DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
Setiap menit dalam setiap hari kita kehilangan 5 hektar hutan atau setara dengan 5 lap bola atau setiap hari kita kehilangan setara dengan 83 milliar Rp
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
Indikatif lokasi yang perlu direhabilitasi seluruh Indonesia seluas 101,73 jt Ha (59,62 jt ha di dalam kawasan hutan dan 42,11 jt ha di luar Kawasan) Terdiri dari 3 (tiga) Kelompok Kelas Penutupan Lahan : Kelompok I = 46,30 Juta Ha (semak bel, tanah terbuka, pert.lhn krg campur smk) Kelompok II = 38,83 Juta Ha (htn lhn kering sek, htn rawa sek, htn mangrove sek) Kelompok III = 16,60 Juta Ha (savana, pert. lhn krg, sawah, pertamb, pemukiman)
DEPARTEMEN KEHUTANAN INDIKASI AREAL HUTAN YANG PERLU WANABHAKTI GEDUNG MANGGALA DIREHABILITASI HASIL PENAFSIRAN CITRA LANDSAT TAHUN 1999-2000
Indikatif lokasi yang perlu direhabilitasi seluruh Indonesia seluas 101,73 jt Ha di dalam Kawasan Hutan mencapai 59,62 jt ha.) Hutan Lindung dan Konservasi Hutan Lindung Hutan Konservasi Alam Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas = 15,207 Juta Ha = 10,520 Juta Ha = 4,687 Juta Ha = 32,190 Juta Ha = 19,270 Juta Ha = 12,920 Juta Ha
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
45
INDIKASI AREAL YANG PERLU DIREHABILITASI SELURUH INDONESIA MENURUT KELOMPOK PENUTUPAN DAN DAS PRIORITAS (juta Ha)
40
35
30 12.0 3.5 20 9.1 12.3 2.3 10 4.5 11.5 6.9 7.9 19.9 2.0
25
15
DAS PRIORITAS
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
45
INDIKASI AREAL YANG PERLU DIREHABILITASI SELURUH INDONESIA DI DALAM DAN LUAR KAWASAN HUTAN DAN DAS PRIORITAS (juta Ha)
40
35 20.30
30
25 5.10 10.70
20
10
20.40
DAS PRIORITAS
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
3.5
2.5
2.4
1.5
0.5
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
200
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (dalam PERSEN) TAHUN 19932003
100%
Perik anan
90%
K ehutanan
80%
60%
Tanaman Perkebunan
50%
40%
20%
10%
2002
Tahun
200
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
50
Kapasitas Pemanfaatan Kapasitas Terpasang
100
Ratio Tingkat pemanfatan terhadap Kapasitas terpasang
45
90.6
90
40
35
70
30
60
25
50
20
40
15
30
10
20
10
0 1980 1985 1989 1990 1997 Tahun 1998 1999 2000 2001 2002
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
VOLUME PRODUKSI, EKSPOR DAN KONSUMSI KAYU OLAHAN DALAM NEGERI (JUTA M3)
Volume Konsumsi Kayu Olahan 35 Produksi Kayu Olahan (GERGAJIAN, KAYU LAPIS, PULP DAN KERTAS)
30
.5 28
.1 28
.5 29
.8 30
.4 31
.2 32
25
.7 21
.5 20
20
15
21.3
10
11.3
9.1
10.4
11.4
7.2
21.0
7.1
7.1
22.9
24.3
24.6
6.6
6.5
6.8
25.7
2002
.4 12
5.3
6.5
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
PRODUKSI KAYU (HPH, HTI DAN PERUM PERHUTANI) DAN KONSUMSI KAYU SEKTOR KEHUTANAN
60
50
30
20
10
0
1989 1990 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
DEPARTEMEN KEHUTANAN
ISU KEHUTANAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Good Governance; Tenurial; Pengelolaan htn tdk lestari; Kejahatan khtn meningkat; SDM Kehutanan; Degradasi SDH meningkat; Ketersediaan data dan info rendah; 8. R&D tidak efisien dan tidak terapan; 9. Perencanaan kehutanan tidak partisipatif; 10. Penegakan Hukum rendah; 11. Industri & struktur industri kehutanan tidak efisien; 12. Konsep konservasi belum diterapkan; 13. Otonomi daerah; 14. Kemiskinan (cross cutting issue- CCI). 15. Tata ruang (CCI)
1. 2. 3. 4.
Good Governance; Land Tenure; SDM Kehutanan; Ketersediaan data dan info rendah; 5. R&D tidak efisien dan tidak terapan; 6. Perencanaan kehutanan tidak partisipatif; 7. Penegakan Hukum rendah; 8. Otonomi daerah 9. Tata ruang 10.Kemiskinan. 1. Pengelolaan hutan tidak lestari; 2. Land Tenure; 3. Kejahatan kehutanan meningkat; 4. Degradasi SDH meningkat; 5. Perencanaan kehutanan tidak partisipatif; 6. Penegakan hukum rendah; 7. Industri & strutur industri tidak efisien;; 8. Konsep konservasi belum diterapkan; 9. Kemiskinan (CC-I)
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
PDRB HIJAU
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
LATAR BELAKANG
Secara konvensional PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) selama ini dipergunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja pembangunan suatu daerah (Kabupaten/Prov). PDRB adalah jumlah nilai rupiah barang dan jasa akhir yang dihasilkan suatu perekonomian daerah untuk waktu satu tahun. PDRB hanya cerminkan nilai kontribusi produk kehutanan yang dipasarkan, belum integrasikan unsur deplesi SDH dan degradasi lingkungan. Belum cerminkan nilai kesejahteraan sesungguhnya (pendapatan dapat saja meningkat, tetapi aset makin menipis). SDH mempunyai multi fungsi dan forward linkages yang sangat panjang dan luas, perhitungan PDRB masih terlalu rendah (undervalued) dan dapat memberikan arah yang keliru. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang RPJM 2004-2009 menetapkan PDRB Hijau sebagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH.
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
ABSOLUT
(Mutlak urusan Pusat)
CONCURRENT
(Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
PILIHAN/OPTIONAL
(Sektor Unggulan) Contoh: pertanian, industri, perdagangan, kehutanan, kelautan dsb
WAJIB/OBLIGATORY (Pelayanan Dasar) Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan
SPM
(Standar Pelayanan Minimal)
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
DISTRIBUSI URUSAN PEMERINTAHAN ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN Kriteria Distribusi Urusan Pmerintahan Antar Tingkat Pemerintahan : 1. Externalitas (Spill-over) Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus 2. Akuntabilitas Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi) 3. Efisiensi Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang efisien dan mencegah High Cost Economy Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale) pelayanan publik Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan (catchment area) yang optimal
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
Manfaat
a) Menghindari bias perhitungan penilaian kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah (struktur perekonomian lebih realistis). b) Mengetahui besar/nilai deplisi, kerusakan dan mengontrol kerusakan SDH. c) Memberikan penilaian wajar pd keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. d) Masukan dalam penentuan besar pungutan/ganti rugi kerusakan lingkungan. e) Masukan dalam rangka menghitung kontribusi sektor kehutanan dalam pembangunan suatu daerah f) Mengetahui sumbangan sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi. g) Menambah motivasi penyelenggara pemerintahan untuk mengelola SDH
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
KENDALA
a. Secara politis belum ada kesepakatan untuk menerapkan PDRB Hijau dalam secara luas. b. Masih langkanya kapasitas SDM di Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik di daerah c. Keterbatasan metodologi (identifikasi dan kuantifikasi).
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN PADA PDRB HIJAU KABUPATEN BERAU (Dalam Rp. Milyar)
URAIAN 2000 Kontribusi sektor kehutanan pada PDRB Deplesi Sumberdaya Hutan Kontribusi sektor kehutanan pada PDRB Semi Hijau Degradasi Sumberdaya Hutan Kontribusi sektor kehutanan pada PDRB Hijau Nilai tambah sektor kehutanan 374,79 232,56 142,23 543.31 -401,08 1.150,66 2001 373,25 298,71 74,54 620,12 -545,58 1.292,08 TAHUN 2002 376,89 193,07 183,82 370,23 -186,41 940,19 2003 381,03 155,14 225,88 260,15 -34,27 796,32
DEPARTEMEN KEHUTANAN
GEDUNG MANGGALA WANABHAKTI
Terima kasih