Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Teori behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respon-respon menurut prinsip-prinsip , mekanistik.
Kesimpulan Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan perbedaan antara teori belajar konstruktifis dengan teori belajar behavior terletak pada kontribusi atau keaktifan siswa dalam belajar. Dimana menurut teori konstruktivis siswa diarahkan dan dituntut untuk mampu mengembangkan informasi atau pengetahuan yang telah ia ketahui dari gurunya, mampu berkreasi dan aktif mencari informasi lain yang lebih baik dari pengetahuan atau informasi yang telah ia ketahui sebalumnya. Disini guru sebagai fasilitator dan pembimbing, selebihnya siswa harus mampu mencari dan belajar dari pengalamannya sendiri juga mampu menerapkan pemikiran-pemikirannya sendiri. Sedangkan menurut teori behavior, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, sehingga guru sendiri yang membuat tahap-tahap tertentu dalam proses pembelajaran lalu siswa harus mengikuti tahapan tersebut secara teratur agar mencapai tujuan bahwa siswa dapat berprilaku sesuai yang diharapkan guru. Jarang diberi kesempatan untuk mengeksplor kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa, sehingga proses belajar berjalan pasif. Menurut saya, teori yang dianut oleh pendidikan Indonesia saat ini adalah teori konstruktifis. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa sekolah dan guru diberi kebebasan menentukan strategi pembelajaran, mengatur proses pembelajaran di sekolah, juga siswa diarahkan untuk tidak terus disuapi ilmu oleh guru, melainkan harus mampu mencari dan menambah pengetahuan atau informasi sendiri untuk mendukung proses belajarnya.