Anda di halaman 1dari 3

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

1. Kemukakan pendapat Austin, Jennings Lam Diccy tentang HAN ? John Austin : Hukum adalah perintah kekuasaan politik yang berdaulat. Sir W.Ivor Jenning mengemukakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berhubungan dengan administrasi negara. Hukum ini menentukan organisasi kekuasaan dan tugas-tugas dari pejabat-pejabat administrasi. Sir Ivor Jennings membedakan pemisahan kekuasaan (separation of power) dalam arti material dan formal. Pemisahan kekuasaan dalam arti material ialah pemisahan kekuasaan dalam arti pembagian kekuasaan itu dipertahankan dengan tegas dalam fungsi tugas-tugas kenegaraan yang secara karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan kekuasaan itu pada tiga badan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan yang dimaksud dengan pemisahan kekuasaan dalam arti formal ialah apabila pembagian kekuasaan itu tidak dipertahankan dengan tegas. 2. Jelaskan tentang: a. Asas Oportunitas Ditinjau dari bahasa kamus (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dimaksud dengan oportunitas adalah kesempatan yang baik untuk berbuat sesuatu; waktu yang tepat; peluang. Asas Oportunitas mengakar pada mazhab oportunisme yaitu, paham yang semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu. Dari pengertian oportunitas dan oportunisme tersebut sepintas kita dalam melihat keterkaitannya dengan ajaran utility hukum atau asas manfaat dari hukum. Bicara tentang manfaat tentu berhubungan dengan mudharat. Tegasnya, jika asas oportunitas dihubungkan dengan diskresi Jaksa Agung untuk mendeponir perkara maka dapat dipahami kebijakan itu diambil tergantung pada mana yang lebih besar manfaatnya dalam logika kepentingan umum yang menguat pada saat itu atau manakah yang lebih besar manfaatnya antara menuntut atau tidak menuntut suatu perkara terhadap kepentingan bangsa pada saat itu. Jadi, menurut saya, bagaimana pun juga keberadaan asas oportunitas ini penting jika kita lihat dari kacamata kehidupan bernegara Persoalan bangsa begitu kompleks seiring dengan dinamika dalam kehidupan masyarakat. Apa jadinya jika hukum di negara ini berubah menjadi batu, kaku dan kasar. Sudah seharusnya setiap aturan hukum itu mempunyai pengecualian berdasarkan kondisi kekinian yang berkembang dan harus disikapi pada saat itu juga. Karena hukum untuk manusia bukan untuk hukum an sich.

b. Diskresi Diskresi adalah kebijakan dari pejabat yang intinya membolehkan pejabat publik melakukan sebuah kebijakan yang melanggar UU, dengan tiga syarat. Yakni, demi kepentingan umum, masih dalam batas wilayah kewenangannya, dan tidak melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB).

-1-

Luasnya diskresi membuka peluang untuk penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran. Hal ini jelas perlu diantisipasi dengan pengaturan yang lebih rinci, limitatif, dan memiliki tolok ukur yang obyektif untuk menilai bagaimana aparat penegak hukum dan hakim harus menjalankan tugas dan wewenangnya. Kelemahannya adalah selama ini diskresi aparat penegak hukum dan hakim masih besar dan belum disertai tolok ukur yang obyektif dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam diskresi yang luas dan subyektif bagi penyelidik/penyidik/penuntut/hakim untuk mengartikan bukti yang cukup, ada kekhawatiran tersangka/terdakwa melarikan diri, atau menghilangkan alat bukt menahan sebagai dasar penahanan tersangka atau terdakwa. Selain itu masalah diskresi ini pun dapat dilihat dalam aturan MA, dimana tidak ada batas waktu yang jelas bagi hakim agung untuk menyelesaikan suatu perkara. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu pembatasan atas penggunaan diskresi bagi aparat penegak hukum dan hakim. Selain itu, untuk menutup peluang penyalahgunaan wewenang, pengaturan tentang diskresi yang teknis, baik itu standard operation procedure (SOP), buku pedoman, Prosedur Tetap atau istilah lainnya, penting sebagai dasar untuk menilai performance dan perilaku aparat penegak hukum dan hakim. Bisa disimpulkan diskresi adalah wewenang bagi penegak hukum untuk mengambil keputusan sepihak atas dasar penilaian diri. Sayangnya pelaksanaan di jalanan menjadikan istilah ini berkonotasi negatif karena bisa menyimpang menjadi korupsi. c. Beleid (Kebijakan) Di samping membuat keputusan dan peraturan Alat Administrasi Negara juga mengeluarkan produk hukum yang dikenal dengan sebutan pseudo wetgeving atau peraturan-peraturan kebijakan yang sering juga dikenal dengan nama peraturan perundang-undangan semu. Hal ini dilakukan oleh Alat Tata Usaha Negara untuk menempuh berbagai langkah kebijaksanaan tertentu. Produk ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan asas freies ermessen. Bentuknya bisa berujud Pedoman, Surat Edaran yang mengumumkan kebijakan tertentu. Suatu peraturan kebijakan pada hakekatnya merupakan produk dari perbuatan Alat Tata Usaha Negara yang bertujuan menampakkan kebijaksanaan/kebebasan bertindak (freies ermessen) secara tertulis, namun tanpa disertai kewenangan untuk membuat peraturan dari si pembuat kebijakan tersebut. d. Openbald Dienst (Jawatan) Jawatan adalah kesatuan organisasi aparatur pemerintah yang mencakup tugas pemerintahan yang bulat dan merupakan kesatuan anggaran negara tersendiri. Sebagai subyek hukum, maka hak yang dimiliki jawatan adalah memiliki dan menguasai kekayaan negara/daerah. Oleh karena itu jawatan berkewajiban memlihara dan menyimpan kekayaan negara/daerah. Dalam kaitan itu setiap barang yang dibeli, dipergunakan dan disimpan oleh jawatan selalu dicantumkan pada barang itu label yang bertuliskan Milik Negara. Dan pembelian atas barang itu dilakukan atas nama negara.

-2-

e. Tindak Administrasi Dalam melakukan aktifitasnya, pemerintah melakukan dua macam tindakan, tindakan biasa (feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum (rechtshandeli-ngen). Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk dikemukakan adalah tindakan dalam katagori kedua, rechtshandelingen. Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan. Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut :

Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam kedudukannya sebagai Penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen) dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri; Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan; Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi; Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

-3-

Anda mungkin juga menyukai