Anda di halaman 1dari 4

Pada zaman dahulu pernah hidup seorang anak laki-laki yang umur anak laki-laki tersebut 16 tahun.

Anak laki-laki tersebut berasal dari keluarga yang baik dan hidup dalam lingkungan yang baik pula. Anak laki-laki tersebut bernama zaid bi Mahmud. Zaid adalah seorang anak yang budi pekertinya sangat baik , dan memiliki sifat jujur, setia, dan mempunyai sifat kasih sayang yang besar terhadap sesama manusia. Zaid sangat senang dengan kehidupannya karena ia lahir dalam keluarga yang mempunyai kemewahan yang melimpah. Ayahnya bernama Mahmud yang menjabat sebagai raja di wilayah tersebut. Tetapi Zaid tidak memiliki sifat sombong terhadap sesame temannya. Pada suatu hari sang ayah memanggil Zaid. ayahnya begitu sayang kepada zaid, karena zaid adalah anak tunggal dalam keluarga mereka. Wahai anakku , kemarilah engkau!!!!!!, panggil sang ayah Ada apa ayahandaku tercinta. Jawab sang anak sekarang kamu sudah begitu besar, sudah sepatutnya kamu mencari teman yang akan membawa mu ke surga. Kata sang ayah Sang anak terheran dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya lalu bertanya, maksud ayah? Sahabat sejati. Jawab sang ayah. lalu bagaimana cara supaya saya mendapatkan sahabat yang setia. Tanya sanga anak kembali. Begini, begini, kamu undang teman-teman kamu dari kalangan orang-orang yang kaya-kaya untuk makan di rumah kita, lalu kamu masuk ke dalam dan kamu rebus telur sebanyak tiga butir, dan jangan kamu hidang langsung di hadapan mereka. Tetapi, kamu harus memperlambatkan hidangandalam beberapa jam kurang lebih tiga jam. Dan di situ kamu dapat menilai mereka, apakah mereka dapat dijadikan sebagai sahabat yang sejati, apakah mereka sabar atau tidak, Jelas sang ayah. Sang anak sangat terangguk-angguk saat mendengar cara yang di berikan oleh sang ayah. Keesokan harinya Zaid langsung mencoba cara yang diajarkan oleh ayanya. Pertama-tama zaid mengundang anakanak bupati ke rumahnya untuk makan bersama. Sebagian dari

mereka ada yang tidak makan malam, karena berpikir supaya ia dapat makan sepuasnya. Keesokan harinya para undangan pun datang. Zaid mempersilakan para undangan untuk duduk dan menunggu sejenak. Lalu zaid masuk ke dalam untuk mengambil hidangan. Zaid memperlambatkan hidangannya. Tetapi, apa yang terjadi, para undangan marah. Ada yang menendang kursi, ada yang mengetok-ngetok meja dengan kuat. Lalu mereka pulang tanpa pamit. Zaid sedih karena dia tidak memperoleh teman sejati. Zaid dapat menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat dijadikan teman sejati. Pada hari yang kedua zaid mengundang anak-anak gubernur. Tetapi halnya sama seperti apa yang di alami kemarin. Zaid semakin sedih karena ia belum juga mendapat teman sejatinya. Pada hari ketiga dengan tanpa menyerah zaid mengundang teman-temanya dari kalangan orang-orang biasa. Hal yang di alaminya sama seperti hari kemarin. Tapi ada seorang yang setia menuggu hidangan. Saat hidangan telah tiba, Zaid mengatakan kepada anak tersebut. Tunggu sebentar , saya ingin mengambil air dulu. Kata Zaid Di saat zaid kembali dari dapur, ia terkejut melihat hidangannya telah habis di makan oleh temannya itu. kemana hidangannya. Tanya zaid sudah saya makan, habisnya saya lapar . sahut temannya itu Zaid dapat mengambil kesimpulan bahwa ia bukan teman sejati. Padahal zaid kan lapar juga. Dan akhirnya Zaid meminta kepada ayahandanya untuk mencari teman atau sahabat yang agak jauh dari istana. Ayah izinkan Pinta Zaid ananda untuk menncari teman di luar istana.

Silakan anakku tersayang, semoga kamu sukses. Jawab ayah Lalu anak pun mengembara mencari teman yang di impikannya. Dengan melewati perkampungan dan memasuki hutan dengan duri kepedihan. Di saat dia melewati hutan-hutan zaid melihat sebuah gubuk dan di samping gubuk tersebut ada seorang anak yang seumuran dengannya. Zaid melihat dan memperhatikan tingkah laku anak tersebut. Tampak dari pandangannya, anak itu adalah anak yang baik. Karena Zaid semakin penasaran, akhirnya zaid memutuskan untuk bertemu dengannya. Assalamualaikum. Sapa zaid Waalaikumsalam wr.wb. jawab anak itu dengan terkejut.

Hai, perkenalkan namaku zaid. Dengan memberanikan diri zaid memperkenalkan dirinya Hai juga, namaku Abdullah. Jawab anak itu dengan senyumannya yang begitu manis. Sambil bercakap-cakap antara zaid dan Abdullah untuk menjadi temannya. Abdullah,mau gak kamu jadi temanku? pinta Zaid Maaf zaid, tidak mungkin aku jadi teman kamu, karena dari tampang wajah kamu, kamu orang yang mampu, orang yang mempunyai harta, sedangkan aku orang lemah dan aku hidup sebatang kara. Jelas Abdullah merendahkan diri. seorang teman sejati tidak memandang kepada harta, tampang, dan lain-lain. Tetapi, yang dikatakan dengan teman sejati adalah teman yang memiliki sifat kasih sayang, setia, sabar, dan menerima dengan apa adanya. Jawab Zaid Dan akhirnya Abdullah menerima permohonan zaid, lalu mereka menjadi teman yang sejati. Abdullah mengajarkan kepada zaid bermacam-macam ilmu alam seperti, cara mengenal daun yang beracun, daun yang bisa dimakan, dan lain-lainnya. Dimana dan kemanapun mereka selalu berdua, di waktu makan mereka selalu berdua, di waktu makan mereka juga berdua. Di saat makan Zaid ingin menambah nasi dan lainnya. Tetapi, ia ingat jangan-jangan ia sedang di uji oleh zaid. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menambah. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Zaid pamit pulang ke rumahnya, dan mengharapkan kedatangan abdullah ke rumahnya. Zaid ingin menguji abdullah. Hai teman, aku rindu kepada ayahku, aku ingin pulang. Pinta Zaid silakan sobat, semoga selamat. Jawab Abdullah Ini alamat rumahku, aku mengharap kedatanganmu. Kata zaid Insya Allah. Jawab Abdullah Zaid kembali ke istana dan menceritakan ayahnya, dan ia juga ingin menguji Abdullah. semua kepada

Keesokan harinya Abdullah pun tiba ke rumah zaid. Awalnya ia ragu, tetapi ia bertanya kepada kaum setempat. Lalu ia tekejut melihat rumah Zaid, dia tidak pernah membayangkan bahwa zaid anak seorang raja. Abdullah ke istana dan di sambut oleh Zaid. Ia mempersilakan abdullah dan menunggu sejenak hidangan. Cara yang dilakukan zaid adalah cara yang sama untuk menguji Abdullah, apakah Abdullah patut menjadi teman sejati?

Abdullah menunggu dengan sabar hidangan tersebut, karena Abdullah tidak merasa lapar, kadang-kadang ia sampai tiga hari tidak makan. Jadi, ia sudah terbiasa dengan hal tersebut. Hidangan tiba, Zaid membawa tiga butir telur dan air minum. Saat di persilakan makan zaid dengan Abdullah serentak mengambil satu orang satu butir telur. Zaid mengupas kulit telur dengan cepat, sedangkan Abdullah mengupasnya secara lambat. Seusai mengupas Zaid langsung makan dan ia mengambil satu lagi dan ia memakannya dengan cepat. Ketiga butir telur tersebut habis. Zaid menghabiskan dau butir telur, sedangkan Abdullah satu pun belum ia makan, karena di saat telur yang ke dua di makan Zaid, Abdullah baru mengupasnya setengah. Zaid memperhatikan apa yang dilakukan Abdullah. Rupanya Abdullah mengambil pisau lalu membelah telur tersebut menjadi dua bagian dan memberikannya kepada zaid, terkejutlah Zaid saat melihat tingkah laku Abdullah, lalu zaid langsung memeluk Abdullah sambil berkata, memang benar kamu sahabat ku yang dapat membawa aku ke surga. Zaid sudah bertambah dewasa, begitu juga Abdullah. Raja menggantikan kedudukannya kepada Zaid, karena ia sudah tua. Zaid pun menjadi raja. Lalu zaid memilih Abdullah menjadi penasehatnya hingga akhir hayatnya. Hikmat: Carilah teman yang dapat membawa kamu ke surga Teman sejati tidak pernah memandang kepada kedudukan, kemewahan, dan lainlain Jadilah sahabat menerima apa adanya sejati yang bisa

Jangan pernah menjadi sahabat yang mau berteman karena harta.

Goresan pena Zainuddin

Anda mungkin juga menyukai