Anda di halaman 1dari 3

Turki -UE, Kasih yang belum sampai

urki adalah negara yang wilayahnya terletak di dua benua, yaitu Asia dan Eropa dengan wilayah yang paling luas berada di benua Asia. Meskipun wilayah Turki yang berada di Eropa hanya 3%, namun hal itu bukan merupakan penghalang bagi turki untuk tetap

bersikeras bergabung dengan Uni Eropa. Turki secara resmi mengajukan diri untuk bergabung dengan Masyarakat Eropa yang belakangan berubah menjadi Uni Eropa pada 14 April 1987. Dan pada desember 1999, Turki secara resmi ditetapkan sebagai kandidat untuk menjadi anggota UE setelah sebelumnya menjadi Anggota Tidak Penuh pada tahun 1963. Perjuangan integrasi Turki pun berjalan hingga detik ini. Mengapa turki ingin bergabung..? Ada beberapa point yang melandasi keinginan keras turki untuk bergabung dengan UE, yaitu: Alasan historis, Turki sudah terlibat dalam sejarah Eropa sejak 500 tahun yang lalu, terutama di masa khilafah Islam Ustmaniyah. Pada masa kejayaannya, wilayah Turki Ustmani menjangkau seluruh kawasan Balkan dan sebagian Eropa Timur. Karena itu, Turki sangat berani mengklaim negara tersebut merupakan negara Eropa Alasan ekonomi, Turki akan mendapat fasilitas khusus yang akan diperoleh melalui pasar bersama Eropa, seperti deregulasi ekspor-impor maupun penghilangan hambatanhambatan non tarif terhadap produk sesama negara UE, angka pengangguran Turki pun akan bisa ditekan jika bergabung dengan UE. Kekhawatiran UE Kawasan yang berada di Benua Eropa hanya Istanbul saja. Ankara, ibu kotanya sendiri tidak teletak di Eropa. Keanggotaan Turki akan berarti bahwa perbatasan luar Uni Eropa akan sampai ke negara-negara Timur Tengah, seperti Suriah, Irak dan Iran.

Turki -UE, Kasih yang belum sampai

Kekuasaan politik Turki yang besar jika sudah bergabung dengan UE merupakan salah satu ketakutan UE. Turki memiliki hampir 70 juta jiwa penduduk, dan dengan demikian Turki akan memiliki jumlah perwakilan di Parlemen Eropa dengan komposisi terbesar kedua setelah Jerman,

Turki memiliki tingkat kemiskinan yang relatif tinggi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang labil dengan penampakan hiper inflasi dan resesi yang tajam, meskipun saat ini terdapat beberapa peningkatan. Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah Uni Eropa yang notabene negara-negara kaya akan menerima negara besar tetapi miskin seperti Turki, yang jika bergabung pasti akan terjadi gelombang imigrasi rakyat miskin yang sangat besar ke negara-negara Uni Eropa yang lain. Yang tentu saja merupakan beban yang tidak ringan.

Adanya perbedaan nilai-nilai etika, agama dan budaya yang mendasar antara Turki yang mayoritas penduduknya muslim dengan negara anggota Uni Eropa yang memiliki latar belakang Kristen Prospek integrasi Turki menjadi anggota Uni Eropa menjadi batu ujian bagi

eksistensi blok UE. Bukan hanya menyinggung jati diri orang Eropa, melainkan juga akan membongkar cara padang Eropa terhadap kaum muslim. Perlu diketahui bahwa selama lebih dari 500 tahun sejarahnya, Eropa berinteraksi dengan negeri-negeri islam yang berada di selatan benua Eropa dengan semangat Perang Salib. Kasus Siprus dan pelanggaran Ham adalah hal yang paling sering digunakan Eropa sebagai senjata untuk menolak Turki. Namun sepertinya itu hanyalah alasan yang dicari-cari UE, sebenarnya argumen yang paling menentang Turki pada akhirnya adalah masalah agama.

Turki -UE, Kasih yang belum sampai

Hal itu tidak lain karena Uni Eropa ingin mempertahankan klub Kristen. Dan jika ini yang terjadi, berarti Uni Eropa tidak akan menjadi organisasi yang memiliki visi global ke depan. Mencegah Turki bergabung dengan Uni Eropa berarti mengirim pesan bahwa Uni Eropa tidak cukup terbuka untuk menerima sebuah negara dengan latar belakang agama berbeda. Bukankah prinsip sekularisme yang dianut Eropa memisahkan urusan agama dengan negara?. Memang teori terkadang tidak sejalan dengan perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai