Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan 1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

1.2 Tingkatan Pengetahuan Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan seharihari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan

Universitas Sumatera Utara

benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orangorang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung

Universitas Sumatera Utara

memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).

1.4 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

1.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

1. Pendidikan Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). 2. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997). 3. Usia Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

Universitas Sumatera Utara

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 4. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

2. Konsep Perawatan Kehamilan 2.1 Pengertian Perawatan kehamilan atau yang sering disebut dengan istilah antenatal care (ANC) adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998).

2.2 Tujuan Perawatan Kehamilan Periode prenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik, yakni pertumbuhan janin dan adaptasi maternal maupun secara psikologis, yakni antisipasi menjadi orangtua. Kunjungan prenatal regular dimulai segera setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi, yang bertujuan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan janin dan untuk mengidentifikasi kelainan yang

Universitas Sumatera Utara

dapat menganggu proses persalinan normal (Bobak, 2005). Dengan kata lain perawatan selama kehamilan bertujuan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang maksimal baik bagi ibu dan janin (Reeder, 1997). Tujuan prenatal ini dipenuhi oleh tindakan sebagai berikut menentukan bahwa ibu tersebut benar-benar hamil, mengevaluasi dan menangani keadaan medis lain yang mungkin ada, mendiagnosa dan mengobati penyulit kehamilan, memberikan dukungan akan kebutuhan psikologis pada ibu untuk menurunkan stress yang berhubungan dengan penyulit, menjelaskan diet nutrisi, menyiapkan ibu untuk persalinan dan perawatan anak dengan pendidikan dan bantuan, menjelaskan dan memberikan perawatan post partum dan supervisi medis bagi neonates (Hamilton, 1995).

2.3 Perawatan Kehamilan Kunjungan prenatal dijadwalkan sekali sebulan selama tujuh bulan, sekali dua minggu pada bulan kedelapan, dan sekali seminggu pada bulan terakhir pada kehamilan yang normal (Burroughs, 2001). Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan adalah merupakan aspek yang yang penting. Untuk mewujudkan hal ini dapat dilakukan perawatan mandiri seperti berikut : 1. Perawatan payudara Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya sudah harus dirawat. Perawatan ini mulai dilakukan setelah kehamilan memasuki trimester tiga yaitu pada usia

Universitas Sumatera Utara

kehamilan tujuh bulan ke atas. Perawatan payudara pada masa kehamilan tidak diperkenankan sebagai upaya memperlancar pengeluaran ASI, tetapi bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, memperbaiki kondisi putting susu yang mengalami kelainan bentuk dan menstimulasi produksi ASI. Berat payudara akan bertambah selama hamil, karena itu ibu disarankan untuk memakai bra yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah dan bukan menekan dari depan. Ketika mandi, daerah puting payudara tidak boleh disabuni karena dapat membuang lemak atau minyak alami yang diproduksi kelenjar Montgomery dan akan membuat puting payudara menjadi kering (Burroughs, 2001). Ibu hamil juga harus diberitahu bahwa pada trimester akhir payudara akan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan yang dinamakan kolostrum. Untuk mencegah penyumbatan, kolostrum harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara masase pada dua bulan terakhir (Mochtar, 1998). 2. Perawatan gigi Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual dapat mengakibatkan perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan fisiologis selama masa hamil yang dapat menimbulkan karies gigi karena kalsium dan fosfor di dalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah kuno yang mengatakan setiap anak mendapat satu gigi adalah tidak benar (Bobak, 2005). Pentingnya kesehatan gigi sebagai bagian dari kesehatan tubuh secara umum harus ditegaskan, dan wanita hamil dianjurkan untuk memeriksakan gigi pada awal kehamilannya. Ia harus memberitahukan

Universitas Sumatera Utara

kepada dokter gigi mengenai kehamilannya sehingga tindakan yang diperlukan dapat diatur, termasuk pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Farrer, 1999). Membersihkan gigi dengan sikat gigi yang lembut sedikitnya dua kali sehari secara teratur sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mengurangi perdarahan pada gusi (Browne, 1970). 3. Nutrisi Wanita hamil harus mendapat perhatian dalam susunan dietnya, karena bila nutrisi yang diperoleh tidak mencukupi terutama pada tiga bulan terakhir dapat membahayakan ibu dan janin (Browne, 1970). Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang pendidikan, kemiskinan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan dan kondisi kesehatan yang buruk. Ibu harus memenuhi panduan makanan yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang seimbang, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, kalsium, fosfor, zat besi dan air. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu adalah dengan peningkatan berat badan 9-13 kg (Hamilton, 1995). 4. Aktivitas fisik dan latihan Wanita yang biasanya tidak berolahraga harus memulai kegiatan fisik yang intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara bertahap. Aktivitas yang dilakukan terus-menerus sampai ibu hamil menjadi terlalu lelah atau letih membuat perfusi darah ke rahim berkurang dan pemberian oksigen ke fetoplasental juga menurun. Dengan bertambahnya usia kehamilan, titik berat ibu hamil akan berubah, dukungan tulang panggul melemah, koordinasi biasanya menurun, dan ia akan merasa tidak nyaman. Kelelahan pada jaringan

Universitas Sumatera Utara

penyammbung meningkatkan risiko cedera pada sendi. Rasa tidak nyaman dapat menyebabkan ibu hamil kehilangan keseimbangan dan jatuh, sehingga melukai dirinya sendiri (Fishbein dan Phillips, 1990). 5. Aktivitas seksual Pada kehamilan yang sehat tidak ada alasan yang kuat untuk membatasi aktivitas seksual kecuali bila ada sejarah sering abortus, perdarahan pervaginam, atau ketuban pecah dini. Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus dilakukan dengan berhati-hati (Mochtar, 1998). 6. Istirahat dan tidur Disamping latihan, istirahat juga diperlukan oleh ibu hamil khususnya selama trimester kedua dari kehamilannya selama dua atau tiga jam setiap sore di tempat tidur dan ruangan yang tenang. Kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang terlalu ketat dilonggarkan. Memasuki akhir bulan kehamilan, periode istirahat akan menjadi lebih banyak (Browne, 1970). Tidur siang adalah menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan ibu jatuh pingsan (Mochtar, 1998). 7. Berpakaian Pakaian yang digunakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk atau pita yang menekan di bagian perut atau pergelangan tangan. Pakaian juga tidak boleh terlalu ketat di bagian leher. Desain bra harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara yang tumbuh menjadi besar pada kehamilan dan memudahkan ibu ketika akan menyusui bayinya. Bra yang digunakan harus mempunyai tali yang

Universitas Sumatera Utara

lebar sehingga tidak terasa sakit pada bahu. Kaos kaki yang sering dikenakan oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman. Sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika stabilitas tubuh terganggu dan edema kaki sering terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku juga bukan sepatu yang aman bagi wanita hamil (Farrer, 1999). 8. Pekerjaan Kapan seorang wanita yang hamil harus berhenti bekerja di luar rumah sangat tergantung pada jenis pekerjaannya, bahaya apa yang mengancam dalam lingkungan pekerjaannya, dan seberapa besar energi fisik serta mental yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan itu. Jika pekerjaannya tidak terlalu banyak menyita energi dan juga tidak banyak mempengaruhi kehamilan, dapat dianjurkan kepada wanita tersebut untuk terus bekerja selama ia menyukai pekerjaannya. Kepada wanita yang hamil biasanya diberitahukan bahwa cuti sebulan penuh sebelum melahirkan bayinya akan bermanfaat bagi ibu dan bayi (Farrer, 1999). 9. Bepergian dan perjalanan Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai. Bepergian juga dapat menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan jauhakan meletihkan, dan asupan makanan serta minuman cenderung berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare sering terjadi dalam

Universitas Sumatera Utara

perjalanan, dan juga dengan berada di tempat lain terdapat ketidakpastian dalam memperoleh pelayanan medis yang memuaskan. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang menonjol (Farrer, 1999). 10. Konsumsi alkohol dan rokok Sampai saat ini belum ada standar penggunaan alkohol yang aman untuk ibu hamil. Walaupun minum alkohol sesekali tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun perkembangan janinnya, sangat dianjurkan untuk tidak minum alkohol sama sekali (Cook, dkk, 1990 dalam Bobak, 2005). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan malformasi janin, retardasi pertumbuhan janin dan kemudian retardasi mental. Ibu hamil harus berhenti merokok segera setelah diagnosis kehamilannya ditegakkan. Tindakan ini sangat penting terutama jika terdapat faktor risiko atau kalau kebiasaan merokok tersebut disertai dengan iritasi pernapasan yang kronis (Farrer, 1999). Merokok juga meningkatkan frekuensi persalinan prematur, ketuban pecah dini, abrupsio plasenta, plasenta previa dan kematian janin (McDonal, Armstrong, Sloan, 1992 dalam Bobak, 2005). 11. Obat-obatan Wanita hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil kecuali bila dengan resep dokter. Hal ini penting untuk menjaga embrio atau fetus terhadap bahaya atau efek dari obat-obatan tersebut (Burroughs, 2001). Bahaya terbesar yang menyebabkan defek pada perkembangan janin akibat penggunaan obat-obatan dapat muncul sejak fertilisasi sampai sepanjang trimester pertama. Upaya mengobati diri sendiri sebaiknya tidak dilakukan. Semua obat termasuk

Universitas Sumatera Utara

aspirin, harus dibatasi dan setiap obat ynag digunakan harus dicatat dengan teliti (Dicke, 1998 dalam Bobak, 2005). 12. Imunisasi dan vaksinasi Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan tajam harus dihindari. Vaksinasi rubella, tifoid dan influenza tidak diberikan selama kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Perlindungan terhadap polio dapat diberikan jika wanita tersebut belum pernah divaksin. Vaksin tetanus harus diberikan pada wanita hamil untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum (Farrer, 1999). Untuk memilih imunisasi apa yang aman selama kehamilan sebaiknya ibu berkonsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan. Wanita hamil sebaiknya memberitahukan kepada petugas pelayanan kesehatan bahwa dia sedang hamil sebelum imunisasi ditetapkan (Burroughs, 2001). 13. Kesehatan jiwa Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun perstiwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang dan merasa khawatir. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama antara pasien dengan yang menolong persalinan (Mochtar, 1998).

Universitas Sumatera Utara

14. Tanda bahaya Wanita hamil harus mengetahui tentang tanda-tanda bahaya yang harus dilaporkan kepada perawat ataupun dokter seperti perdarahan pervaginam, nyeri abdominal, kekakuan otot, nyeri dada, nafas pendek dan lain-lain. Setiap ibu harus diberikan daftar informasi tertulis mengenai tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi dan dituliskan dengan bahasa yang dapat dibaca dan dimengerti oleh ibu (Burroughs, 2001).

3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri (Stoppard, 2002). Menurut BKKBN (2001), partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dapat ditunjukkan dengan cara : a. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri b. Mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minimal empat kali selama kehamilan

Universitas Sumatera Utara

c. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya d. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah e. Menyiapkan biaya persalinan f. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi halhal yang membahayakan kesehatan selama kehamilan seperti perdarahan dan lain-lain. Menurut Cholil et all, 1998 dalam Nurul, 2009 ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istrinya, antara lain : a. Budaya Di berbagai wilayah di Indonesia terutama pada masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah seorang wanita yang tidak sederajat dengan kaum pria dan hanya bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya suami akan mendapat kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anaknya karena dia beranggapan bahwa suamilah yang bekerja mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan asupan gizi untuk istri kurang. b. Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan, 75-100% dari penghasilannya digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga sehari-hari, bahkan banyak keluarga yang setiap bulan mempunyai penghasilan yang rendah sehingga pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara

ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu untuk membayar. Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga suami tidak mempunyai alas an untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan. c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya. Menurut BKKBN (2001), peningkatan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan adalah perlu karena : 1. Suami merupakan pasangan dalam proses reproduksi, sehingga beralasan bila suami istri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi dan kehamilan 2. Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga 3. Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran yang penting dalam mengambil keputusan 4. Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perawatan kehamilan masih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai