Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa kejayaannya, nasionalisme tampak begitu kuat mengakar dalam berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Ini dapat dengan mudah terlihat dalam berbagai ungkapan bangsa-ku, negeri-ku, yang ku cinta atau demi kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana

muncul hampir dalam setiap percakapan sehari-hari hingga dialog resmi kenegaraan. Memaknai Indonesia, dalam konteks nasionalisme, merupakan sebuah kesatuan antara bangsa (nation) sekaligus negara (state) (Dhakidhae, 2001: v). Di dalamnya terdapat sebuah solidaritas negara-bangsa (nation-state) dari susunan beraneka solidaritas sukubangsa (ethnic). Sebuah misteri besar di balik bersatunya beraneka entitas kultural yang sangat heterogen dalam sebuah payung yang bernama negara-bangsa Indonesia, menjadi hal yang biasa saja dalam kehidupan nasional. Slogan bhineka tunggal ika, tampaknya menjadi adagium pamungkas yang mampu mereduksi semua perbedaan tersebut.

Namun, munculnya berbagai konflik sosial pada era 1990-an, tampaknya menjadi sebuah titik balik

perjalanan nasionalisme di Indonesia. Setelah berjaya hampir setengah abad di bumi nusantara pasca

kemerdekaannya, nasionalisme Indonesia seakan-akan runtuh begitu saja tanpa sisa. Rasa kebanggaan

sebagai sebuah kesatuan bangsa Indonesia tampaknya menghilang, tergerus oleh gelombang semangat

kesukuan dan kedaerahan yang tengah menggelora di sejumlah wilayah. Ikatan kebangsaan Indonesia

menjadi tidak begitu berarti, dan tenggelam oleh sentimen etnis yang sangat kental. Munculnya berbagai konflik bernuansa suku, agama, dan ras (SARA) di Kalimantan, Maluku, dan Poso, hingga gerakan

pemberontakan lokal radikal di Timor Timur, Aceh, Maluku Selatan, dan Papua tampaknya menjadi bukti nyata rasa kebangsaan yang memudar dan sekaligus sebagai ancaman terhadap eksistensi Indonesia

sebagai kesatuan entitas dalam sebuah negara-bangsa. Wacana separatisme kultural yang anti-nasionalisme Indonesia menjadi fenomena sekaligus pertanyaan

yang terus membayang.

1.2.

Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai : a. Apakah yang dimaksud dengan Separatisme b. Faktor faktor separatisme c. Bagaimana Penanggulangan separatisme d. Contoh separatisme di Indonesia dan di Dunia.

1.3.

Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk

menambah

pengetahuan

mahasiswa

mengenai

separatisme di indonesia dan di dunia secara spesifik. Selain itu, Makalah ini digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh nilai mata kuliah umum kewarganegaraan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Separatisme Separatisme pada umumnya diartikan oleh masyarakat kita sebagai bentuk paham yang memecah belah atau

memisahkan

kelompok

tertentu

dari

kesatuannya.

Namun

demikian, yang terjadi tampaknya separatisme terwujud tanpa disadari oleh masyarakat. Seringkali berbagai hal yang

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dalam arti luas terjadi atas alasan tertentu, misalnya konflik etnis, sosial, politik, agama dan tentu saja semua itu terkait dengan budaya bangsa ini. Separatisme sudah tentu menjadi momok bagi perjalanan bangsa kita dalam menghadapi tantangan globalisasi. Sulit dibayangkan ketika begitu hebatnya serbuan intervensi asing masuk ke Indonesia, kita justru sedang sibuk mengatasi masalah dan konflik-konflik intern yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus mulai mencari penyelesaian yang efektif sehingga tidak perlu berlarut-larut melawan rakyat sendiri yang seharusnya bekerjasama menghadapi masa depan. Sangat disesali, selama ini bangsa kita tampaknya tidak dibekali dengan moral dan karakter yang baik. Dalam hal ini, banyak sekali contoh yang bisa kita lihat dan buktikan sendiri. Dewasa ini kita dipaksa untuk semakin menyadari bahwa selain bangsa ini terpuruk dalam bidang ekonomi, sosial, dan bahkan teknologi, kita juga telah gagal dalam hal pembangunan moral dan karakter manusia Indonesia. Saya pikir ini menjadi

salah satu akar dari masalah separatisme yang berkedok budaya di Indonesia. Ditambah lagi kelangkaan figur seorang negarawan sejati di Indonesia amat kita sesali mengingat betapa pentingnya kepemimpinan yang baik dalam menghadapi tantangan global di masa yang akan datang. Dalam arti sempit, kita kesulitan mencari orang yang sungguh-sungguh kompeten dalam

menjalankan pemerintahan. 2.2. Faktor Faktor Separatisme.

Anda mungkin juga menyukai