Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MASALAH PERILAKU PENYAKIT KEJANG PADA ANAK

ADITHA VANIADEVI ARINI MELISA AUDRA HUMAIRA IKA HERTIN ATMADJA KARIMA AL-HABSYI LUGINA PRATIVI NIA DANIATI NOVI ANDRIANI NURUL KHASANAH TRI LESTARI YUKITRI NOVRIANDITA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2011

PENYAKIT KEJANG PADA ANAK


I. TINJAUAN MEDIS
Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Sekitar 2-5% anak berusia enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam, namun tidak sampai menginfestasi otak anak. Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat.

1.1 KRITERIA KEJANG


Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang atau serangan yang menyerupai kejang. Perbedaan diantara keduanya adalah pada tabel di bawah ini :

Keadaan Onset Lama serangan Kesadaran Sianosis Gerakan ekstremitas Stereotipik serangan Lidah tergigit atau luka lain Gerakan abnormal bola mata Fleksi pasif ekstremitas Dapat diprovokasi Tahanan terhadap gerakan pasif Bingung pasca serangan Iktal EEG abnormal Pasca iktal EEG abnormal

Kejang Tiba-tiba Detik/menit Sering terganggu Sering Sinkron Selalu Sering Selalu Gerakan tetap ada Jarang Jarang Hampir selalu Selalu selalu

Menyerupai Kejang Mungkin gradual Beberapa menit Jarang terganggu Jarang Asinkron Jarang Sangat jarang Jarang Gerakan hilang Hampir selalu Selalu Tidak pernah Hampir tidak pernah Jarang

Sumber: Smith dkk (1998).

Langkah selanjutnya, adalah mencari penyebab kejang. Penentuan faktor penyebab kejang sangat menentukan untuk tatalaksana selanjutnya, karena kejang dapat diakibatkan berbagai macam etiologi. Adapun etiologi kejang yang tersering pada anak adalah sebagai berikut : Kejang demam Infeksi: meningitis, ensefalitis Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan metabolik bawaan Trauma kepala Keracunan: alkohol, teofilin Penghentian obat anti epilepsi gangguan

1.2 CIRI-CIRI KEJANG :


Kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit, bola mata berbalik ke atas. Gigi terkatup. Muntah Tak jarang si anak berhenti napas sejenak Pada beberapa kasus tidak bias mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil. Pada kasus berat, si anak kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

1.3 PENANGANAN KEJANG


Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang

masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut :

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat Pemberian oksigen melalui face mask Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia.

II. ANALISIS MASALAH PERILAKU 2.1 PERILAKU MASYARAKAT YANG MENDUKUNG KESEHATAN
a. Pengetahuan : Penyebab kejang adalah panas yang tinggi. b. Perilaku : Membeli obat di warung berupa bodrexin, kemicitin dan berobat ke Puskesmas.

Pada tinjauan kedua aspek tersebut baik dari segi pengetahuan maupun perilaku, keduanya merupakan suatu perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan. Pada point (a) masyarakat telah memiliki pengetahuan bahwasanya penyakit kejang pada anak disebabkan oleh panas yang tinggi, sedangkan pada point (b) merupakan contoh perilaku masayarakat yang positif karena masyarakat telah berusaha untuk membeli obat-obatan/berobat ke Puskesmas. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam ruang lingkup masyarakat tersebut telah ada upaya promosi kesehatan karena mereka telah mengenal beberapa macam obat yang dapat meurunkan panas.

2.2 PERILAKU MASYARAKAT YANG TIDAK MENDUKUNG KESEHATAN a. Pengetahuan : Penyebab kejang adalah kesambet atau kena sawan.
b. Kepercayaan: Adanya gangguan setan dan guna-guna

c. Perilaku

: Menutup muka bayi dengan jaring, memasukkan ke bawah kolong tempat tidur, menyiramnya dengan air.

Ketiga point tersebut merupakan perilaku masyarakat yang tidak mendukung kesehatan. Mereka memiliki pengetahuan yang masih kuno dengan berpegang teguh pada pendapatnya bahwa penyebab kejang adalah kesambet atau kena sawan. Pengetahuan seperti ini mungkin didapatnya dari orang-orang sekitarnya yang kurang pendidikan dan kurang informasi tentang perkembangan medis. Pada point (b) memiliki kepercayaan bahwa kejang disebabkan oleh setan dan guna-guna. Kepercayaan seperti ini mungkin didapatkan dari warisan nenek moyang mereka atau dukun yang menganggap adanya campur tangan makhluk gaib (setan) sehingga menyebabkan si anak kejang. Sedangkan perilaku pada point (c) merupakan tindakan yang tidak etis karena dengan menyiram muka anak dengan air serta memasukkannya ke dalam kolong merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan justru akan memperburuk kondisi anak.

2.3 PERILAKU MASYARAKAT YANG NETRAL


Pengetahuan : Penyakit datangnya tiba-tiba sehingga tidak bisa dicegah. Pengetahuan masyarakat seperti itu tidak bias kita salahkan juga, karena pada umumnya penyakit datangnya secara tiba-tiba dan tidak dapat kita prediksi. Biasaya setelah terjadi kejadian/penyakit, kita baru akan mengambil tindakan, misalnya dengan pengobatan. Sehingga upaya pencegahannya pun tidak efektif.

2.4 PERILAKU YANG DIHARAPKAN


a. Masyarakat lebih terbuka pikirannya terhadap perilaku kesehatan. b. Anak yang sakit kejang kejang hendaknya langsung dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

2.5

SUMBER

DAYA

YANG

DIPERLUKAN

UNTUK

PERILAKU

YANG

DIHARAPKAN
a. Memberikan penyuluihan kepada tokoh masyarakat dan kepala desa untuk memudahkan penyampaian ke masyarakat. b. Menyiapkan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana yang memadai. c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa setempat.

2.6 SUMBER DAYA YANG DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK PERILAKU YANG DIHARAPKAN
a. Petugas Kesehatan yang ada di Puskesmas b. Kader Posyandu c. Dukun d. Tokoh Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
www.pediatrik.com/tips/20060220-r9k8mu-tips.doc (diakses pada tgl 22 Maret 2011,

pkl 09:05)
http://health.detik.com/read/2010/03/02/153007/1309535/764/pertolongan-pertama-

untuk-anak-kejang-kejang (diakses pada tgl 22 Maret 2011, pkl 09:10)


http://kautsarku.wordpress.com/2009/08/11/mengatasi-kejang-pada-bayi-dan-balita/

(diakses pada tgl 22 Maret 2011, pkl 09:15)


http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/ (diakses pada

tgl 28 Maret 2011, pkl 19.00)


http://jalursehat.com/artikel/penyakit/kejang-kejang.html (diakses pada tgl 28 Maret

2011, pkl 19.00)


http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html (diakses pada tgl 28 Maret 2011, pkl

19.00)
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/kejang_pada_anak.pdf

(diakses pada tgl 28 Maret 2011, pkl 19.00)

Anda mungkin juga menyukai