Anda di halaman 1dari 2

Tugas 1 BPF

Lintang Ratri Prastika 0905798

Teori Belajar Konstruktivist


Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8). Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8). Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Teori Belajar Behavioristik


Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik

yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Teori behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respon-respon menurut prinsip-prinsip , mekanistik.

Kesimpulan Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan perbedaan antara teori belajar konstruktifis dengan teori belajar behavior terletak pada kontribusi atau keaktifan siswa dalam belajar. Dimana menurut teori konstruktivis siswa diarahkan dan dituntut untuk mampu mengembangkan informasi atau pengetahuan yang telah ia ketahui dari gurunya, mampu berkreasi dan aktif mencari informasi lain yang lebih baik dari pengetahuan atau informasi yang telah ia ketahui sebalumnya. Disini guru sebagai fasilitator dan pembimbing, selebihnya siswa harus mampu mencari dan belajar dari pengalamannya sendiri juga mampu menerapkan pemikiran-pemikirannya sendiri. Sedangkan menurut teori behavior, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, sehingga guru sendiri yang membuat tahap-tahap tertentu dalam proses pembelajaran lalu siswa harus mengikuti tahapan tersebut secara teratur agar mencapai tujuan bahwa siswa dapat berprilaku sesuai yang diharapkan guru. Jarang diberi kesempatan untuk mengeksplor kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa, sehingga proses belajar berjalan pasif. Menurut saya, teori yang dianut oleh pendidikan Indonesia saat ini adalah teori konstruktifis. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa sekolah dan guru diberi kebebasan menentukan strategi pembelajaran, mengatur proses pembelajaran di sekolah, juga siswa diarahkan untuk tidak terus disuapi ilmu oleh guru, melainkan harus mampu mencari dan menambah pengetahuan atau informasi sendiri untuk mendukung proses belajarnya.

Anda mungkin juga menyukai