PEMBAHASAN
a. Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Mikroba
Suhu mempengaruhi pertumbuhan dari mikroba. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa suhu optimum pertumbuhan Bacillus subtilis adalah pada suhu 37oC, yaitu suhu dimana pertumbuhan mikroba sangat cepat. Dari ketiga suhu yang dikondisikan sedemikian rupa, yaitu inkubasi pada suhu 3 4oC dalam lemari es selama 24 jam, serta inkubasi pada suhu 37oC dan 55oC dalam inkubator selama 24 jam didapatkan bahwa jumlah koloni terbanyak tumbuh pada media Nutrient Agar miring 5mL yang diinkubasikan pada suhu 37oC dalam inkubator. Koloni yang tumbuh berbentuk serupa tasbih. Pada suhu 55oC, tidak ada satu koloni pun yang tumbuh pada media Nutrient Agar miring 5mL. Pada suhu tinggi enzim mengalami perubahan struktur (terdenaturasi) sehingga Bacillus subtilis tidak dapat memecah substrat. Selain itu protein penyusun membran sel juga rusak sehingga kondisi sel tidak normal dan transpor zat menjadi terhambat. Sebaliknya pada suhu rendah enzim menjadi inaktif. Sebenarnya, sel mikroba tersebut tidak mati tetapi hanya tidak tumbuh atau tidak bermetabolisme. Mungkin saja pertumbuhannya sangat lambat dan tidak dapat terlihat oleh mata karena pembentukan koloninya sangat lambat. Pengamatan pada mikroba Eschericia coli serta Staphylococcus aureus menunjukkan hasil yang sama, yaitu pertumbuhan mikroba paling cepat pada suhu 37oC. Sebaliknya inkubasi pada suhu 5oC dalam inkubator serta inkubasi pada suhu 55oC dalam inkubator kedua mikroba tidak tumbuh. Kedua mikroba, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, berbeda pada bentuk koloni yang tumbuh pada media Nutrient Agar miring 5mL. Bentuk koloni Escherichia coli yang tumbuh pada media Nutrient Agar miring 5mL serupa titik titik. Sedangkan bentuk koloni Staphylococcus aureus yang tumbuh pada media Nutrient Agar miring 5mL serupa titik-titik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus termasuk dalam golongan bakteri mesofilik karena dapat tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC.
b. Pengaruh Penyinaran Ultraviolet terhadap Pertumbuhan Mikroba
Dari hasil pengamatan pertumbuhan koloni dari sampel air kran yang disinari sinar ultraviolet selama 15 menit, 30 menit, dan tidak disinari diketahui bahwa koloni yang tumbuh pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang dikenai sinar ultraviolet selama 30
menit jumlahnya sangat sedikit. Jumlah yang sangat sedikit dari pertumbuhan koloni ini disebabkan karena sinar ultraviolet menyerang timin yang ada pada DNA dan RNA mikroba. Sinar ultraviolet menyerang bahan tersebut karena bahan tersebut sangat reaktif terhadap sinar ultraviolet terutama dalam bentuk dimer, artinya antara timin satu dengan timin lainnya saling berikatan kovalen sehingga mempengaruhi pembacaan kode genetik dan akhirnya terjadi perubahan sifat genetik (mutasi). Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan koloni yang semakin sedikit seiring dengan berkurangnya waktu penyinaran dengan menggunakan sinar ultraviolet. Pada blanko (+), lempeng Nutrient Agar 10mL tidak dikenai sinar ultraviolet dan hanya diberi media serta sampel air kran, koloni yang tumbuh sangat banyak. Kemudian pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang dikenai sinar ultraviolet selama 15 menit, koloni tetap ada yang tumbuh walaupun jumlah-nya tidak sebanyak koloni yang tumbuh pada blanko (+). Dan pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang dikenai sinar ultraviolet selama 30 menit, sangat sedikit jumlah mikroba yang tumbuh. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada blanko (-) tidak terdapat koloni yang tumbuh. Blanko (-) berfungsi sebagai pembanding dan hanya diberi media Nutrient Agar 10mL tanpa diberi sampel air kran serta tidak dikenai sinar ultraviolet. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinar Ultraviolet mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Karena semakin lama penyinarannya, maka jumlah mikroba yang tumbuh akan semakin berkurang.
c. Pengaruh Tekanan Osmosis terhadap Pertumbuhan Mikroba
Bakteri Escherichia coli Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan koloni Escherichia coli pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang diinkubasikan selama 1 jam paling banyak dalam larutan Natrium Klorida (NaCl 0,3%), lalu dalam larutan Natrium Klorida (NaCl 3%) koloni yang tumbuh cukup banyak, namun tidak sebanyak koloni yang tumbuh pada larutan Natrium Klorida (NaCl 0,3%). Dan koloni tumbuh paling sedikit pada larutan Natrium Klorida (NaCl 30%).kondisi yang hampir sama juga terjadi pada lempeng Nutrient Agar yang diinkubasi selama 24 jam. Koloni paling banyak tumbuh pada larutan NaCl 0,3%. Sedangkan pada larutan NaCl 3% jumlahnya semakin menurun. Dan dalam larutan NaCl 30% tidak ada pertumbuhan koloni. Pertumbuhan koloni yang cepat juga terjadi pada blanko + (sektor lempeng Nutrient Agar yang diinokulasi dengan 1 ose kultur murni Escherichia coli). Sedangkan pada sektor yang tidak diinokulasi dengan
Escherichia coli, disebut blanko negatif, ada sedikit pertumbuhan mikroba karena tercemar oleh blanko (+). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bakteri Escherichia coli termasuk dalam golongan bakteri non halofilik. Hal ini ditandai dengan semakin berkurangnya jumlah koloni yang tumbuh seiring dengan meningkatnya konsentrasi garam. Bakteri Bacillus subtilis Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan koloni Bacillus subtilis pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang diinkubasikan selama 1 jam paling banyak dalam larutan Natrium Klorida (NaCl 0.3%), lalu dalam larutan Natrium Klorida (NaCl 3%) koloni Bacillus subtilis tidak ada yang tumbuh. Dan ada sedikit pertumbuhan koloni dalam larutan NaCl 30%. Hal yang sam juga terjadi dengan hasil pengamatan pada lempeng Nutrient Agar 10mL yang diinkubasikan selama 24 jam, koloni Bacillus subtilis tumbuh cepat dalam larutan Natrium Klorida 0,3%. Sedangkan dalam larutan NaCl 30% pertumbuhan koloni tidak sebanyak pertumbuhan koloni dalam larutan NaCl 0.3%. Dan tidak ada pertumbuhan koloni satupun dalam larutan NaCl 3%. Pertumbuhan koloni yang cepat juga terjadi pada blanko (+) (sektor lempeng Nutrient Agar yang diinokulasi dengan 1 ose kultur murni Bacillus subtilis). Sedangkan pada sektor yang tidak diinokulasi dengan Bacillus subtilis, disebut blanko negatif, pertumbuhan mikroba sedikit karena tercemar oleh blanko (+). Seharusnya, bakteri Bacillus subtilis termasuk dalam golongan bakteri ekstrim halofilik yaitu bakteri yang tumbuh pada konsentrasi garam yang tinggi, namun teori ini bertentangan dengan hasil pengamatan. Hal ini dapat disebabkan karena hasil praktikum yang kurang jelas karena bakteri yang digoreskan menyebar pada sektor sektor lainnya sehingga sulit untuk diamati. JAWABAN PERTANYAAN A. Pengaruh suhu
1. Sebutkan tiga spesies bakteri yang digunakan dalam percobaan pengaruh
2. Sebutkan 3 golongan suhu untuk pertumbuhan mikroba! a. Suhu pertumbuhan minimum b. Suhu pertumbuhan optimum c. Suhu pertumbuhan maksimum
3. Jelaskan bagaimana pertumbuhan mikroba apabila ditumbuhkan pada suhu kurang dari suhu minimal dan lebih dari suhu maksimal pertumbuhannya! Mikroba menjadi inaktif karena:
Lemak pada dinding sel memadat (pepermeabilitas turun),transfer nutrisi lebih lambat reaksi metabolisme terhambat.
Pertumbuhan mikroba bila ditumbuhkan pada suhu lebih dari suhu maksimal:
Denaturasi enzim (perubahan struktur ikatan peptida, disulfida, hidrogen ) sehingga mikroba mati
4. Sebutkan alat/tempat inkubasi yang digunakan untuk memperoleh suhu inkubasi mikroba, seperti yang terera pada tabel sebagai berikut: Suhu (T) Suhu 4-8 oC Suhu 37 oC Suhu 55 oC Alat dan tempat inkubasi Refrigerator Inkubator suhu 37oC Inkubator suhu 55oC
5. Dari ke-3 macam bakteri yang ditumbuhkan pada berbagai suhu inkubasi, kisaran suhu inkubasi berapa yang paling baik untuk pertumbuhannya? Berikan penjelasan.
Escherichia coli tumbuh optimum pada suhu 37oC. Range pertumbuhannya 846oC
Staphylococcus
aureus
tumbuh
optimum
pada
suhu
35oC.
Range
pertumbuhannya 15-40oC.
6. Dari ke-3 macam bakteri yang digunakan pada percobaan pengaruh suhu,
Bacillus,sp mungkin dapat tumbuh pada suhu inkubasi 55oC, jelaskan mengapa demikian? Bacillus,sp adalah bakteri yang memiliki endospora/spora yang membuatnya mampu bertahan dalam keadaan kritis(suhu tinggi).
B. Pengaruh sinar UV
1. Apa yang dialami bakteri jika disinari dengan sinar Ultraviolet? Jelaskan artinya
Mutasi, mati, pertumbuhannya terhambat. Pertumbuhan terhambat : sinar radiasi terionisasi menjadi radikal bebas, radikal bebas bersifat reaktif sehingga dapat merusak jaringan, kematian karena kerusakan jaringan terus menerus, mutasi karena susunan DNA berubah membentuk timin dimer (terjadi ikatan kovalen antara 2 basa timin yang berdekatan karena sinar UV , sehingga basa timin rusak kemudian dihilangkan dari tubuh
2. Sebutkan 4 faktor yang mempengaruhi kematian mikroba akibat sinar ultraviolet Lensa kontak Intensitas cahaya (panjang gelombang cahaya)
3. Dari hasil pertumbuhan koloni bakteri dari sampel air sumur dan air PAM yang
disinari dengan sinar Ultraviolet selama 15 dan 30 menit, bagaimana hasil yang diperoleh dari praktikum dibandingkan dengan teori atau pustaka? Sampel UV 15 Air kran ++ Pertumbuhan UV 30 + Blanko (+) +++ Blanko (-)
Hasil praktikum sudah sesuai jika dibandingkan dengan dasar teori, yaitu semakin lama penyinaran UV dilakukan maka jumlah bakteri yang tumbuh semakin sedikit.
4. Bagaimana perbedaan kandungan mikroba yang terdapat pada air sumur dan air PAM tanpa dan dengan perlakuan sinar UV? Berikan penjelasan. Perbedaan kandungan mikroba air kran tanpa dan dengan perlakuan penyinaran sinar UV.Air kran yang tidak diberi perlakuan, mikrobanya lebih banyak sedangkan air kran yang diberi perlakuan dengan penyinaran sinar UV,jumlah mikrobanya lebih sedikit.Air kran yang disinari sinar UV lebih lama, jumlah mikroba lebih sedikit karena semakin lama penyinaran semakin banyak bakteri yang mengalami mutasi,kematian ,maupun laju pertumbuhannya terhambat.
Photoreactivition
adalah
pulihnya
kembali
pertumbuhan
bakteri
karena
C. Tekanan osmosis 1. Sebutkan 3 sifat larutan terhadap kelangsungan hidup mikroba a. Isotonis Konsentrasi solute lingkungan sama dengan cairan sel. b. Hipertonis Tekanan osmotic lingkungan lebih rendah daripada cairan sel, cairan sel lebih pekat daripada medium sekitar. Mikroba mengalami plasmoptysis c. Hipotonis Tekanan osmotic lingkungan lebih tinggi daripada cairan sel (larutan medium lebih pekat). Mikroba mengalami plasmolysis.
2. Jika tekanan osmosis antara sel dan lingkungan berbeda dapat menyebabkan peristiwa apa? Jika tekanan osmose antara sel dan lingkungan berbeda menyebabkan plasmolysis (hipotonis) dan plasmotisis (hipertonis)
3. Sebutkan 3 macam konsentrasi larutan NaCl yang digunakan dalam praktikum 0,3% ; 3% ; 30%
4. Jelaskan mekanisme kerja pengaruh larutan NaCl dengan konsentrasi sangat tinggi terhadap kelangsungan hidup mikroba? Pengaruh larutan NaCl dengan konsentrasi sangat tinggi maka air dalam sel mengalir keluar dari dalam sel karena tekanan osmosis di dalam sel besar. Pada
sel mikroba, peristiwa ini menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel. Pada sel hewan, peristiwa ini menyebabkan terjadinya krenasi mengkerutnya sel.
5. Sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi tekanan osmose terhadap pertumbuhan mikroba a. Konsentrasi larutan b. Lama kontak c. Jenis bakteri
6. Bandingkan hasil pengaruh tekanan osmose pada larutan NaCl dengan berbagai
tingkat konsentrasi yang terjadi pada Basillus sp dan Escherichia coli. Jelaskan mengapa terjadi perbedaan hasil tersebut.
Pengaruh tekanan osmose pada larutan NaCl dengan berbagai tingkat
konsentrasi NaCl yang terjadi pada Bacillus sp dan Escherichia coli. Pada Escherichia coli, mikroba paling banyak tumbuh pada konsentrasi NaCl 0,3% sedangkan pada Bacillus sp mikroba paling banyak tumbuh pada konsentrasi NaCl 0,3%. Oleh karena itu, bakteri Escherichia coli termasuk dalam golongan bakteri non halofilik karena tumbuh baik pada konsentrasi garam rendah. Sedangkan bakteri Bacillus sp seharusnya termasuk dalam bakteri ekstrim halofilik, namun terdapat kesalahan pengamatan karena hasil praktikum yang kurang baik sehingga pengamatan menjadi tidak teliti.
Untuk ketiga mikroba yang diamati, yaitu Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan
Staphylococcus aureus, suhu yang paling optimum adalah 37oC. b. Pengaruh penyinaran ultraviolet Sinar Ultraviolet mempengaruhi keberadaan mikroba dalam air, yaitu menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba. Semakin lama penyinaran ultraviolet, jumlah mikroba semakin berkurang bahkan tidak ada yang tumbuh. c. Pengaruh tekanan osmosis Konsentrasi garam yang berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan Escherichia coli yang paling cepat dalam larutan NaCl 0,3%. Bakteri Escherichia coli termasuk dalam golongan non halofilik, karena semakin
tinggi konsentrasi garam maka bakteri semakin tidak tumbuh. Konsentrasi NaCl yang tinggi mengakibatkan sel mengalami plasmolisis, yaitu lepasnya membran sitoplasma dari dinding sel
Pertumbuhan Bacillus subtilis yang paling cepat dalam larutan NaCl 0,3%. Bakteri Bacillus subtilis termasuk golongan bakteri ekstrim halofilik, namun terdapat
kesalahan pada hasil pengamatan karena bakteri hasil penggoresan menyebar pada sektor sektor lain.
Pengaruh lingkungan terhadap bakteri Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Suhu Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan: Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30 C, dengan suhu optimum 15 C. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55 C, dengan suhu optimum 25 40 C. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40 75 C, dengan suhu optimum 50 - 65 C Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93 500 C. Kelembapan Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/pengaruhlingkungan LINGKUNGAN PERTUMBUHAN MIKROBA Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik. A. FAKTOR ABIOTIK 1. Suhu a. Suhu pertumbuhan mikroba Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 0C dengan suhu optimum sekitar 15 0C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 15 0C suhu optimum 25-37
0
C dan suhu maksimum 45-55 0C. Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil.
Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40 0C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75
0
C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C dan mempunyai suhu
pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan kedalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30 0C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50 0C (termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil. b. Suhu tinggi Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan memberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang dapatmemetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :
Nama mikroba Escherichia coli Staphylococcus aureus Spora Bacilus subtilis Spora Clostridium botulinum c. Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan metabolisme. Akibat-akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi , adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi)
3. Tekanan osmose Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30%. Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium. Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/ii-lingkungan-pertumbuhan-mikroba.pdf Sinar ultraviolet merupakan pembunuh mikroba yang sangat kuat, dengan panjang gelombang efektif berkisar antara 260 nm (Jay, 1996). Escherchia coli dalam udara dapat mati dalam waktu 10 detik, tetapi dibutuhkan waktu 20 detik untuk membunuh bakteri yang terdapat pada permukaan agar cawan (Frazier, 1978). sumber: http://uppmpolinela.files.wordpress.com/2008/07/efek-sinar-ultraviolet-terhadap-kandungantotal-mikroba-dan-vitamin-c-sari-buah-jeruk-nipis.doc
DAFTAR PUSTAKA