Anda di halaman 1dari 4

Pannavaro Merdeka Lahir Bathin

Merdeka Lahir Batin


oleh: Sri Paññavaro Sanghanâyaka Thera

Ada pendapat yang mengatakan: Di atas kemerdekaan itulah kita


Kalau kita bisa memenuhi semua membangun bangsa dan negara
keinginan nafsu indria dengan sendiri dengan landasan Pancasila.
sebebas-bebasnya, itulah bebas
merdeka. Apakah benar demikian? Negara kita adalah negara yang
Tidak. Sama sekali tidak! Bahkan merdeka penuh. Negara merdeka yang
sebaliknya. Sebab, nafsu indria yang sejati. Sejati, karena kamerdekaan ini
dipuasi dengan sebebas-bebasnya bukan hadiah bangsa penjajah. Tetapi,
akan membuat ketagihan. Ketagihan kemerdakaan yang berhasil kita capai
mengakibatkan kemelekatan. Melekat dengan perjuangan mati-matian, dan
pada kenikmatan. Dan dalam kemudian di atasnya kita bangun
ketagihan itu, tidak mungkin ada negara sentosa-sejahtera dengan
kepuasan. landasan yang jelas dan universal,
yaitu: Pancasila.
Berpangkal pada uraian di atas, pada
kesempatan ini marilah kita Sebagai warga negara, kita harus
membicarakan tentang: Kemerdekaan merasa bahagia karena kita hidup
Lahir Batin. Pada tanggal bersejarah dalam negara yang merdeka. Inilah
17 Agustus nanti, telah 47 tahun kemerdekaan kita yang merupakan
proklamasi kemerdekaan. Ini berarti kebahagiaan lahir yang telah kita
sejak 47 tahun yang lalu, sejak 17 peroleh dan kita pertahankan untuk
Agustus 1945 kita telah berdaulat selama-lamanya. Kemerdekaan lahir
penuh atas tanah tumpah darah kita. itu, adalah kondisi paling baik yang
Kita mengatur dan merencanakan memungkinkan kita untuk menghayati
pembangunan tanah air sendiri dengan ajaran agama, menghayati Dharma
bebas merdeka, tanpa rasa takut pada dengan tenang untuk mencapai
kekuasaan bangsa lain. kemerdekaan batin menuju
terwujudnya hidup bahagia yang utuh
Tetapi sebelum itu, selama kurang sebagai makhluk manusia.
lebih 350 tahun, 3 1/2 abad, tanah air
kita tercinta dijajah oleh bangsa- Marilah kita renungkan bersama:
bangsa asing. Mereka menguasai Kalau seandainya kita hidup dalam
rakyat dan negara ini, mengeduk dan negara yang terjajah, kemungkinan
mengangkut kekayaan dengan sepuas- untuk membangun kebahagiaan batin
puasnya. Dengan segala cara mereka menjadi terjepit. Mengapa demikian?
membujuk, merampas, dan menindas. Tidak lain karena kita harus
menggunakan lebih dahulu setiap
Akhirnya masa gelap yang cukup kesempatan untuk berjuang mengusir
panjang dalam cengkeraman penjajah penjajah, memerdekakan tanah air.
itu telah berhasil kita usir untuk Dalam suasana terjajah, tertindas,
selama-lamanya. Pada saat 17 miskin, melarat dan segala macam
Agustus 1945 kita bertekad bulat dan kesengsaraan; maka sunguh sulit
sekaligus menyatakan kepada seisi membangun batin.
dunia ini, bahwa kita telah merdeka.

Hal 1 dari 4
Pannavaro Merdeka Lahir Bathin

Tetapi juga harus diingat: meskipun kemiskinan, kemelaratan, dan


kita hidup di negara merdeka, kalau kesengsaraan. Sang buddha
negara itu tidak menjamin kehidupan menyatakan bahwa keadaan maju dan
beragama, kalau negara tidak makmur seperti itu adalah termasuk
mempunyai dasar keyakinan terhadap salah satu kebahagiaan, yaitu
Tuhan, bahkan memusuhi; maka tidak kebahagiaan yang disebut: Bhoga
mungkin juga kita bisa menghayati Sukha. Tetapi kalau kita mengabaikan
ajaran agama dengan tenang. Ini batin, kalau kita tidak memerdekakan
berarti, sungguh sulit kita membangun dan membangun batin; batin ini akan
kebahagiaan batin. Sungguh sulit kita menjadi bumerang bagi kita. Batin
memerdekakan batin kita. yang tidak terurus akan menyebabkan
timbulnya bermacam-macam
Dengan demikian, kita harus merasa keruwetan. Batin yang demikian
bahagia karena kita hidup dalam menjadi sumber penderitaan dan
negara merdeka. Kita bahagia dengan kekacauan, baik bagi dirinya sendiri
sadar, bukan dibuat-buat. Babagia, maupun bagi orang lain. Inilah musuh
oleh karena dalam negara merdeka, pembangunan, inilah penghancur hasil
dalam negara Pancasila ini kerja yang telah dicapai.
memungkinkan kita membangun lahir
dan batin dengan seluas-luasnya dan Sekarang, tentunya timbul pertanyaan
setinggi-tingginya. Membangun lahir dalam diri kita: Apakah sesungguhnya
batin, sejahtera seutuhnya, berarti: batin kita ini belum merdeka? Kadang-
Merdeka Lahir Batin. Oleh karena itu, kadang kita tidak sadar, bahwa pikiran
marilah kita ingat sampai ke dasar atau batin ini sering, bahkan sangat
lubuk hati, bahwa di samping sering, dikendalikan oleh penjajah.
membangun sarana-sarana kehidupan Dan, siapakah sesungguhnya penjajah
yang memang sangat kita perlukan; itu? Tidak lain adalah: nafsu serakah,
memerdekakan batin adalah rasa benci dan keakuan. Dari serakah,
perjuangan yang sama sekali tidak benci, dan rasa aku, muncul lagi
boleh ditinggalkan. Inilah bermacam-macam penjahat, seperti:
sesungguhnya perjuangan yang iri hati, dendam, sombong, congkak,
merupakan tuntutan setiap insan. dan segala macam.

Tetapi sering timbul pertanyaan: Sering kita mengambil keputusan


Mengapa kita harus memerdekakan tanpa dasar pertimbangan yang benar.
batin ini; mengapa kita harus Kita memutuskan untuk melakukan ini
membangun batin kita? Apakah atau itu karena dorongan balas
kemerdekaan lahir belum cukup? dendam atau karena iri hati. Pada saat
Apakah kebahagiaan lahir, cukup seperti itu semua keyakinan agama
sandang, cukup pangan, dan lenyap. Tidak ingat Hukum Karma,
masyarakat sehat, masih belum tidak sadar bahwa semua perbuatan
cukup? Memang kita perlu sekali jahat pasti berakibat penderitaan.
kemerdekaan lahir seperti telah Pada saat itulah pikiran kita sedang
diuraikan di depan. Memang kita perlu dijajah. Dijajah oleh serakah dan
kebahagiaan lahir, dan Sang Buddha benci. Benci itu membuat buta,
sendiri menganjurkan itu. sedangkan serakah membuat silau.

Dengan kebahagiaan lahir, cukup Penjajah pikiran yang paling halus dan
materi, kita menjadi bangsa yang paling licin adalah: keakuan. Rasa
berdiri sama tinggi dengan bangsa- keakuan mendatangkan serakah dan
bangsa lain di dunia pembangunan ini. benci. Keakuan adalah induk segala
Kita tidak terbelakang. Kita bebas dari macam kejahatan. Dalam kitab

Hal 2 dari 4
Pannavaro Merdeka Lahir Bathin

Dhammapada 251, Sang Buddha macam kejahatan. Seharusnya kita


menyatakan: sadar bahwa semua itu akan
mengakibatkan penderitaan pada diri
"Tiada api yang dapat menyamai kita sendiri. Dalam Dhammapada 69
nafsu, Tiada penindas yang dapat dinyatakan:
menyamai kebencian, Tiada jaring
yang dapat menyamai keakuan, dan "Selama buah suatu perbuatan jahat
Tiada arus yang sederas arus nafsu belum masak, maka orang bodoh
keinginan". menganggapnya nikmat, manis seperti
madu; tetapi apabila buah perbuatan
Sering kita mendengar: Kalau keakuan itu telah masak, maka ia akan
dilenyapkan bukankah manusia merasakan penderitaan".
kemudian menjadi lemah, bukankah
manusia kemudian menjadi kehilangan Ajaran-ajaran agama tidak henti-
semangat, menjadi statis, menjadi bentinya mengingatkan kita untuk
loyo? Jawabannya adalah: Tidak! menyadari bahaya dan serakah, benci,
Sama sekali tidak! Bahkan sebaliknya, dan keakuan. Demikian juga dalam
kalau keakuan berhasil dilenyapkan, kesempatan ini, saya tidak akan bosan
kita bisa bekerja dengan maksimal menyampaikan ajakan: Marilah kita
tenang. Bekerja dengan diliputi rasa waspada terhadap serakah, benci, dan
damai. Karena kita bekerja tanpa keakuan. Jangan berikan mereka
menuntut ini dan menuntut itu. kesempatan untuk berkembang.
Bekerja semata-mata demi hasil yang
baik, dan puas dengan hasil itu. Menaklukkan diri sendiri merupakan
Dengan tanpa keakuan, kita akan pangkal semua ajaran agama.
mampu: rame inggawe, sepi Menaklukkan diri sendiri adalah
ingpamrih (semangat dalam bekerja, menaklukkan serakah, benci, dan
sepi dalam pamrih). keakuannya sendiri. Dhammapada 103
dan 104 merupakan ayat-ayat yang
Demikianlah musuh-musuh dalam cukup terkenal:
pikiran kita sendiri: serakah, benci,
dan keakuan. Kalau tidak disadari, "Walaupun seribu kali seseorang dapat
bahkan kalau tidak diatasi; penjajah menaklukkan seribu musuh dalam
pikiran itu akan mempengaruh semua satu pertempuran; tetapi, meskipun
ucapan dan perbuatan. Ucapan dan seseorang hanya dapat menaklukkan
perbuatan kita menjadi ucapan dan dirinya sendiri, maka sesungguhnya
perbuatan jahat yang merugikan kita dialah seorang penakluk yang
sendiri dan juga merugikan orang lain. terbesar".
Serakah, benci, dan keakuan
menuntut pemuasan nafsu indria "Menaklukkan diri sendiri
sepuas-puasnya. Memang dengan sesungguhnya lebih baik daripada
jujur kita akui, bahwa serakah, benci, menaklukkan makhluk-makhluk lain;
dan keakuan yang kita turuti orang yang telah menaklukkan dirinya
tuntutannya, akan mendatangkan sendiri selalu mengendalikan diri".
kenikmatan. Kenikmatan itu kemudian
membuat ketagihan. Sedangkan dalam
Ungkapan hikmah tentang
ketagihan, tidak ada kepuasan lagi.
menaklukkan diri sendiri tersebut
Ketagihan tidak pernah mengenal
meskipun diungkapkan dengan kalimat
puas. Dari serakah, benci, dan
lain, terdapat juga pada hampir semua
keakuan, timbullah: jengkel, cekcok,
ajaran agama. Mengapa demikian?
pertengkaran, ketidak-jujuran,
Oleh karena persoalan serakah, benci,
korupsi, peperangan, dan segala
dan kegelapan batin; bukan hanya

Hal 3 dari 4
Pannavaro Merdeka Lahir Bathin

persoalan umat Buddha saja. Bebasnya pikiran dari serakah, benci,


Persoalan penderitaan dan dan keakuan itulah kebahagiaan sejati.
kebahagiaan hidup adalah persoalan Pikiran bebas merdeka dari pengaruh-
kita bersama. Masalah kehidupan pengaruh jahat hawa-nafsu. Marilah
adalah masalah semua umat kita bersama-sama berjuang tanpa
beragama. kenal menyerah. Berjuang untuk
mengusir penjajah pikiran kita, demi
Empat puluh tujuh tahun kita telah terwujudnya masyarakat Pancasila
menikmati kemerdekaan, tetapi yang sejahtera seutuhnya, lahir dan
jangan sampai lupa, kitapun harus batin. Merdeka lahir dan batin!
memerdekakan pikiran kita sendiri.
Memerdekakan pikiran dari serakah, Dhammapada 112 menyatakan:
benci, dan keakuan. Dalam mengisi
kemerdekaan bangsa, mengamalkan "Walaupun seseorang hidup seratus
Pancasila dengan membangun tahun, tetapi malas, tidak
seutuhnya, lahir batin, memerdekakan bersemangat; maka sesungguhnya,
pikiran adalah faktor paling utama. lebih baik kehidupan yang hanya
Tanpa adanya usaha memerdekakan sehari saja dari orang yang berjuang
pikiran dari serakah, benci, dan dengan penuh semangat".
keakuan, kita akan menjadi manusia
jahat di tengah-tengah bangsa yang DIRGAHAYU KEMERDEKAAN.
sedang membangun. Dan lebih-lebih
lagi, kejahatan yang kita lakukan akan
DIRGAHAYU INDONESIA.
menghancurkan hidup kita sendiri
dalam dunia ini, maupun dalam dunia
yang akan datang. ***

Sumber:
BUDDHA CAKKHU No.26/XIII/92; Yayasan
Dhammadipa Arama.

******&&&&&&******

Hal 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai