Anda di halaman 1dari 14

Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya

lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".

Adapun unsure-unsur instrik dalam prosa : 1. Tema adalah tentang apa prosa tersebut berbicara. 2. Amanat atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca. 3. Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita. 4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak pelaku. 5. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri. 6. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang sebagai pelaku. 7. Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku. 8. Latar atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi atau suasana berlangsungnya peristiwa. 9. Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa

Apresiasi Prosa Indonesia


Hakikat Apresiasi Prosa Kata apresiasi secara harfiah berarti penghargaan terhadap suatu objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadiladilnya terhadap sesuatu itu, sebelum kita dapat memberi pertimbanganbagaimana penghargaan yang akan diberikan terhadap sesuam itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra prosa, maka apreciasi itu berati memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seohjektif mungkin terhadap karya sastra prosa itu. Penghargaan yang seobjektif mungkin, artinya penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, kita telaah unsur-unsur pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu. Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur musikalitas.

Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh karena itu, dalam apresiasi dengan tujuan tnembenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita haruslah bisa membongkar dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan kelebihan karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan objcktif. Suatu apresiasi sastra, menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap itu adalah. 1 Tahap penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah misahiya membaca karya sastra (puisi maupun novel}, menghadiri acara deklamasi, dan sebagainya. 2 Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan sebagainya. 3 Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya: astra, serta berusaha menyimpulkannya. 4 Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya; membuat tafsiran dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat. 5 Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah mclahirkan ide baru, mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, moral, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau menghargai. Secara terminologi, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi (Dola, 2007). Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna :

1 Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin; dan 2 Pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni : 1 Aspek kognitif; 2 Aspek emotif; dan 3 Aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks yang secara langsung menunjang kehadiran teks sastra itu sendiri. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperan dalam upaya memahami unsur- unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang

mengandung ketaksaan makna atau bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifatme taforis. Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian. Sejalan dengan rumusan pengertian di atas, Effendi dalam (Aminuddin, 2002) mengemukakan bahwaapresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya. Belajar apresiasi sastra pada hakikatnya adalah belajar tentang hidup dan kehidupan. Melalui karya sastra, manusia akan memperoleh gizi batin, sehingga sisi-sisi gelap dalam hidup dan kehidupannya bisa tercerahkan lewat kristalisasi nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra tak ubahnya sebagai layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia. Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju proses globalisasi, sastra menjadi makin penting dan urgen untuk disosialisasikan dan dibumikan melalui institusi pendidikan. Karya sastra memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang. Dengan bekal apresiasi sastra yang memadai, diharapkan mampu bersaing pada era global dengan sikap arif, matang, dan dewasa.

Contoh cerpen
Sahabat Sejati Oleh Suhartono Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan. Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang. Mungkin sakit! jawab Mama. Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya! katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

Oh, kasihan Momon, ucapnya dalam hati,


Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.

Ada apa,

Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan

ceria! Papa menegur

Momon, Pa. Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?


Iwan menggeleng.

Lantas! Papa penasaran ingin tahu. Momon


sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja. Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.

Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah! ujarnya. Lalu apa rencana kamu? Aku harap Papa bisa menolong Momon! Maksudmu? Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku! Iwan memohon dengan agak mendesak. Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu! kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.

Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu! Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.

Begini,

Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami

menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau? Tanya Papa.

Soal sekolah kamu, lanjut Papa, kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan
menanggung.

Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak
terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya. Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkacakaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua

lelaki tua dan lautaug 18, '09 12:04 am


untuk semuanyaKategori:Buku-bukuJenisLainnyaPenulis:Ernest_Hemingway

Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway

My rating: 5 of 5 stars Saya tertarik dengan covernya buku ini. Kalau dilihat dari covernya, maka judulnya bukan lagi Lelaki tua dan Laut, tetapi Lelaki Tua dan Ikan. Wajah lelaki dalam cover itupun terlihat murung di atas perahunya sementara ia memegang ikan dan pancingnya. Namun, itulah 'tokoh-tokoh' yang berperan dalam novel Ernest Hemingway ini. Mulanya, saya menyangka novel ini mirip dengan judul kumpulan cerita pendek Hudan Hidayat, Lelaki Ikan. Ternyata beda. Persamaannya, lelaki tersebut sama-sama memburu ikan. Bersetting di Kuba, seorang nelayan lelaki tua bernama Santiago memulai hari perburuannya. Setelah Delapan puluh empat hari melaut, ia tidak memperoleh hasil. Sebelumnya, seorang anak laki-laki mengikutinya berlayar. Namun, setelah melihat Santiago pulang tidak membawa tangkapan, orangtua anak itupun melarang anaknya itu ikut kembali dalam berlayar bersama Santiago dengan dalih bahwa Santiago terkena sial atau dalam bahasa setempat, salao. Perburuan dimulai. Santiago mulai menyebar kail dengan umpan sarden yang telah disiapkan oleh anak lelaki tadi. Suatu ketika, umpannya mengenai sasaran. Ia tidak bisa menduga jenis ikan yang tersangkut di kailnya. Namun ia menduga, ikan yang malang itu sangat besar. Berhari dan bermalam ia menunggu mangsanya itu. Kadangkala ia menarik tali kailnya, kadang ia mengulurnya. Ia benar-benar tidak mau kehilangan buruannya itu. Untuk menyambung hidupnya di perahu, Santiago memakan daging segar ikan yang sempat terjebak kailnya. Ia tidak memedulikan lagi tubuhnya. Ia sampai melilitkan tali kailnya ke tubuhnya di waktu malam demi ia tidak mau terlena dan buruannya lepas. Hingga pada ssuatu siang, ikan tersebut muncul di permukaan, dan ia sangat terkejut, bahwa ikan yang ditunggunya adalah seekor ikan marlin biru yang panjangnya kurang lebih lima setengah meter.

Berbekal dengan seruit, akhirnya ia melumpuhkan ikan marlin tersebut, dengan menancapkan seruit tersebut di dada si ikan. Ikan tersebut diikat di perahunya, dan ia bersiap untuk kembali. Apakah perjuangan selesai? Belum. Ia harus berjuang membawa ikan tersebut ke darat. Berbagai tantangan kembali dihadapinya. akibat darah ikan marlin yang sudah menyebar di laut, ternyata mengundang ikan hiu dan memburu marlin tangkapan Santiago. Ikan Hiu tersebut bahkan mencabik daging ikan marlin yang sedang dibawanya, akibatnya ikan marlin tersebut tidak utuh lagi. Berbekal dengan peralatan yang seadanya, ia pun menghalau hiu dan bahkan membunuhnya. Dua ekor!

Ditengah perjuangannya selama perburuannya, ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ia sangat kesepian, Disaat-saat kritis, ia teringat dengan anak muda lelaki yang biasanya menemani dan membantunya. Namun ia meyakinkan dirinya bahwa ia sanggup memberikan perlawanan pada rasa sakit di tubuhnya, dan rasa takut yang menerpanya. Akhirnya ia tiba kembali di desanya, ia sangat lelah. Ia tidur dan terbangun ketika anak lelaki itu menyiapkan sesuatu baginya seperti makanan dan pakaian bersih. orang-orang desa berkumpul melihat ke perahu Santiago, dan sangat terheran-heran akan hasil tangkapan yang belum pernah didapat oleh nelayan-nelayan desa itu sebelumnya. Dan lelaki tua itupun melanjutkan tidurnya.... Inilah novel peraih Pulitzer di Tahun 1953 dan hadiah nobel sastra pada Tahun 1954. Sebagai potret kehidupan nelayan di Kuba, Hemingway menulis dengan apik. Mengingat hubungan Kuba dan Amerika yang tidak harmonis, seharusnya kita agak geli dengan hobi Santiago yaitu penggemar baseball. Beberapa klub bisbol antara lain The Yankees dan The Indian Cleveland, ikut terekam dalam novel ini. Namun bila kita sadar bahwa olahraga itu bersifat universal, maka hal itu melewati batas hubungan politik antarnegara, termasuk Amerika-Kuba. Kisah ini juga telah difilmkan, dan film ini juga meraih piala Oscar dengan kategori Animated Best Short Film pada Tahun 2000. Sebagai mahakarya sastra dan film, kisah fiksi ini menjadi produk terbaik abad ini. View all my reviews >>

Tag: novel Sebelumnya: Tanah Tabu Selanjutnya : Jarak di Antara Kita (The Space Between Us) Balasbagi

lelaki tua dan lautaug 18, '09 12:04 am


untuk semuanyaKategori:Buku-bukuJenisLainnyaPenulis:Ernest_Hemingway

Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway

My rating: 5 of 5 stars Saya tertarik dengan covernya buku ini. Kalau dilihat dari covernya, maka judulnya bukan lagi Lelaki tua dan Laut, tetapi Lelaki Tua dan Ikan. Wajah lelaki dalam cover itupun terlihat murung di atas perahunya sementara ia memegang ikan dan pancingnya. Namun, itulah 'tokoh-tokoh' yang berperan dalam novel Ernest Hemingway ini. Mulanya, saya menyangka novel ini mirip dengan judul kumpulan cerita pendek Hudan Hidayat, Lelaki Ikan. Ternyata beda. Persamaannya, lelaki tersebut sama-sama memburu ikan. Bersetting di Kuba, seorang nelayan lelaki tua bernama Santiago memulai hari perburuannya. Setelah Delapan puluh empat hari melaut, ia tidak memperoleh hasil. Sebelumnya, seorang anak laki-laki mengikutinya berlayar. Namun, setelah melihat Santiago pulang tidak membawa tangkapan, orangtua anak itupun melarang anaknya itu ikut kembali dalam berlayar bersama Santiago dengan dalih bahwa Santiago terkena sial atau dalam bahasa setempat, salao.

Perburuan dimulai. Santiago mulai menyebar kail dengan umpan sarden yang telah disiapkan oleh anak lelaki tadi. Suatu ketika, umpannya mengenai sasaran. Ia tidak bisa menduga jenis ikan yang tersangkut di kailnya. Namun ia menduga, ikan yang malang itu sangat besar. Berhari dan bermalam ia menunggu mangsanya itu. Kadangkala ia menarik tali kailnya, kadang ia mengulurnya. Ia benar-benar tidak mau kehilangan buruannya itu. Untuk menyambung hidupnya di perahu, Santiago memakan daging segar ikan yang sempat terjebak kailnya. Ia tidak memedulikan lagi tubuhnya. Ia sampai melilitkan tali kailnya ke tubuhnya di waktu malam demi ia tidak mau terlena dan buruannya lepas. Hingga pada ssuatu siang, ikan tersebut muncul di permukaan, dan ia sangat terkejut, bahwa ikan yang ditunggunya adalah seekor ikan marlin biru yang panjangnya kurang lebih lima setengah meter.

Berbekal dengan seruit, akhirnya ia melumpuhkan ikan marlin tersebut, dengan menancapkan seruit tersebut di dada si ikan. Ikan tersebut diikat di perahunya, dan ia bersiap untuk kembali. Apakah perjuangan selesai? Belum. Ia harus berjuang membawa ikan tersebut ke darat. Berbagai tantangan kembali dihadapinya. akibat darah ikan marlin yang sudah menyebar di laut, ternyata mengundang ikan hiu dan memburu marlin tangkapan Santiago. Ikan Hiu tersebut bahkan mencabik daging ikan marlin yang sedang dibawanya, akibatnya ikan marlin tersebut tidak utuh lagi. Berbekal dengan peralatan yang seadanya, ia pun menghalau hiu dan bahkan membunuhnya. Dua ekor! Ditengah perjuangannya selama perburuannya, ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ia sangat kesepian, Disaat-saat kritis, ia teringat dengan anak muda lelaki yang biasanya menemani dan membantunya. Namun ia meyakinkan dirinya bahwa ia sanggup memberikan perlawanan pada rasa sakit di tubuhnya, dan rasa takut yang menerpanya. Akhirnya ia tiba kembali di desanya, ia sangat lelah. Ia tidur dan terbangun ketika anak lelaki itu menyiapkan sesuatu baginya seperti makanan dan pakaian bersih. orang-orang desa berkumpul melihat ke perahu Santiago, dan sangat terheran-heran akan hasil tangkapan yang belum pernah didapat oleh nelayan-nelayan desa itu sebelumnya. Dan lelaki tua itupun melanjutkan tidurnya.... Inilah novel peraih Pulitzer di Tahun 1953 dan hadiah nobel sastra pada Tahun 1954. Sebagai potret kehidupan nelayan di Kuba, Hemingway menulis dengan apik. Mengingat hubungan Kuba dan Amerika yang tidak harmonis, seharusnya kita agak geli dengan hobi Santiago yaitu penggemar baseball. Beberapa klub bisbol antara lain The Yankees dan The Indian Cleveland, ikut terekam dalam novel ini. Namun bila kita sadar bahwa olahraga itu bersifat universal, maka hal itu melewati batas hubungan politik antarnegara, termasuk Amerika-Kuba. Kisah ini juga telah difilmkan, dan film ini juga meraih piala Oscar dengan kategori Animated Best Short Film pada Tahun 2000. Sebagai mahakarya sastra dan film, kisah fiksi ini menjadi produk terbaik abad ini. View all my reviews >>

Tag: novel Sebelumnya: Tanah Tabu Selanjutnya : Jarak di Antara Kita (The Space Between Us) Balasbagi

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut: a. Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro. b. Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro. c. Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis. d. Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane. e. Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS. 2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella berita. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus. 3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis. 4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara. 5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati. 7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.

APRESIASI PROSA
JUDUL : LELAKI TUA DAN LAUT

OLEH Nama Kelas Nomor induk Nomor absen : Usman Jodi A : XII TPD I : 0947/0233013 : 36

A. PENDAHULUAN
I. HAKIKAT APRESIASI

Apresiasi yaitu penghargaan terhadap sesuatu yang didasarkan atas pemahaman Sastra yaitu karya lisan ataupun tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra berdasarkan atas pemahaman.

Pemahaman terhadap pesan pesan atau nilai nilai moral dalam karya sastra itulah yang membawa pembaca pada penikmatan, penghayatan, dan penghargaan atas karya sastra. Apresiasai sastra memiliki banyak manfaat, antara lain : a. Membantu pembaca sastra mempunyai keterampilan berbahasa.

b. Meningkatkan ilmu pengetahuan budaya.

c. Dikembangkannya daya cipta dan rasa. d. Menunjang pembentukan watak. 2. PROSES APRESIASI Umumnya sebelum membuat apresiasi, seseorang memilih bentuk karya sastra yang di sukai, misalnya karya sastra prosa (cerpen, novel)dll. Rasa suka akan membuat orang untuk lebih tauh dan memahami dalam karya sastra yang menjadi pilihannya. Proses proses penciptaan karya sastra meliputi hal hal sebagai berikut: 1. Upaya mengeksplorasi dan mengeksploitasi jiwa pengarangnya yang di artikan kedalam bentuk bahasa tulis agar dapat di baca orang lain. 2. Upaya menjadikan karya sastra sebagai alat untuk menghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra. 3. Upaya menjadikan karya sastra menjadi alat komunikasi antara pengarang dengan pencipta. 4. Upaya menjadikan isi karya sastra sebagai media ekspresi dari jiwa penulis(sastrawan). Aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi karya sastra antara lain: 1. Menyimak, membaca dan menonton. 2. Menceritakan kembali. 3. Mengomentari. 4. Mengevaluasi. 5. Membuat parafrasa. 6. Mejawab pertanyaan berkaitan dengan karya yang di baca. 7. Membuat synopsis untuk cerita dan sebagainya. 3. JENIS APRESIASI Dalam tahapan tertinggi, seseorang akan dapat memberikan penilaian dan penghargaan yang positif bagi semua karya sastra. Mereka pun dapat memberikanm penjelasan secara obyektif dan berani tanggungjawab kepada orang lain. Seseorang akan menaggapi karya tersebut dengan dua bentuk sikap atau jenis apresiatif yaitu apresiasi yang bersifat kinetik dan apresiasi yang bersifat verbalitas. 1. Apresiasi bersifat kinetic, yaitu sikap memberikan minat pada sebua karya sastra lalu lanjut pada keseriusan untuk melangkah ke apresiatif secara aktif, seperti berikut : A. apresiasi kinetic untuk karya sastra berupa prosa fiksi seperti cerpen dan novel tindakan apresiatifnya antara lain : - Membaca dan menyukai novel sejenis. - Mengenal tokoh tokoh dan watak tokohnya. - Menyenangi tema atau pengarangnya.

- Memilih cerpen atau novel yang di sukai. - Memahami pesan pesannya. - Memahami jalan ceritanya. B. Apresiasi kinetic untuk karya puisi, tindakan apesiatifnya antara lain: - Menyenangi puisi puisi tertentu. - Menyimak pembacaan puisi. - Memahami makna puisi yang di senangi. - Dapat membaca puisi dengan baik. 2. Apresiasi bersifat verbal, yaitu dapat di lakukan dengan langkah langkah : memberi penafsiran, penilaian, dan penghargaan dalam bentuk penjelasan, tanggapan, komentar dan saran baik secara lisan maupun tulisan.

4.

PENGERTIAN PROSA Prosa adalah jenis sastra yang di bedakan dari puisi karena tidak terlalu terikat oleh irama atau kemerduan bunyi. Bahasa yang di gunakan dalam prosa adlah bahasa sehari hari. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentative. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran". Adapun unsur - unsur instrik dalam prosa : 1. Tema adalah tentang apa prosa tersebut berbicara. 2. Amanat atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca. 3. Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita. 4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak pelaku. 5. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri. 6. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang sebagai pelaku. 7. Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku. 8. Latar atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi atau suasana berlangsungnya peristiwa. 9. Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa.

5.

JENIS PROSA BARU Permulaan abad ke-20 merupakan awal lahirnya prosa baru Indonesia ada beberapa jenis prosa baru yaitu sebagai berikut : a. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Missal :belenggu (armyn pane) aki (idrus).

b.

Roman adalah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing masing. Roman biasanya melukiskan seluruh kehidupan tokoh cerita dari kanak kanak sapai dewasa hingga meninggal. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani.

c.

B. ISI
LELAKI TUA DAN LAUT BY ERNEST HEMINGEAY Mulanya, saya menyangka novel ini mirip dengan judul kumpulan cerita pendek Hudan Hidayat, Lelaki Ikan. Ternyata beda. Persamaannya, lelaki tersebut sama-sama memburu ikan. Bersetting di Kuba, seorang nelayan lelaki tua bernama Santiago memulai hari perburuannya. Setelah Delapan puluh empat hari melaut, ia tidak memperoleh hasil. Sebelumnya, seorang anak laki-laki mengikutinya berlayar. Namun, setelah melihat Santiago pulang tidak membawa tangkapan, orangtua anak itupun melarang anaknya itu ikut kembali dalam berlayar bersama Santiago dengan dalih bahwa Santiago terkena sial atau dalam bahasa setempat, salao. Perburuan dimulai. Santiago mulai menyebar kail dengan umpan sarden yang telah disiapkan oleh anak lelaki tadi. Suatu ketika, umpannya mengenai sasaran. Ia tidak bisa menduga jenis ikan yang tersangkut di kailnya. Namun ia menduga, ikan yang malang itu sangat besar. Berhari dan bermalam ia menunggu mangsanya itu. Kadangkala ia menarik tali kailnya, kadang ia mengulurnya. Ia benar-benar tidak mau kehilangan buruannya itu. Untuk menyambung hidupnya di perahu, Santiago memakan daging segar ikan yang sempat terjebak kailnya. Ia tidak memedulikan lagi tubuhnya. Ia sampai melilitkan tali kailnya ke tubuhnya di waktu malam demi ia tidak mau terlena dan buruannya lepas. Hingga pada ssuatu siang, ikan tersebut muncul di permukaan, dan ia sangat terkejut, bahwa ikan yang ditunggunya adalah seekor ikan marlin biru yang panjangnya kurang lebih lima setengah meter. Berbekal dengan seruit, akhirnya ia melumpuhkan ikan marlin tersebut, dengan menancapkan seruit tersebut di dada si ikan. Ikan tersebut diikat di perahunya, dan ia bersiap untuk kembali. Apakah perjuangan selesai? Belum. Ia harus berjuang membawa ikan tersebut ke darat. Berbagai tantangan kembali dihadapinya. akibat darah ikan marlin yang sudah menyebar di laut, ternyata mengundang ikan hiu dan memburu marlin tangkapan Santiago. Ikan Hiu tersebut bahkan mencabik daging ikan marlin yang sedang

dibawanya, akibatnya ikan marlin tersebut tidak utuh lagi. Berbekal dengan peralatan yang seadanya, ia pun menghalau hiu dan bahkan membunuhnya. Dua ekor! Ditengah perjuangannya selama perburuannya, ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ia sangat kesepian, Disaat-saat kritis, ia teringat dengan anak muda lelaki yang biasanya menemani dan membantunya. Namun ia meyakinkan dirinya bahwa ia sanggup memberikan perlawanan pada rasa sakit di tubuhnya, dan rasa takut yang menerpanya. Akhirnya ia tiba kembali di desanya, ia sangat lelah. Ia tidur dan terbangun ketika anak lelaki itu menyiapkan sesuatu baginya seperti makanan dan pakaian bersih. orang-orang desa berkumpul melihat ke perahu Santiago, dan sangat terheran-heran akan hasil tangkapan yang belum pernah didapat oleh nelayan-nelayan desa itu sebelumnya. Dan lelaki tua itupun melanjutkan tidurnya....

Anda mungkin juga menyukai