Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.

Definisi
Nyeri kronik ialah nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses penyembuhan seudah selesai.
(1)

Terdapat banyak penyebab timbulnya nyeri kronik.

Perjalanan nyeri akut hingga menjadi nyeri kronik merupakan peningkatan tahap-tahap fisiologis terhadap tahap-tahap penyakit terminal.

2. Epidemiologi
Nyeri kronik merupakan penyakit yang epidemik di Amerika Serikat walau junlahnya dialami lebih sedikit daripada nyeri akut. Terdpat lebih dari 36 juta orang yang menderita artritis gout, 70 juta orang mengalami nyeri punggung bawah, 20 juta mengalami nyeri akibat gout, sindrom myofascial, phantom limb pain dan refleks distrofi simpatis. Kurang lebih 1 juta orang di Amerika Serikat dan 20 juta orang di seluruh dunia mengalami nyeri kronis akibat kanker. (1) Berdasarkan hasil penelitian oleh Crook dinyatakan bahwa lokasi tersering terjadinya nyeri kronis ialah di punggung sedangkan pada nyeri akut ialah pada kepala dan ekstremitas bawah. Hal ini akan digambarkan pada grafik di bawah ini :

3. Faktor penyebab 4. Patofisiologi


Proses nyeri mulai stimulasi nosisptor oleh stimulus noksius sampai terjadinya pengalaman subjekltif nyeri merupakan suatu kejadian elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses yatitu transduksi,transmisi, modulasi dan persepsi. a. Transduksi atau aktivasi reseptor stimulasi nosisptor oleh stimulus noxious pada jaringan yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini stimulus noxious tersebut akan dirubah mejadi potensial aksi. b. Transmisi potensila aksi tersbut kemudian akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri.

Tahap pertama transmisi ialah konduksi impuls dari neurin aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis. Pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus,. Selanjutnya terjadi timbale balik antara thalamus dan pusat-puasat yang lebih tinggi di otak yang mengurus respon nyeri. Namun rangsangan itu tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptif. c. Modulasi sinyal mempengaruhi proses nyeri yakni pada kornu dorasalis medulla spinalis. d. Persepsi pesan nyeri menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan. (1) Terdapat 4 tahap terjadinya nyeri kronik yakni : a. Tahap akut (0-2 bulan). Pasien dapat mengalami sulit tidur walaupun tidak terdapat adanya gangguan fisiologis. b. Tahap subakut (2-6 bulan). Pasien mulai merasa tertekan oleh rasa nyeri. Pasien mulai mengalami perubahan berupa mningkatnya tingkat iritabilitas, insomnia atau gangguan tidur dan terisolasi dari kehidupan sosial. Pada saat ini pasien mulai mencari obat peringan rasa sakit dan bahkan obat tidur. c. Tahap kronik (6 bulan -8 tahun). Pasien merasa sakit yang sudah tidak terkontrol dan bersifat permanen, dan mulai timbul gejala disfungsi seksual, ganguan tidur, menurunnya rasa menghargai diris endiri , merasa ebrsalah , menurunnya harapan dan disertai dengan rasa depresi. Pada tahap ini jika dilakukan tes kepribadian maka akan menunjukkan keadaan histeria dan depresi. d. Tahap subkronik (> 8 tahun) . pasien meulai menyesuaikan diri dan menarik diri terhadap penyakit yang dideritanya. Tahap ini merupakan tahap terminal penyakit dan pasien sudah menerima keadaannya.

Teori nyeri kronik meliputi banyak aspek yakni fisik,motivasi,kognitif dan afektif sebagai komponen nyeri. Nyeri meliputi nyeri nosiseptif, nyeri sentral, dan psikogenik. Mekanisme nyeri nosiseptif (nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor yakni serabut a-delta dan serabut-c oleh rangasangan mekanik,termal atau

kemikal) berasal dari kerusakan jaringan seperti nyeri akibat kanker, pneyakit degenratif sendi, nyeri myofascial dan trauma. Nyeri sentral berasal dari denervasi yang terjadi setelah stroke, spinal cord injury maupun amputasi. Nyeri ini dapat mengakibatkan gangguan modulasi perifer yang mempengaruhi system saraf pusat dalam modulasi serabut saraf afferent A delta dan C. (2) Paikosis merupakan perasaan tidak nyaman dan tekanan emosi terhadap perasaan nyeri. Keadaan psikologis yang dapat timbul antara lain ialah kecemasan,neurosis, histeria dan depresi. (2)

5. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis nyeri pada seseorang maka harus dicari terlebih dahulu karakteristik nyeri tersebut yakni lokasi, onset, karakter, gejala yang menyertai, waktu timbulnya, faktor pencetus dan hal-hal yang mengurai maupun memperberat rasa nyeri.

6. Manifestasi Klinis 7. Komplikasi Nyeri Kronis


a. Fisik b. Psikologis c. Lingkungan

8. Terapi
Tujuan utama dalam mengobati pasien dengan nyeri ialah mengurangi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan kemampuan fungsional. Manajemen nyeri akut ialah berdasarkan farmakologi, psikologis, obat-obatan dan operasi pembedahan. Dan manajamen nyeri kronis baru dianggap sebagai masalah kesehatan dalam 25 tahun terakhir. Masih tidak jelas mengapa pada beberapa orang terjadi nyeri kornik sedangkan pada yang lainnya dapat sembuh dari nyeri akut yang dialaminya. Pendekatan multidisiplin mencakup antara lain dokter, fisioterapi, psikiater atau psikolog, dan anastesiolog. Tim ini diharapkan mampu memberikan penanganan dalam

terapi fisik, rehabilitasi, memberi kebutuhan medis yang optimal termasuk terapi anastesi dan mengatur baik permasalahan psikologis dan sosial.

Modalitas Terapi Fisik Modalitas terapi fisik merupakan hal yang penting dalam manajemen nyeri akut maupun kronis. Pemanasan dan cryoterapi merupakan intervensi dalam mengobati nyeri muskulosketal. Selain itu dapat pula digunakan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), akupunktur dan laser dingin dalam mengontrol rasa nyeri. a. b. c. d. e. f. Krioterapi Terapi Panas TENS terapi Akupunktur Terapi Laser Latihan Terapi

Modalitas Terapi Tingkah Laku Salah satu tujuan terapi ialah untuk mengurangi prilaku sakit yakni dengan mengurangi penggunaan obat dan berobat ke dokter dan meningkatkan prilaku sehat yakni dengan meningkatkan aktivitas fisik, mobilitas dan kembali melakukan pekerjaan yang menghasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghambat input noksius sensori, mengurangi tekanan dan depresi dan menguatkan diri pasien. Biofeedback, prilaku kognitif, dan latihan relaksasi dapat membantu menangani prilaku nyeri. Biofeedback menggunakan kontol temperatur dan relaksasi otot (melalui EMG). Metode relaksasi untuk mengurangi tekanan mencakup relaksasi otot dalam, pernafasan dalam, meditasi, yoga dan hypnosis diri sendiri (untuk mensugesti diri dalam menghilangkan nyeri). (2) Intervensi Farmakologis

Prosedur Anastesi

9. Prognosis

Anda mungkin juga menyukai