Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan dengan luas wilayah 1.860.359,67 km dan jumlah penduduk 222.051.298 jiwa, menempati urutan ke empat dunia. Indonesia terbagi atas 33 Propinsi, 394 kabupaten, 5263 kecamatan, dan 7113 kelurahan. Jumlah penduduk yang mencapai 222.051.298 tersebut tersebar diseluruh bagian wilayah Indonesia. Negara dengan kelimpahan potensi alam luar biasa dan tersebar hampir merata di seluruh daerah Indonesia, serta memiliki tempat yang cukup luas sebagai lahan pengembangan hayati. Potensi tersebut dapat di eksploitasi secara bijak oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat dengan tidak melupakan revitalisasi sebagai penyemimbang. Usaha Pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat telah banyak dilakukan, beberapa upaya yang digalakkan adalah ditingkatkannya sektor industri, pertanian, pemukiman, serta eksploitasi pengelolaan potensi lokal. Dengan demikian diharapkan taraf hidup masyarakat akan dapat ditingkatkan lagi. Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya lahan dan air serta sumber daya hayati secara produktif dan berkelanjutan. Upaya tersebut merupakan pengamalan dari amanat Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Upaya di bidang pertanian dan kehutanan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan pangan, bahan baku industri, ekspor, dan lapangan kerja dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta menjamin pembangunan yang berkesinambungan. Proses pembangunan

di Jawa Tengah, yang merupakan provinsi agraris menjadikan sektor pertanian yang sangat penting dalam perekonomian nasional dan sebagian besar penduduk di Kabupaten bagian Jawa Tengah hidup di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional Indonesia dan sebagian ekspor Indonesia berasal dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam penyerapan tenaga kerjadan peyediaan kebutuhan pangan dan sandang bagi penduduk (Yuniarto, 2008). Usaha Pemerintah Jawa Tengah untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakatnya melalui eksploitasi potensi lokal di bidang agraris ternyata selain berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata dapat menimbulkan dampak negatif yang lain, diantaranya menyebabkan menurunnya kualitas hayati. Hal tersebut terjadi ketika pemerintah tidak memikirkan mengenai revitalisasi hayati daerahnya, akibatnya galur murni (bibit asli) hayati lokal akan hilang dan terpangkas oleh variasi-variasi baru dari jenis hayati tersebut. Menurut berbagai penelitian dan studi diyakini bahwa peningkatan kebutuhan masyarakat yang tinggi banyak menimbulkan perilaku masyarakat yang eksploitatif terhadap pemenuhan kebutuhan sumber daya alam (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Sisi negatif dari eksploitasi potensi lokal telah terjadi di Kabupaten Demak, Kabupaten tersebut memiliki potensi pertanian dan perikanan yang baik serta luas lahan pertanian yang memadai, sehingga mayoritas masyarakat Kabupaten Demak bekerja pada bidang pertanian dan ternak ikan, khususnya lele. Komoditas pertanian yang potensial di Kabupaten Demak adalah belimbing dan jambu sebagai potensi lokal Kabupaten Demak. Jenis jambu yang ditanam pada umumnya adalah jambu citra dan jambu delima, namun jarang yang mengetahui bahwa galur murni jambu di Kabupaten Demak adalah jenis jambu putih dan Merah yang kemudian dilakukan persilangan dan mengahsilkan varietas jambu citra dan delima yang dianggap lebih potensial, sehingga masyarakat cenderung melakukan budidaya pada jambu delima dan citra, sehingga pada akhirnya galur murninya terpangkas oleh masyarakat sendiri. Dewasa ini mulai dirasakan penurunan kualitas buah jambu citra dan jambu delima di Kabupaten

Demak, penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung terus-menerus mengakibatkan penurunan kualitas panen. Potensi lokal untuk jenis belimbing adalah jenis kunir, kingga dan kapur. Masalah yang hampir sama juga terjadi pada potensi tersebut, masayarakat lebih cenderung memanfaatkan lahan sebagai budidaya ikan lele, dan mengabaikan revitalisasi potensi lokal, bahkan secara observasi tidak langsung sangat sedikit rumah yang membudidayakan tumbuhan belimbing, dan akhirnya masyarakat yang merusak sumber daya hayati daerah mereka. Menurut Lase (1991:52) bahwa pengelolaan lingkungan oleh masyarakat Jawa Tengah belum membudaya. Jika demikian, bagaimana kita harus menyikapi masalah tersebut? Berdasarkan observasi secara langsung di lapangan tersedia lahan kosong yang cukup luas sebagai lahan pertanian belimbing dan jambu, maka harus ada diversifikasi (perluasan) yang seimbang kualitias galur murni belimbing dan jambu sehingga diharapkan hal tersebut dapat merevitalisasi kekayaan alam Kabupaten Demak dan menjadi salah satu faktor pembangunan ekonomi sebagai income APBD melalui agrowisata belimbing dan jambu Demak. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, beberapa hal penting yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Adanya fakta bahwa galur murni belimbing dan jambu di Kabupaten Demak sangat jarang untuk ditemukan. 2. Masyarakat Demak cenderung memanfaatkan lahan hanya untuk menanan jambu citra dan jambu delima. 3. Sangat sulit untuk menemukan tumbuhan belimbing di Kabupaten Demak. 4. Diversifikasi belimbing dan jambu berkualitas perlu dilakasanakan oleh Pemerintah Kabupaten Demak untuk merevitalisasi potensi lokal. 5. Konsep diversifikasi lahan belimbing dan jambu perlu dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan guna revitalisasi potensi lokal. 6. Belum adanya pemanfaatan lahan pertanian belimbing dan jambu sebagai agrowisata daerah. 7. Agrowisata belimbing dan jambu akan meningkatkan pendapatan petani. 8. Agrowisata belimbing dan jambu akan menjadi pemasukan bagi APBD Kabupaten Demak.
3

1.3 Rumusan Masalah 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi hilangnya galur murni belimbing dan jambu dan bagaimana pengaruhnya? 2. Apakah diversifikasi lahan belimbing dan jambu mampu merevitalisasi potensi lokal Kabupaten Demak? 3. Apakah revitalisasi lahan belimbing dan jambu sebagai agrowisata bisa menjadi faktor pembangunan ekonomi Kabupaten Demak? 1.4 Penegasan Istilah Dalam penelitian ini digunakan istilah-istilah yang diidentifikasikan dan ditegaskan sebagai berikut: 1. Konsep Diversifikasi diversifikasi adalah salah satu komponen strategis pemantapan ketahanan pangan. Dalam "twin-track approach" FAO (2006) secara eksplisit disebutkan bahwa diversifying agriculture and employment adalah salah satu opsi terpenting pada dimensi stabilitas ketahanan pangan Dalam konteks yang lebih luas diversifikasi kondusif untuk meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan pangan, dan mendorong perkembangan ekonomi (Thrupp, 1997; Smil, 2000). 2. Revitalisasi Potensi Lokal Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), definisi revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota. Menurut Hanan (2001), revitalisasi bertujuan untuk : a. Menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang memudar atau menurun b. kualitas lingkungannya. c. Meningkatkan nilai ekonomis kawasan yang strategis. d. Merangsang pertumbuhan daerah sekitarnya. e. Mendorong peningkatan ekonomi lokal dari dunia usaha dan masyarakat. f. Memperkuat identitas kawasan g. Mendukung pembentukan citra kota.

3.

Buah Belimbing Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya

varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl). Buah belimbing yang sudah saatnya dipanen bercirikan ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur yang berasal dari Kabupaten Demak. 4. Buah Jambu Jambu dikategorikan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah. Tanaman jambu mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl. Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2 kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak pada Agustus dan Nopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijaumerah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dalam panen yaitu semakin terlihat matang buah yang nampak, maka semakin merah warna kulitnya dan makin besar pula ukuran fisiknya. 5. Pestisida Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan,

pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. 6. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Menurut Sukirno (1994:10), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. 7. Pariwisata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan kata wisata mempunyai arti perjalanan dan bepergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997). Seseorang yang melakukan perjalanan tersebut lazim disebut wisatawan. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hilangnya galur murni belimbing dan jambu kemudian bagaimana efeknya. 2. Untuk mengetahui apakah diversifikasi lahan belimbing dan jambu dapat merevitalisasi potensi lokal Kabupaten Demak. 3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan diversifikasi lahan sebagai agrowisata untuk pembangunan ekonomi Kabupaten Demak.

1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak masyarakat dan pemerintah Kabupaten Demak sebagai berikut : Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Dapat memberikan literatur bagi masayarakat pentingnya

membudidayakan galur murni belimbing dan jambu yang berkualitas. 2. Mengenalkan diversifikasi lahan belimbing dan jambu yang berkualitas kepada petani di Kabupaten Demak untuk revitalisasi kekayaan alam. 3. Memberi motivasi bagi petani untuk mewujudkan agrowisata belimbing dan jambu sebagai kebanggaan masyarakat Kabupaten Demak Bagi pemerintah Kabupaten Demak penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan fakta-fakta tentang hilangnya galur murni belimbing dan jambu. 2. Menjadi bahan kajian dan pertimbangan atau Pilot Project untuk Pemda Kabupaten Demak melalui Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, dan Bappeda dalam mengambil kebijakan mengenai konsep diversifikasi lahan belimbing dan jambu yang berkualitas untuk revitalisasi potensi Kabupaten Demak. 3. Memberikan usulan jangka panjang diversifikasi lahan telah terlaksana dapat dioptimalkan sebagai agrowisata daerah sehingga bisa menjadi income bagi APBD Kabupaten Demak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Wilayah Kabupaten Demak Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak terletak pada koordinat 6 0 43' 26" - 70 09' 43" Lintang Selatan dan 110 27' S8" - 1100 48' 47" Bujur Timur. Kabupaten Demak dengan bentang Barat ke Timur sepanjang 49 km dan bentang Utara ke Selatan sepanjang 41 km, mempunyai batas wilayah sebelah utara Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Kudus sebelah selatan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, sebelah barat Kota Semarang. Luas wilayah Kabupaten Demak tercatat sebesar 89.743 hektar dengan luas daerah tersebut, rata-rata masyarakat kabupaten Demak bekerja pada bidang pertanian 2. Diversifikasi Tumbuhan Belimbing dan Jambu Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa diversifikasi adalah usaha ketahanan pangan pangan dengan perluasan lahan tana tumbuhan oleh petani. Pada penelitian ini yang dimaksud diversifikasi bisa dikaitkan dengan perluasan lahan pertanian belimbing dan jambu oleh petani guna melakukan ketahan pangan belimbing dan jambu, sehingga galur murni belimbing dan jambu yang berkualitas tetap terjaga baik. Pada lingkup mikro, karena usahatani termasuk aktivitas ekonomi dengan risiko dan ketidakpastian tinggi (fluktuasi pendapatan antar siklus produksi ataupun antar tahun cukup tinggi) maka motif petani untuk berdiversisikasi seringkali lebih beriorientasi pada stabilisasi pendapatan daripada maksimisasi pendapatan.

Dengan adanya konsep diversifikasi secara langsung diharap akan menjaga ekosistem galur murni belimbing dan jambu di Kabupaten Demak. 3. Faktor-Faktor Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar sebagai berikut (Gilarso, 2003) : a. Percepatan pertumbuhan output mulai serangkaian penyesuaian teknologi, institusional dan intensif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil. b. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian didasarkan strategi pembangunan perkotaan yang beroirentasi pada pembinaan ketenagakerjaan. c. Diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya non pertanian yang secara langsung dan tidak akan menunjang masyarakat pertanian. 3. Pestisida Dalam Jangka Panjang Di bidang pertanian, penggunaan pestisida telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai dewa penyelamat yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat. Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.

Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. 4. Agrowisata
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang, jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Agrowisata merupakan kegiatan

kepariwisataan yang pada akhir-akhir ini telah dimanfaatkan oleh kalangan usaha perjalanan untuk meningkatkan kunjungan wisata pada beberapa daerah tujuan wisata agro. Tirtawinata, dkk (1996) mengemukakan, agrowisata atau wisata pertanian ini semula kurang diperhitungkan, namun sekarang banyak yang meliriknya. Berbagai negara di Eropa Barat, Amerika, dan Australia sedang bersaing dalam memasarkan agrowisatanya. Oleh karena itu Indonesia tidak mau ketinggalan, terlebih Indonesia sebagai negara agraris yang sangat potensial untuk pengembangan agrowisata. Pengertian agrowisata dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor: 204/KPTS/ HK/050/4/1989 dan Nomor KM. 47/PW.DOW/MPPT/89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro, didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian". Kegiatan agro sendiri mempunyai pengertian sebagai usaha pertanian dalam arti luas, yaitu komoditas pertanian, mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sehingga pengertian agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian.

10

2.2 Hipotesis Berdasarkan dasar teori yang telah dikemukakan penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Hilangnya galur murni belimbing disebabkan karena petani cenderung membudidayakan buah jambu delima dan citra karena massa panen yang relative lebih cepat dan harga jual yang lebih tinggi, sehingga secara tidak langsung galur murni jambu putih dan merah hilang. 2. Konsep Diversifikasi Lahan dapat merevitalisasi kembali potensi belimbing dan jambu Demak 3. Diversifikasi lahan dalam perkembangan jangka panjang dapat

dikembangka menjadi agrowisata dan menjadi faktor perkembangan ekonomi.

11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mencoba mengetahui faktor-faktor kendala apa yang dapat dijumpai yang menyebabkan galur murni jambu Demak hilang serta minimnya budidaya belimbing oleh masyarakat, serta menawarkan konsep revitalisasi dan diversifikasi jambu dan belimbing berkualitas guna pengembalian Identitas potensi lokal Kabupaten Demak dan lebih lanjut pemanfaatan lahan tersebeu sebagai agrowisata daerah. 3.1 Perancangan Penelitian 1. Objek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini mencakup faktor utama pemicu hilangnya galur murni belimbing dan jambu Demak, upaya yang telah diambil, dan tindakan yang bisa dilakukan untuk mengembalikan potensi Kabupaten Demak yaitu belimbing dan jambu dengan menggunakan diversifikasi kualitas untuk mewujudkan revitalisasi potensi lokal Kabupaten Demak sebagai agrowisata daerah. 2. Dasar Pemilihan Objek Akibat dari hilangnya galur murni belimbing dan jambu Demak yang berkualitas tentunya akan mengurangi varietas unggul dari belimbing dan jambu, selain itu akibat pengguanaan pestisida oleh masyarakat telah dirasakan turunnya kualitas produksi belimbing dan jambu demak. Maka perlu adanya sebuah solusi untuk setidaknya memberi pandangan bagaimana untuk menyikapi hal tersebut dan mengembangakn potensi demak dalam pertanian sebagai agrowisata. 3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu dengan tema Pelestarian Potensi Lokal dalam Rangka Revitalisasi Kekayaan Alam Indonesia, selain itu juga terkait dengan diversifikasi potensi hayati di Kabupaten Demak, perolehan data dalam penelitian diperoleh melalui :

12

1.

Metode Dokumentasi Metode ini untuk medapatkan fakta dilapangan mengenai pemanfaatan lahan

di Kabupaten Demak dan belumnya adanya pengoptimalan lahan pertanian khususnya sebagai agrowisata daerah 2. Library Research Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa literature dari beberapa penelitian terkait, serta bahan bacaan berupa buku, jurnal, makalah, atau media massa yang berkaitan dengan diversifikasi, revitalisasi, pengembangan ekonomi, dan agrowisata 3.3 Metode Analisis Data 1. Data Penelitian Hasil penelitian meliputi data luas lahan Kabupaten Demak, jumlah produksi belimbing, jambu serta jenis pekerjaan masyarakat dan pendapatan masyarakat dibidang pertanian yang akan disajikan dalam bentuk tabel penelitian. 2. Analisis Data Penelitian Dari hasil data penelitian mengenai jumlah produksi belimbing, jambu serta jenis pekerjaan masyarakat dan pendapatan masyarakat akan diuraikan melalui analisis diskriptif kualitatif oleh penulis untuk menjawab latar belakang serta rumusan masalaha yang terjadi. 3. Kesimpulan dan Saran Pada bagian akhir penelitian penulis akan membuat kesimpulan yang akan menjawab mengenai konsep diversifikasi untum merevitalisasi belimbing dan jambu demak sebagai faktor pembangunan ekonomi dan agrowisata daerah. Pada bagian ini juga mencakup saran-saran bagi masyarakat dan pemerintah Demak.

13

Studi pendahuluan

Studi Literatur

Perumusan masalah Batasan tujuan penelitian

1. 2. 3. 4.

Pengumpulan data Jumlah luas lahan Kabupaten Demak Jenis-jenis pekerjaan masyarakat Kabupaten Demak Data Produksi Belimbing dan Jambu Materi mengenai konsep diversifikasi dan agrowisata Pengolahan Data Pengolahan data menjadi tabel Perancangan konsep diversifikasi Perancangan konsep agrowisata Mendiskripsikan data secara kualitatif Penerapan konsep pada Kabupaten Demak

1. 2. 3. 4. 5.

Pembahasan dan Analisa 1. Analisis faktor dan dampak hilangnya galur murni belimbing dan jambu 2. Analisis diversifikasi sebagai revitalisasi belimbing dan jambu 3. Analisis diversifikasi belimbing dan jambu sebagai agrowisata Kabupaten Demak

Kesimpulan dan Saran

Diseminasi Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Rancangan Penelitian

14

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perolehan Data 1. Jumlah Luas Lahan Kabupaten Demak Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Demak 2008/2009 menerangkan bahwa Kabupaten Demak memiliki Luas lahan dan Jumlah kecamatan sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah Luas Lahan Kabupaten Demak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kecamatan Mranggen Karangawen Guntur Sayung Karangtengah Bonang Demak Wonosalam Dempet Gajah Karanganyar Mijen Wedung Kebonagung Jumlah Jumlah Desa 19 12 20 20 17 21 13 21 16 16 17 15 20 14 243 Jumlah Kelurahan 6 6 Luas (Ha) 7.222 6.695 5.753 7.869 5.155 8.324 6.113 5.788 6.161 4.783 6.776 5.029 9.876 4.199 89.743 % 8,05 7,46 6,41 8,77 5,74 9,28 6,81 6,45 6,87 5,33 7,55 5,60 11,00 4,68 100

(Sumber : Susenas 2008 BPS Kabupaten Demak) 2. Jumlah Mayoritas Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Demak Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Demak 2008/2009 menerangkan bahwa, Kabupaten Demak memiliki masyarakat yang mayoritas bekerja di bidang pertanian dan sector lainnya sebagai berikut :

15

Tabel 1.2 Jumlah Lapangan Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Demak Jumlah Penduduk Yang Bekerja No. Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah 97.569 65.344 162.913 1 Pertanian 68.825 30.780 99.605 2 Industri 50.822 54.873 105.695 3 Perdagangan Angkutan dan 4 23.164 397 23.561 Komunikasi 5 Keuangan dan Jasa 42.790 21.570 64.360 Jasa 283.170 172.964 456.134 Jumlah (Sumber : Susenas 2008 BPS Kabupaten Demak) 3. Jumlah Komoditas, Luas Lahan Dan Produksi Buah Kabupaten Demak Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Demak 2008/2009 menerangkan bahwa, Kabupaten Demak memiliki komoditas tanam buah lebih dari 1,082,326 pohon dan total produksi sebesar 914,985 buah, sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah Komoditas, Luas Lahan Dan Produksi Buah Luas Panan No Komoditas Produksi (pohon) 1 Mangga 149,816 85,426 2 Jeruk 184 66 3 Jambu Biji 8,929 3,839 4 Jambu air 51,126 45,875 5 Sawo 603 280 6 Pisang 824,372 744,611 7 Pepaya 3,824 2,284 8 Nanas 270 6 9 Belimbing 36,161 19,229 10 Nangka 3,096 3 11 Semangka 459 8,565 12 Sirsat 825 182 13 Blewah 291 3,398 14 Sukun 2,085 1,192 15 Markisa 285 29 1,082,326 914,985 TOTAL (Sumber : Susenas 2008 BPS Kabupaten Demak)

16

4.2 Pembahasan 1. Faktor dan Dampak Hilangnya Galur Murni Belimbing dan Jambu Sekitar tahun 1970-1990an Kabupaten Demak terkemuka dengan produksi varietas belimbing yaitu belimbing kapur, kuning, dan jingga, pada tahun tersebut produksi belimbing Demak sangat potensial sehingga mejadi identitas Kabupaten Demak dengan pernah dibangunya patung besar buah belimbing. Sekitar tahun 2000an mulai dikenal jenis buah lain yang menjadi potensi lokal yaitu buah jambu dengan varietas putih dan merah. Pada umumnya petani belimbing di Kabupaten Demak secara rata-rata memiliki lahan yang merupakan pemanfaatan pekerangan yang kurang terpakai untuk digunakan menanam belimbing dan bukan dengan membuka lahan khusus untuk pertanian belimbing, sehingga secara umum, petani belimbing masih merupakan petani kecil. Sekitar tahun 2005 petani belimbing secara bersamaan mengalihkan budidaya mereka ke jambu citra dan delima yaitu hasil persilangan varietas jambu putih dan merah, karena beberapa faktor yaitu karena (i) harga jual yang lebih menjanjikan rata-rata @kilogram Rp 6.000,00, (ii) massa tanam buah jambu lebih cepat dari pada belimbing, dan (iii) hasil produksi tiap pohon jambu lebih banyak dari pada belimbing, sehingga penggunaan lahan pekarangan masyarakat juga tergantikan oleh tanaman jambu delima dan citra dan beberapa pohon belimbing yang sulit ditemui. Budidaya jambu citra dan delima secara besar-besaran oleh petani dan masyarakat secara tidak langsung telah mempercepat pemangkasan galur murni berkualitas belimbing dan jambu Demak, Selain itu perubahan system yang ekstreem dan hanya membudidayakan sedikit verietas yang sama juga mulai berdampak pada penurunan kualitas panen belimbing dan jambu. Analisis penurunan kualitas varietas jambu delima dan citra yaitu (i) tekstur daging buah yang cenderung mudah pecah, (ii) kandungan glukosa buah jambu mengalami penurunan, dengan rasa yang agak hambar, dan (iii) kualitas jambu juga diukur dengan warna, warna jambu delima dan citra mengalami penurunan dengan warna kulit agak pucat.

17

Dampak lain dengan perubahan system yang ekstreem tentu akan memperkecil ruang lingkup tanam dan budidaya belimbing Demak, dengan demikian bukan hanya penurunan kualitas yang dialami, bahkan penurunan harga jual belimbing serta produksi belimbing dan rendahnya minat beli masyarakat. Selain akibat transmigrasi budidaya belimbing ke jambu dengan dua varietas khusus, dewasa ini masyarakat mulai beralih profesi sebagai patani ikan dan beternak sapi, kurang fokusnya pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk pengelolaan lahan yang menjadi otonomi daerah menambah pelik hilangnya galur murni belimbing dan jambu Demak. 2. Diversifikasi Kualitas Belimbing Dan Jambu Untuk Revitalisasi Luas lahan kabupaten Demak yang mencapai 89.743 Ha dan jumlah tanam buah yang mencapai lebih dari 1,082,326 dan hasil produksi lebih dari 914,985 memberi alasan bahwa Kabupaten Demak memiliki potensi besar dalam berkembangan ekonomi di bidang pertanian. Sebagai Kabupaten yang pernah menjadi pusat produksi belimbing dan jambu sangat mengecewakan jika sekarang produksi jambu hanya 3,839 buah dari 8,929 pohon, sedangkan produksi belimbing hanya 19,229 buah dari 36,161 pohon. Hal ini disebabkan sentra produksi jambu dan belimbing hanya dipusatkan atau adanya desentralisasi tanam di Desa Betokan, Tempuran dan Sidomulyo untuk buah jambu sedangkan belimbing dipusatkan di Kecamatan Wonosalam, desa Karangkulon dan Betoan. Desa betoan yang dulu sangan produktif dengan buah belimbing sekarang sangat terlihat berbeda dengan menjadi sentra produksi jambu. Walau tidak salah dengan adanya desentralisasi tanam, namun belum adanya diversifikasi yang berkualitas oleh pemerintah dan masyarakat. Harus ada revitalisasi belimbing dan jambu, yaitu dengan membudidayakan tanaman belimbing dan jambu di lebih dari 5 desa atau bahkan dijadikan sebagai tanaman di pekarangan seluruh masyarakat Kabupaten Demak dan sebagai permulaan dilakukan desentralisasi budidaya galur murni belimbing dan jambu Demak di 5 desa sentralisasi untuk membudidayakan galur murni yang benarbenar berkualitas, dengan demikian tingkat kegagalan tanam di suatau daerah akan tertutupi oleh panen daerah lain, dan tetap ada lahan yang menampung

18

Untuk menghasilkan bibit dan buah yang berkualitas maka dalam pelaksanaan diversifikasi belimbing dan jambu harus ada peraturan penyemprotan pestisida berkala dan teratur sesuai porsi penggunaan, sehingga penggunaan pestisida yang semestinya akan membantu pembudidayaan, karena selama ini masyarakat menggunakan pestisida demi keuntungan sesaat dan memikirkan jangka panjangnya. Permulaan untuk deversifikasi belimbing dan jambu diperlukan waktu 3-4 tahun untuk menghasilkan tanaman jambu dan belimbing dan selanjutkan akan dapat panen 1-2 kali setahun. Setelah diversifikasi lahan telah dapat dilaksanakan hal tersebut akan merevitalisasi potensi lokal belimbing dan jambu Demak sebagai identitas Kabupaten Demak Adanya diversifikasi nantinya akan menghasilkan galur murni belimbing dan jambu sehingga hal trsebut dapat dimanfaatkan sebagai media persilangan dengan varietas lain sehingga menghasilkan varietas buah yang lain dan besamaan dengan itu akan menambah varietas budidaya dan diversifikasi lain. Diversifikasi belimbing dan jambu ini harus ada kerjasama yang terorganisir rapi dan sejalan serta satu tujuan oleh Pemerintah kabupaten Demak melalui Dinas Pertanian, Bappeda, petani dan Masyarakat melalui perda, karena telah jelas bahwa pemanfaatan lahan adalah otonomi daerah. 3. Revitalisasi Lahan Sebagai Agrowisata Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah potensial pertanian yang belum dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Terlebih Kabupaten Demak memiliki komoditas unggulan hortikultura berupa belimbing dan jambu yang secara perlahan harus direvitalisasi sebagai identitas Kabupaten Demak. Sektor pariwisata yang berkembang di Kabupaten Demak hanya berupa wisata budaya berupa Masjid Agung Demak.dan Makam Sunan Kalijaga di Kecamatan Kadilangu. Hal tersebut mengakibatkan kualitas kesejahteraan penduduk masyarakat di Kabupaten Demak yang sebagian besar bekerja sebagai petani baik petani sawah maupun petani tanaman buah dan sayuran belum mengalami peningkatan karena harga jual komoditas yang rendah. Revitalisasi di bidang pertanian buah melalui diversifikasi belimbing dan jambu yang berkualitas dalam jangka panjang apabila telah terlaksana dan

19

berhasil maka harus bisa dikembangkan menjadi agrowisata Kabupaten Demak. Untuk pengembangan sebagai agrowisata bisa dipusatkan di daerah perluasan lahan tanam yang dekat dengan Masjid Agung Demak atau Kadilangu dengan harapan menjadi paket wisata budaya dan agrowisata. Berdasarkan observasi lapangan desa Betokan dan Tempuran bisa dijadikan alternatif pengembangan potensi peretanian buah belimbing dan jambu, dengan pertimbangan kedua desa tersebut telah lebih awal dikembangkan sebagai desa budidaya jambu dan sedikit belimbing di Desa Betokan selain itu pertimbangan yang kedua adalah jaraknya yang tidak terlalu jauh dari lokasi budaya Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Pengembangan agrowisata ini secara langsung akan meningkatkan

penghasilan petani yang menjadi mayoritas pekerjaan di Kabupaten Demak , pendapatan tambahan APBD daerah dan pengenalan Kabupaten Demak terhadap daerah lain.

20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan hasil data maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Pengalihan budidaya belimbing ke jambu secara besar-besaran dan bersamaan mengakibatkan hilangnya galur murni belimbing dan jambu, karena hanya varietas delima dan citra yang ditanam. 2. Diversifikasi lahan bisa menjadi alternatif renitalisasi potensi lokal Kabupaten Demak 3. Pengembangan diversifikasi menjadi agrowisata akan meningkatkan

pengahsilan petani, pemasukan APBD daerah dan mengenalkan Kabupaten Demak dengan wilayah lain. 5.2 Saran 1. Harus ada kesadaran dari pemerintah, dan masayarakat untuk melestarikan potensi lokal. 2. Menjadi bahan kajian dan pertimbangan atau Pilot Project untuk Pemda Kabupaten Demak melalui Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, dan Bappeda dalam mengambil kebijakan mengenai konsep diversifikasi lahan belimbing dan jambu untuk revitalisasi potensi Kabupaten Demak. 3. Pemanfaatan diversifikasi lahan sebagai agrowisata dapat diutamakan pada Desa Betoan, dan Tepuran dengan alasan dekat dengan obyek wisata budaya Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

21

Daftar Pustaka

Haryanto, Bambang. 1992. Jambu Air, Jenis, Perbanyakan dan Perawatan. Jakarta: Penebar Swadaya Lase. 1992. Pencemaran Lingkungan Di Mana-Mana. Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada Suwantoro, Gamal, 2001. Dasar-dasar Pariwisata, Penerbit ANDI, Yogyakarta. T, Gilarso. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. edisi revisi. Kanisius. Yogyakarta. Tirtawinata, Moh. Reza Fakhruddin, Lisdiana, 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata, Deskripsi Fisik, Jakarta. Yuniarto, 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Studi Kasus Desa Kendawa, Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Universitas Diponegoro. Semarang http://eprints.undip.ac.id/23444/1/SKRIPSI.pdf (diakses tanggal 29 Oktober 2010) http://pustaka.ictsleman.net/how/b/buah/belimbing.pdf Oktober 2010) http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/9145_4.pdf Oktober 2010) (diakses tanggal 29

(diakses

tanggal

30

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18084/5/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 1 November 2010)

22

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat, Tanggal Lahir Organisasi Prestasi

: Rizal Tawakal Alya : Demak. 17 Januari 1993 : Ketua Science Club 2009/2010 : 1. Juara I Lomba Menulis Essay se Jawa, Bali dan Madura di IAIN Wali Songo Semarang 2. Finalis LKTI best student di ASTRA Semarang 3. Finalis LKTI Benda Cagar Budaya di Solo 4. Juara I lomba menulis Abstrak di Kabupaten Demak

No.Hp No.Telp Rumah E-mail Nama Orang Tua Ayah Ibu

: 085640647162 : (0291) 681168 : rizaltawakal@yahoo.com

: Drs. Suyadi : Dra. Al Qofiyatun

Alamat Sekolah : Jl.Sultan Patah No.84 Katonsari Demak

23

Anda mungkin juga menyukai