Anda di halaman 1dari 2

Hilma Eswita 0910512070 (E2)

Reformasi dan Regulasi dan Dampaknya Terhadap Pemulihan Ekonomi Reformasi dan Regulasi di Bidang Penanaman Modal untuk Upaya Pemulihan Ekonomi : a. Reformasi atau perubahan dari suatu sistem harus didukung dengan ketersediaan perangkat regulasi (peraturan perundang-undangan) sehingga tercipta adanya kepastian hukum untuk upaya pemulihan ekonomi. b. Reformasi dan regulasi di tingkat Pusat maupun Daerah harus sejalan. c. Regulasi harus dibuat transparan, pro pemulihan ekonomi dan diimplementasikan secara konsisten oleh aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah. d. Reformasi dan regulasi di bidang investasi dibuat adalah agar pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, sederhana, tepat waktu dan murah, agar kegiatan usaha dapat berkembang dan meningkat sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan produksi barang dan jasa dan berdayasaing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Reformasi & Regulasi: 1. Penyusunan suatu peraturan perundang-undangan harus melibatkan para pemangku kepentingan 2. Ketentuan baru tidak bersifat retroaktif 3. Ketentuan/peraturan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi 4. Persepsi yang sama antara aparatur pelaksana atas implementasi peraturan perundang-undangan 5. Aturan/ketentuan yang dibuat tidak bertentangan dengan perjanjian/kesepakatan yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dengan negara lainnya baik secara bilateral, regional, maupun multilateral 6. Penyediaan peralatan kerja yang mendukung 7. SDM yang harus berubah mindset, kemampuan, serta pengetahuan dan kompeten; 8. Komitmen penuh dan terus menerus dari Pimpinan.

Regulasi Tembakau : Dilihat dari Segi Ekonomi dan Kesehatan Dari data yang dicatat oleh YLKI, Indonesia merupakan negara peringkat tiga dunia yang penduduknya paling banyak mengkonsumsi rokok. Permasalahan rokok dan regulasi tembakau seperti perang antara aspek kesehatan dan ekonomi. Di banyak negara, perang tersebut sudah dimenangkan oleh kubu aspek kesehatan. Namun dalam kontek Indonesia, dari aspek ekonomi regulasi ini akan berdampak negatif bagi sebagian besar penduduk Indonesia karena selama ini industri rokok mampu menyerap banyak tenaga kerja berpendidikan rendah, mengurangi jumlah pengangguran serta sumber kehidupan bagi petani tembakau.

Hilma Eswita 0910512070 (E2)

Desakan Ekonomi

Untuk

Prioritaskan

Regulasi

Pemerintah sudah mencanangkan masterplan percepatan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI). Namun, berbagai kalangan pesimistis MP3EI bisa terlaksana sesuai target. Karena hingga kini masih banyak regulasi yang menghambat MP3EI. Hambatan atau debottlenecking yang dimaksud adalah yang terkait dengan regulasi dan perizinan, di antaranya UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berada dalam tanggung jawab Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Regulasi yang dipermasalahkan adalah pasal-pasal kontrak kerja, outsourcing, dan pesangon. Percepatan penetapan RTRW (rencana tata ruang wilayah) provinsi juga menjadi penghambat. Itu karena ada konflik penggunaan lahan antara kawasan hutan, perkebunan, dan pertambangan. Regulasi lainnya yang masih ditunggu penyelesaiannya yakni pelaksanaan PP Nomor 97 Tahun 2010 tentang Penghitungan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. Perlu PMK (peraturan menteri keuangan) tentang jenis-jenis industri yang layak menerima pembebasan pajak atau tax holiday. Pada prosesnya, akan ada banyak hal yang dapat menggagalkan MP3EI tersebut, seperti birokrasi Pemerintah Pusat yang lambat, pemerintah daerah yang memiliki kepentingan sendiri, investor dan dunia usaha ingkar janji, sejumlah regulasi yang menghambat, dan ada kepentingan serta proses politik tertentu yang tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai