Anda di halaman 1dari 4

Bab II

Pembahasan

2.1 Landasan Teori ekonomi pembangunan


Sudah puluhan tahun terjadi perkebangan pemikiran mengenai teori-teori ekonomi pembangunan. Bahkan terkadang telah terjadi persaingan/kompetisi satu sama lainnya. Misalnya dalam hal pertama, mengenai teori linier tentang tahapan pertumbuhan ekonomi. Kedua, mengenai model-model neo klasik mengenai perubahan struktural dan ketiga yang berkaitan dengan masalah paradikma ketergantungan internasiaonal. A. Teori Tahapan Linier Setelah perang dunia II berakhir, tampaknya para ahli ekonomi dari negara maju/industri tidak tahu bagaimana nasib negara-negara miskin. Masalahnya para ahli itu tidak memiliki peralatan konsepsional guna menganalisis proses pertumbuhan ekonomi di masyarakat yang sebian besar terdiri dari petani kecil yang tidak mempunyai ciri struktur perekonomian moderen.

1. Pertumbuhan ekonomi menurut W.W. Rostow


W.W Rostow yang terkenal sebagai ahli sejarah ekonomi dari AS menyatakan bahwa perubahan dari keterbelakangan kepada kemajuan dijelaskan dari satu seri tahapan yang harus dilalui oleh setiap negara, seperti diungkapkan rostow dalam pembukaan bukunya yang berjudul : the stages of economic growth. Bukunya itu menunjukan bagaimana seorang ahli sejarah ekonomi didalam melakukan generalisasi perjalanan sejarah moderen. Negara-negara maju seluruhnya telah melalui tahapan yakini tahapan tinggal landas kearah pertumbuhan yang berkesinambungan. Sedangkan negara-negara terbelakang masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional atau tahapan penyusunan kerangka landasan. Salah satu pikiran utama mengenai pembangunan ialah bahwa setiap upaya untuk tinggal landas harus ada mobilisasi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Adapun mekanisme perekonomian dengan pengertian investasi yang lebih banyak yang di arahkan kepada percepatan pertumbuhan dapat menggunakan model pertumbuhan harrod-domar. 2. Model Roy Harrod-Evsey D.Domar Untuk pertumbuhan dibutuhkan tersedianya investasi baru sebagai tambahan netto terhadap stok kapital. Jika diamsusikan, ada kaitan ekonomi langsung antara besarnya stok kapital secara keseluruhan, kapital (K), dengan GNP, Y (pendapatan nasional/output).

Dalam ilmu ekonomi hubungan tersebut sebagai nisba/ratio/perbandingan kapital/output (capital/output ratio atau biasa dikenal dengan sebutan COR/capital output ratio) adalah 3 berbanding 1. Sekiranya diartikan nisbah kapital/output sebagai, k, selanjutnya nisbah tabungan nasional (national saving ratio), s,sebuah bagian yang tetap dari output nasional misalanya 6% dan jumlah investasi (modal yang ditanam) baru ditentukan oleh jumlah tabungan,maka dari itu dapat dibuat sebuah model pertumbuhan ekonomi secara sederhana, sperti berikut ini: a). Tabungan (S) bagian. S dari pendapatan nasional (Y) sehingga bentuk persamaanya menjadi : S = s.Y (1) b). Modal yang ditanam (I) diartikan sebagai perbuhan dari stok kapital (K) yang ditujukn oleh ^K, l = ^K (2)......catatan ^= delta oleh karena jumlah stok kapital (K) mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y) seperti ditujukan oeh nisbah kapital / output,k,maka K/Y = K atau ^K/^Y=k; maka akhirnya menjadi ^K=k^Y (2a) c). Karena jumlah keseluruhan tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I), maka dapat ditulis sebagai berikut: S=I dari persamaan (1) diatas diketahui bahwa S=s.Y dan dari persamaan (2) dan (2a) dietahui bahwa I=^K=k^Y. Maka identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dapat menjadi seperti persamaan (3). S=s. Y=k^Y=^K=I (3a) atau s. Y =k^Y (3b) selanjutnya sekiranya kedua sisi persamaan (3b) mula-mula dibagi dengan Y dan kemudian dibagi dengan k , maka persamaan menjadi : ^Y/Y=s/k (4) Dari persamaan (4) dimana sisi kiri dari persamaan (4),^Y/Y adalah tingkat pertambahan atau tingkat pertumbuhan GNP (yakni ,presentasi dari perubahan GNP). Persamaan (4) merupakan versi yang sederhana dari persamaan Harrod-Domar yang terkenal itu, dimana dinyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP (^y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh nisbah tabungan nasional,s, dan nisbah kapital/output nasional,k. Lebih spesiik lagi persamaan itu menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapata nasional akan secara langsung atau secara posiif berkaitan erat dengan nisbah tabungan yakni lebih banyak bagian GNP yang diabung, an diinvestasikan, maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut. Sebaliknya atau secara negatif terhadap nisbah kapital output suatu pereokonomian yakni lebih besar k, pertumbuhan GNP lebih kecil lagi. Persamaan(4) sangat sederhana. Supaya dapat tumbuh perlu adanya penaungan dan menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Semakin banyak yang ditabung kemudian ditanam(diinvestasikan), maka perumbuhan ekonomi makin cepat. Walau harus diingat bahwa tingkat pertumbuhan yag dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung kepada produktivitas investasi tersebut.

Produktivitas investasi yaitu banyaknya tambahan output yang siperoleh dari suatu unit investasi yang diukur dengan inverse nisbah kapitl/output,k, karena inverse ini l/k, adalah nisbah output/kapital atau l/Y, dengan produktivitasnya, l/k, mka akan diperoeh tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau GNP. Tampaknya dengan menggunakan persamaan Harrod-Domar yang sederhana seperti persamaan (4) pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan hanya dengan cara meningkatkan bagian dari pendapatan nasional yang ditabung yakni yang tidak dikonsumsi. Jika dapat meningkatkan s dalam persamaan (4) maka dapat meningkatkan ^Y/Y yakni tingkat pertumbuhan ekonomi. Umpamanya jika nisbah kapital/output nasional di suatu negara berkembang adalah 3 dan nisbah tabungan keseluruhan (agregate) sebesar 6% dari GNP dengan menggunakan persamaan (4), negara tersebut dapat tumbuh 2%. ^Y/Y =s/k 6%/3=2% Tetapi jika tabungan nasional dapat ditingkatkan dari 6% mejadi 15%, misalanya degan cara menaikkan pajak, bantuan luar negeri, dan pengurangan konsumsi secara umum, maka pertumbuhan GNP dapat dinaikkan dari 2%menjadi 5%. Dalam kenyataanya, memang Rostow dan yang lainnya menetapkan tahap tinggal landas dengan cara ini. Negara-negara yang mampu menabung 15%-20% dari GNP-nya maka negara-negara tersebut dapat tumbuh dengan tingkat yang lebih cepat dibandingkan dengan negara yang kemampuan menabungnya kurang dari jjumlah tersebut. 3. Teori perubahan struktur Teori ini dikembangkan berdasarkan aliran neo klasik, termasuk salah satu model yang berkaitan dengan teori perubahan struktur. Teori ini berkaitan dengan mekanisme yang memungkinkan perekonomian suatu negara terbelakang menstransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang dianggap berat yakni sektor pertanian tradisional untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kepada perekonomian yang lebih modern, lebih mengarah ke kota, serta lebih beraneka bidang industri dan jasanya. Model ini menggunakan pirantri teori neo klasik yang berkaitan dengan masalah harga dan alokasi sumber daya, serta ekonometrik untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. Adapun tokoh yang terkenal dalam teori perubahan struktural seperti: 1. W. Arthur Lewis yang terkenal dengan model teorinya mengenai dua sektor kelebihan soal buruh (two sectors surplus labor) 2. Hollis Chenery yang dikenal dengan analisis empiriknya yang berkenaan dengan pola-pola pembangunan (paterns of development) Menurut model Arthur Lewis, perekonomian yang terbelakang dianggap terdiri dari 2 sektor yakni, pertama, sektor tradisional yakni sektor pedesaan subsistem yang jumlh penduduknya berlebih, produktivitasnya marginal tenaga

kerjanya sama dengan nol yaitu sebagai suatu sistem yang memungkinkan sebagai Arthur Lewis mengadakan klasifikasi soal surplus tenaga kerja dengan pengertian bahwa tenaga kerja tersebut dapat ditarik /dipindahkan dari sektor pertanian tanpa kehilangan output. Dan kedua, sektor industri modern perkotaan yang produktivitasnya tinggi sebagai tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer/dipindahkan sedikit demi sedikit dari sektor subsistem. Perhatian utama dari model ini yakni terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan output serta kesempatan kerja di sektor modern. Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja sektor modern memungkinkan terjadinya perluasan/peningkatan output di sektor tersebut. Tampaknya hampir semua teori ada kelemahan-kelemahannya sehingga selalu ada kritikan, begitu jug ada teori dari Arthur Lewis, terutama yang berkenaan dengan tiga dari asumsiasumsi utamanya itu ternyata tidak cocok dengan kenyataan kelembagaan dan ekonomi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga masa kini. Tiga asumsi Arthur lewis yang mendapat kritikan itu seperti berikut ini: 1. Berkaitan dengan asumsinya bahwa tingkat pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat akumulasi kapital sektor modern. 2. Menjadi permasalahannya dikarenakan berkaitan dengan dugaan bahwa keadaan yang sebaliknya lebih mungkin terjadi di negar-negara dunia ketiga yakni jumlah pengganguran di perkotaan cukup besar tetapi hanya sedikit kelebihan tenaga kerja di pedesaan. 3. Berkaitan dengan pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor modern akan menjamin adanya upah riil di perkotaan tetap, sampai pada titik penawaran surplus tenaga kerja yang sudah habis digunakan, adalah tidak benar. B. Ketergantungan Internasional Ketergantungan internasional merupakan suatu model yang mendapat dukungan yang semakin banyak, terutama di antara para cendekiawan dari dunia ketiga. Kemudian terdapat 3 aliran pemikiran utama yakni: 1. Ketergantungan neo-kolonial Aliran ketergantungan neo-kolonial merupakan pengembangan tidak langsung dari pemikiran kaum marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan dunia ketiga kepada evolusi sejarah. Dalam model ini terlihat hubungan yang sangat tidak seimbang antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin dalam suatu sistem kapitalis internasional.

Anda mungkin juga menyukai