera memetik hasil. Hanya membela kepentingan pribadi yang justru hal itu merusak dakwah dan mengotori keikhlasan. Oleh sebab itu, berapa banyak kelompok-kelompok dakwah yang gagal karena individu-individunya tidak memiliki kesabaran dan ketabahan! Setelah bersabar dan berjuang selama bertahun-tahun, barulah terwujud apa yang dicita-citakan Rasulullah. Dalam sebuah syair disebutkan: Bagaimanakah mungkin dapat diimbangi seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi. Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajat-nya. Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya. Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya. Abdullah bin Mas'ud mengungkapkan: "Sampai sekarang masih terlintas dalam ingatanku saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang dipukul kaumnya hingga berdarah. Nabi tersebut mengusap darah pada wajahnya seraya berdoa: "Ya Allah, ampunilah kaumku! karena mereka kaum yang Syiar Secara TerangTerangan

Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang:

Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu. (Quran 26: 214-216) Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orang-orang musyrik itu.(Quran 15: 94)

Muhammadpun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya kepada mereka: Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang

terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini? Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit ketika itu ia masih anak-anak, belum lagi balig. Rasulullah, saya akan membantumu, katanya. Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang. Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan.

Sesudah itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan berseru: Hai masyarakat Quraisy. Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas: Muhammad bicara dari atas Shafa. Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya, Ada apa? Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu? Ya, jawab mereka. Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta. Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat, katanya, Banu Abdl-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah. Tetapi kemudian Abu Lahab berdiri sambil meneriakkan: Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan kami? Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan:

Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya (Quran 102:1-8)

Kemarahan Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah itu. Setiap hari niscaya akan ada saja orang yang Islam menyerahkan diri kepada Allah. Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekedar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Akan tetapi bagi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-senang, mulai merasakan, bahwa ajaran Muhammad itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendiskreditkannya, dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.

Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah membujuk penyair-penyair mereka: Abu Sufyan binl-Harith, Amr binl-Ash dan Abdullah ibnz-Zibara, supaya mengejek dan menyerangnya. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga tampil membalas serangan mereka tanpa Muhammad sendiri yang harus melayani.

Sementara itu, selain penyair-penyair itu beberapa orang tampil pula meminta kepada Muhammad beberapa mujizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya: mujizat-mujizat seperti pada Musa dan Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwa itu tidak disulapnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu dalam bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak dibicarakan oleh Muhammad itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa dia tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat Mekah terkurung karenanya? Kenapa ia tidak memancarkan mata air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal ia tahu betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air?

Tidak hanya sampai disitu saja kaum musyrikin itu mau mengejeknya dalam soal-soal mujizat, malahan ejekan mereka makin menjadi-jadi, dengan menanyakan: kenapa Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan? Debat mereka itu berkepanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Muhammad menjawab debat mereka

Katakanlah: Aku tak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib-gaib, niscaya kuperbanyak amal kebaikan itu dan bahayapun tidak menyentuhku. Tapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman. (Quran 7: 188)

Islamnya Umar ibnl-Khattab ra Hal ini terjadi masih di tahun yang sama, tahun ke enam. Umar ibnl-Khattab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tigapuluh dan tigapuluh lima tahun. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin. Tatkala itu Muhammad sedang berkumpul dengan sahabatsahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Talib sepupunya, Abu Bakr b. Abi Quhafa dan Muslimin yang lain. Pertemuan mereka ini diketahui Umar. Iapun pergi ketempat mereka, ia mau membunuh Muhammad.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Nuaim b. Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata: Umar, engkau menipu diri sendiri. Kaukira keluarga Abd Manaf. akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?! Pada waktu itu Fatimah, saudaranya, beserta Said b. Zaid suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal ini dari Nuaim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka.

Di tempat itu ia mendengar ada orang membaca Quran. Setelah mereka merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya. Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?! tanya Umar. Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya! katanya sambil menghantam Said keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri itu jadi panas hati. Ya, kami sudah Islam! Sekarang lakukan apa saja, kata meteka.

Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya itu. Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Dimintanya kepada saudaranya supaya kitab yang mereka baca itu diberikan kepadanya. Setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah. Menggetar rasanya ia setelah membaca isi kitab itu. Ia langsung menuju ke tempat Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul di Shafa. Ia minta ijin akan masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum Muslimin telah mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat. Ia masuk Islam tidak sembunyi-sembunyi, malah terang-terangan diumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia melawan mereka. Islamnya Umar ra ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin. Perlindungan Banu Hasyim dan Banu Muttalib

Sementara itu Muhammad juga tetap gigih menjalankan tugas dakwahnya dan dakwa itupun mendapat pengikut bertambah banyak. Quraisy segera berkomplot menghadapi Muhammad itu. Sekali lagi mereka pergi menemui Abu Talib. Sekali ini disertai Umara binl-Walid binl-Mughira, seorang pemuda yang montok dan rupawan, yang akan diberikan kepadanya sebagai anak angkat, dan sebagai gantinya supaya Muhammad diserahkan kepada mereka. Tetapi inipun ditolak. Muhammad terus juga berdakwah, dan Quraisypun terus juga berkomplot. Untuk ketiga kalinya mereka mendatangi lagi Abu Talib. Abu Talib kata mereka, Engkau sebagai orang yang terhormat, terpandang di kalangan kami. Kami telah minta supaya menghentikan kemenakanmu itu, tapi tidak juga kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek-moyang kita, tidak menghargai harapanharapan kita dan mencela berhala-berhala kita sebelum kausuruh dia diam atau sama-sama kita lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa.

Berat sekali bagi Abu Talib akan berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Juga tak sampai hati ia menyerahkan atau membuat kemenakannya itu kecewa. Dimintanya Muhammad datang dan diceritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu katanya: Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul. Pamannya ini seolah sudah tak berdaya lagi membela dan memeliharanya. Sedang kaum Muslimin masih lemah, mereka tak berdaya akan berperang, tidak dapat mereka melawan Quraisy yang punya kekuasaan, punya harta, punya persiapan dan jumlah rmanusia. Sebaliknya dia tidak punya apa-apa selain kebenaran. Tetapi jiwa Rasulullah Saw tetap teguh, ia berkata kepada pamannya: Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.

Gemetar orang tua ini mendengar jawaban Muhammad Saw. Seketika lamanya Abu Talib masih dalam keadaan terpesona. Kemudian dimintanya Muhammad datang lagi, yang lalu katanya: Anakku, katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau bagaimanapun juga! Sikap dan katakata kemenakannya itu oleh Abu Talib disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaranya tentang Muhammad itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua menerima usul ini, kecuali Abu Lahab.

Sikap permusuhan Quraisy terhadap kaum muslimin pun semakin menjadi-jadi. Setiap kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya. Dikisahkan seorang budak yang telah muslim, Bilal, disiksa ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: Ahad, Ahad, Hanya Yang Tunggal! Ia memikul semua siksaan itu demi agamanya. Hingga suatu hari Abu Bakr melihat Bilal mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.

Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu oleh Abu Bakr dibeli diantaranya budak perempuan Umar binl-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam]. Ada pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya. Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahl, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahl melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali.

Di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi. Cukup lama hal serupa itu berjalan. Penyair-penyair memakinya, orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Kabah. Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikutpengikutnya diancam. Perioda yang telah dilalui dalam hidup Muhammad Saw ini adalah perioda yang paling dahsyat yang pernah dialami oleh sejarah umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai