Anda di halaman 1dari 2

TENTANG DIRI

Tatkala nasib tak sesuai dengan apa yang diharapkan ,sanubari terasa hampa.Tuhan pasti telah merencanakan dan dia pasti tahu apa yang paling baik.Mozaik terhempas, mempercantik dunia bak gambaran keagungan tuhan yang tiada terkira,tapi ego dalam diri ini menghancurkan setiap selongsong rasa syukur kepada dirimu ya Allah,inikah timpalan atas apa yang kau berikan. Diri ini memang berbeda dari saudaraku yang lain,mulai dari fisik hingga psikis.Awalnya perbedaan ini tak nampak kala aku kecil tapi menginjak waktu yang terus berjalan tak bisa dienyakan lagi ada yang berbeda dalam diri,walaupun aku meyakini bahwa dia adalah saudara kandungku tapi entah kenapa kami ditakdirkan berbeda.Inikah rencana tuhan buatku dan dirinya,inikah yang terbaik. Hari ini,lagi-lagi merasakan pahitnya hidup, selongsong jiwa meratapi nasib,dimulai dari sekarang aku harus menjadi orang yang dibedakan dari yang lainnya,mungkin hanya seorang kawan yang menginspirasiku untuk menyambung hidup yang kelam ini,aku mulai merasa jauh dari sang pencipta,inikah rasanya menjalani rencana tuhan yang paling baik. Ah,persetan dunia ini mengapa aku dilahirkan kalau hanya seperti ini,bentaku pada nasib yang merana ini.Memang dalam pikiranku kala itu kacau sekali, rasanya aku ingin mati saja daripada hidup hanya menjadi bahan olokan,taka ada yang membelaku,malah orangtuaku sendiri mengusirku tak tahu aku mau kemana. Berjalan melewati hari demi hari tak peduli asa terhempas kegamangan diri.hei,nak sedang apa kau disitu mari kesini,ayo mendekatlah!,suara panggilan seorang kakek yang tampak lesu disebuah pekarangan mesjid,aku terhenyak lupa sudah sampai mana aku berjalan,loh,kok malah melamun ada apa, ayo kesini!,suara kakek yang kali ini lebih keras daripada tadi.oh,iya kek saya akan kesana.timpalku sambil bergegas mendekatinya. Mimpi rasanya aku berada di masjid ar-rizal.Tak menyangka diri ini berada dimesjid yang selalu membayangiku dalam mimpi,mesjid ini tampak usang, wajar karena mesjid ini sudah berdiri selama satu abad,dan selama itu belum ada renovasi sedikitpun,memang ada kakek ahmad yang menjadi marbot mesjid ini itupun baru sepuluh tahun ini,dan anehnya dia bisa bertahan hidup hanya dengan menjadi marbot yang penghasilannya hanya tiga ribu seminggu itupun kalau ada yang berbaik hati memberinya uang,memang ada tambahan penghasilan dari pekerjaan sambilannya tapi itupun hanya sedikit,walaupun begitu beliau tegar menjalani lika-liku hidup. Kuputuskan aku akan membantu kakek ahmad menjadi marbot masjid arrizal dengan ikhlas, Karena disini aku baru merasakan indahnya diharapkan,diinginkan dan tentu dicintai dengan tulus yang baru aku rasakan sepanjang usiaku yang sebentar lagi menginjak usia ke duapuluh tiga,dan disana pula aku putuskan untuk merubah namaku sesuai dengan nama anak dari kakek ahmad yang hilang saat kebakaran melanda rumahnya yang hanya menyisakan kakek ahmad seorang,asalnya namaku adalah ega kelana menjadi andi abdillah,aku harapkan dengan perubahan namaku ini akan sedikit mengobati rasa rindunya pada anaknya. Hampir satu tahun aku disana aku hidup dengan kakek ahmad ,aku belajar banyak hal dengannya kecerdasan kakek ahmad sangat luar biasa wawasannya sangat luas,aku baru menyadari bahwa sepenuhnya hidup belum berakhir ,disanalah aku merasa lebih dekat dengan Allah sang khaliq,tapi kesejahtreanku

dan kakek disana kurang memadai aku putuskan untuk bekerja tapi apa yang mau dikata tak ada yang mau menerimaku. Nak,sudahlah biar kakek yang cari kerja tambahan.cetusnya padaku saat aku pulang dan lagi-lagi dengan tangan hampa,tidak kek biar aku coba lagi besok.kataku sambil optimis tapi kakek malah menggelengkan kepala tak percaya begitu besar semangatku kali ini. Besoknya aku terhenyak kala kakek bernafas terengah-engah entah kenapa,nak,mungkin hidup kakek sebentar lagi,kakek pesan kepadamu jadilah seorang penulis muslim dan lanjutkanlah kuliahmu di bidang seni,dan jangan lupa cepatlah menikah bila sudah mampu.itulah perkataan terakhirnya yang membuat hatiku hancur,baru saja ada orang yang aku cintai sudah pergi lagi,selongsong jiwaku merana meratapi kesedihan kucuran deras air mata membasahi hari yang sepi karena kepergiannya,serasa begitu cepatnya kakek pergi baru saja rasanya aku bertemu kakek tempo hari,hari ini sudah harus berpisah,memang kedahsyatan waktu tak bisa dibendung oleh siapapun kecuali sang khaliq. Setelah itu kuputuskan akan menjalankan pesan kakek,akan kujadikan itu sebagai rencana awal hidupku kedepannya, aku tidak ingin terus larut dalam kesedihan, aku akan menatap masa depan dengan tekad penuh asa dalam dada, karena mungkin besok atau lusa aku akan menyusul kakek, karena setiap ciptaannya pasti akan kembali kepadanya tinggal kita berusaha untuk menjadi orang yang mulia dihadapannnya atau hanya menjadi bahan bakar api neraka,hidupku belum berakhir diri ini masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri. ***

Anda mungkin juga menyukai