Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dika Indriani NPM : 0906492556 Prodi : Ilmu adm Fiskal

EARMARKED TAX (Earmarking)

Earmarked Tax (Earmarking) adalah pajak yang dipungut untuk tujuan tertentu (spesifik). Dalam sistem earmarking ada suatu sumber penerimaan yang secara transparan dan konsisten dialokasikan untuk keperluan sektor tertentu yang di inginkan. Sumber penerimaan itu harus merupakan sumber penerimaan yang ada dalam sektor tesebut. Ada beberapa keuntungan dari sistem Earmarking tersebut, yaitu lebih transfaran, lebih akuntabilitas, serta lebih terukur ketika akan membedakan tarif. Oleh karena itu, Earmarking lebih cocok diterapkan pada Pajak Daerah, sesuai dengan sistem Otonomi Daerah (desentralisasi) sekarang ini. Ditambah lagi pada UU PDRD, agar didorong supaya Earmarking lebih banyak diterapkan. Pada Earmarking Tax, terdapat dua cara, yaitu supply side tax policy vs revenue productivity. Supply side tax policy maksudnya adalah suatu kebijakan pajak dengan pemotongan pajak atau bantuk lain dari insentif pajak. Dengan diadakannya suatu penurunan atau pemotongan tarif pajak (tax rate rendah), pemerintah bisa mendorong meningkatkan produktifitas. Ketika tingkat produksi mulai meningkat karena turunnya tarif pajak, maka daya beli di masyarakat akan semakin meningkat (harga jual turun) sehingga mengakibatkan penerimaan pemerintah meningkat. Ketika permintaan dan penawaran semakin tinggi, perusahaan memerlukan lebih banyak pekerja untuk memproduksi barangnya, dengan kata lain hal ini juga dapat membantu mengurangi pengangguran. Penerimaan pemerintah akan terus bertambah, baik dari PPN dan PPh. Dimulai sejak perusahaan membeli bahan pokok (direct material) yang dikenakan PPN, memenuhi perlengkapan dan peralatan gudang (FOH), dan kemudian diproses lebih

lanjut untuk dijual ke masyarakat. Ketika dijual maka penyerahan atas BKP nya di kenakan PPN lagi. Pada sisi pegawai (direct labor), ada gaji yang dipotong PPh 21. Implikasi yang didapat pemerintah sangatlah luar biasa hanya karena supply side tax policy yang tidak seberapa. Apabila kita lihat kurva Laffer, untuk mencapai target penerimaan pajak sebesar X maka pememrintah dapat mengenakan tarif pada titik A/B.

Apabila kurva Laffer di gabung dengan supply side tax policy (ceteris paribus).

Anda mungkin juga menyukai