Anda di halaman 1dari 4

1.

MELALUI PENGKAJIAN AMDAL PEMBANGUNAN JALUR PIPA AIR LIMBAH DI KOTA MAKASSAR MAKA PERBAIKAN DERAJAT LINGKUNGAN DAN PELUANG KESEMPATAN KERJA BURUH LOKAL SEMAKIN MENINGKAT Aktifitas masyarakat dalam menggunakan air minum tentunya menghasilkan air limbah yang mengarah ke kawasan Pantai Losari yang merupakan ikon utama Kota Makassar. Melalui upaya pembangunan pipa air limbah dan IPAL ini maka tidak hanya berdampak kepada jumlah angkatan kerja buruh lokal tetapi juga meningkatnya derajat lingkungan dan kualitas kesehatan masyarakat umum khususnya anak-anak dan orang tua yang sangat rentan akan penyakit diare. Perilaku hidup bersih dan sehat sangatlah menentukan. Sayangnya, sebagian besar masyarakat perkotaan yang hidup di daerah kumuh belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, meminum air yang telah dimasak, mengelola sampah dengan baik agar tidak terkontaminasi kuman, dan menggunakan jamban yang bertangki septik. Upaya pembangunan pipa air limbah dan IPAL ini tentunya diharapkan mengurangi kerugian akibat sanitasi yang buruk, laporan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 6,1 % per tahun, sayangnya akibat sanitasi yang buruk kita rugi 2,1 %. Kecilnya alokasi anggaran untuk sektor sanitasi, menggambarkan minimnya perhatian pemerintah Daerah pada masalah sanitasi. Tidak terdapatnya institusi yang bertanggung jawab secara langsung kepada sanitasi perkotaan. Institusi pengelolaan sarana dan prasarana ini perlu dipertimbangkan alternatif seperti Perusda Air minum / PDAM, Badan Layanan Umum / Unit pengelola Teknis Dinas yang secara khusus dapat menjadi alternatif untuk mengelola sarana air limbah tersebut. Kebanyakan dari penentu kebijakan di kalangan eksekutif dan legislatif memiliki kesenjangan kapasitas dalam memahami betapa penting dan sangat mendesaknya penyediaan pelayanan bidang sanitasi bagi masyarakat. Disisi masyarakat pemahaman tentang sanitasi juga rendah, perilaku dan buruknya sanitasi masyarakat dikarenakan kurang mengenalnya pola hidup bersih dan merupakan kesenjangan yang nyata dalam memahami kesehatan lingkungan (hygiene) yang sehat, hal ini memperburuk kondisi lingkungan perkotaan. Upaya memperbaiki kesehatan dan lingkungan ini tentunya melewati suatu proses perkajian oleh seluruh komponen masyarakat.

Makassar, Pemerintah Australia melalui Australian Agency for International Development (AusAID) membantu Pemerintah Kota Makassar membangun dan membuat perencanaan dasar Instalasi Pengelolaan Air Limbah.

[SANITASI MAKASSAR] SANITASI DINILAI TAK MEMADAI

3.
Sanitasi di kawasan pemukiman kumuh yang berada di Kota Makassar dinilai masih belum memadai.Hal tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan sejak awal Januari 2009. Penilaian tersebut berkaitan dengan hasil survei yang dilakukan Care Indonesia bersama sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di tiga kecamatan dan 15 kelurahan daerah kumuh di Kota Makassar. Tiga kecamatan itu, yakni Keca- matan Tallo, Makassar, dan Ujung Tanah. Survei ini dilakukan sejak Januari hingga April 2009 lalu, dengan pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling sebanyak 2.000 responden dari sekitar 8.000 keluarga sasaran. Dalam survei tersebut menyatakan, 6% warga pemukiman kumuh buang air besar di sembarang tempat dan 4% dinyatakan warga menumpang ke tetangga.

Selebihnya disebutkan, 78% rumah tangga yang telah memiliki jamban keluarga dan 12% yang memanfaatkan jamban umum. Salah satu perwakilan Care Indonesia, Agus Sudarto, menjelaskan bahwa hasil survei itu menyatakan sekilas permasalahan sanitasi di tiga kecamatan tersebut. Bila ditinjau lebih jauh, ternyata sekitar 16% jamban masyarakat setempat memakai septik tank yang kedap air. "Hal tersebut menimbulkan permasalahan, berupa pengotoran tanah dan sumber air masih saja tetap terjadi walaupun menggunakan jamban. Pada musim penghujan, masyarakat sebagian besar buang air besar di sembarang tempat. Yang lebih memprihatinkan lagi, masih ada sekitar 9% keluarga yang menyalurkan kotorannya dari jamban ke kanal dan got," paparnya dalam acara pertemuan yang digelar di Hotel Singgasana kemarin. Terkait survei tersebut, Agus Sudarto menyarankan, target yang ingin dicapai adalah pembangunan 20 sistem pembuangan tinja umum yang saniter. Sistem yang dimaksud dapat berupa jamban umum yang menggunakan septik tank kedap air yang tiap kamarnya melayani 30 hingga 50 orang atau sistem septik tank umum yang melayani 20 keluarga. Persoalan sampah juga dianggap sebagai persoalan yang cukup pelik. Pemerintah dinilai belum memadai dalam sisi pelayanan pengumpulan dan pembuangan sampah. Di sisi lain, masyarakat masih memiliki kebiasaan buang sampah sembarangan. Sementara itu, Wakil Wali Kota Makassar Supomo Guntur menegaskan,pemukiman kumuh tetap menjadi prioritas Pemkot Makassar dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan mengajak masyarakat menjaga lingkungan. "Menyangkut pemukiman diharapkan dapat menjadi kajian dalam penataan pemukiman kumuh di Makassar. Nanti, ada kelompok yang mengkaji pemukiman kumuh,yakni Bappeda Makassar. Apalagi, Makassar sudah dua kali mendapat penghargaan penataan pemukiman kumuh," tuturnya. (mulyadi abdillah) 4. SANITASI BISA HEMAT APBN RP 40 TRILIUN

Dengan investasi yang lebih baik di sektor sanitasi, negara bisa melakukan penghematan ekonomi sebesar Rp 40 triliun per tahun. Hal ini diperoleh dari penempatan jamban yang lebih dekat sebesar Rp 10,6 triliun, sistem kakus dan praktik higen yang lebih baik sebesar Rp 13,2 triliun, juga perlindungan sumber daya air sebesar Rp 13,2 triliun. Demikian terungkap dalam "Debat Capres: Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran dari Sudut Pandang Sanitasi" di Komunitas Salihara Pasar Minggu Jakarta, Jumat (26/6). Juga terungkap bahwa kondisi air dan sanitasi di Indonesia masih memprihatinkan. Hingga saat ini, sekitar 70 juta penduduk masih buang air besar sembarangan. Bahkan, 100 juta penduduk belum memperoleh akses terhadap sumber air minum yang aman. "Dua isu utama yang patut diperhatikan," kata Ketua Pelaksana Harian Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Oswar Mungkasa pada diskusi tersebut. Dua hal tersebut yaitu kurangnya askes terhadap sanitasi dapat berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang ujung-ujungnya berkontribusi pada kondisi kemiskinan masyarakat, di lain pihak masih kurangnya perhatian terhadap pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan. Alokasi dana APBN dan APBD tidak melebihi porsi 1 persen hingga 2 persen dari total kebutuhan dana. Dengan moderator Nugroho Utomo, diskusi tersebut menghadirkan tim kampanye SBY-Boediono, Dian Syakhroz; tim kampanye JK-Wiranto, Zarmansyah; anggota jejaring AMPL, Kemal Taruc; dan peneliti Indef, Aviliani. Sikap para capres Dian Syakhroz menyatakan, capres SBY-Boediono sangat peduli pada sanitasi, tetapi memang lebih memprioritaskan penanggulangan bencana. " APBN disalurkan ke bencana, tetapi bukan berarti tidak peduli sanitasi, pengolahan sampah, drainase, pengolahan air limbah juga sudah dilakukan," katanya. Zarmansyah mengatakan, JK adalah sosok yang menampilkan genetik maritim. "Masalah limbah dari daratan, masalah terumbu karang dan sampah harus juga diperhatikan," katanya. Kemal Taruc menilai Indonesia yang merdeka lebih dahulu justru jauh terbelakang dibandingkan dengan Kamboja dan Vietnam untuk soal sanitasi. Aviliani menyatakan, sanitasi terkait dengan konsep tata ruang dan pembuangan limbah, tetapi koordinasi antarsektor masih sangat lemah. (LOK

5. MELALUI PENGKAJIAN AMDAL PEMBANGUNAN JALUR PIPA AIR LIMBAH DI KOTA MAKASSAR MAKA PERBAIKAN DERAJAT LINGKUNGAN DAN PELUANG KESEMPATAN KERJA BURUH LOKA

Aktifitas masyarakat dalam menggunakan air minum tentunya menghasilkan air limbah yang mengarah ke kawasan Pantai Losari yang merupakan ikon utama Kota Makassar. Melalui upaya pembangunan pipa air limbah dan IPAL ini maka tidak hanya berdampak kepada jumlah angkatan kerja buruh lokal tetapi juga meningkatnya derajat lingkungan dan kualitas kesehatan masyarakat umum khususnya anak-anak dan orang tua yang sangat rentan akan penyakit diare. Perilaku hidup bersih dan sehat sangatlah menentukan. Sayangnya, sebagian besar masyarakat perkotaan yang hidup di daerah kumuh belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, meminum air yang telah dimasak, mengelola sampah dengan baik agar tidak terkontaminasi kuman, dan menggunakan jamban yang bertangki septik. Upaya pembangunan pipa air limbah dan IPAL ini tentunya diharapkan mengurangi kerugian akibat sanitasi yang buruk, laporan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 6,1 % per tahun, sayangnya akibat sanitasi yang buruk kita rugi 2,1 %. Kecilnya alokasi anggaran untuk sektor sanitasi, menggambarkan minimnya perhatian pemerintah Daerah pada masalah sanitasi. Tidak terdapatnya institusi yang bertanggung jawab secara langsung kepada sanitasi perkotaan. Institusi pengelolaan sarana dan prasarana ini perlu dipertimbangkan alternatif seperti Perusda Air minum / PDAM, Badan Layanan Umum / Unit pengelola Teknis Dinas yang secara khusus dapat menjadi alternatif untuk mengelola sarana air limbah tersebut. Kebanyakan dari penentu kebijakan di kalangan eksekutif dan legislatif memiliki kesenjangan kapasitas dalam memahami betapa penting dan sangat mendesaknya penyediaan pelayanan bidang sanitasi bagi masyarakat. Disisi masyarakat pemahaman tentang sanitasi juga rendah, perilaku dan buruknya sanitasi masyarakat dikarenakan kurang mengenalnya pola hidup bersih dan merupakan kesenjangan yang nyata dalam memahami kesehatan lingkungan (hygiene) yang sehat, hal ini memperburuk kondisi lingkungan perkotaan. Upaya memperbaiki kesehatan dan lingkungan ini tentunya melewati suatu proses perkajian oleh seluruh komponen masyarakat. Melalui tahapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) telah dikaji rencana pembangunan pipa air limbah dan IPAL di kawasan pantai Losari Makassar sebagai upaya memperbaiki kondisi lingkungan pantai kebanggaan kota terbesar di KTI. Pada gambar di bawah ini hasil pemeriksaan nilai kualitas air di saluran outlet di kawasan pantai Losari. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pencemaran telah melampaui batas ambang parameter BOD dan COD, hal ini menjadi ancaman bagi biota laut dan perairan pantai di kawasan pantai Losari. Pemerintah (Pusat, Propinsi Sul-Sel dan Kota Makassar) dan masyarakat bersama - sama mewujudkan pantai Losari yang bersih indah dan bebas pencemaran. Olehnya itu direncanakan pengelolaan air limbah kota Makassar melalui pem-bangunan jalur pipa air limbah dan Instalasi Pengolahan air limbah/IPAL di kawasan Losari Kota Makassar. Pengkajian dampak penting dimulai dari tahapan perencanaan dan pelaksanaan yang banyak melibatkan peran masyarakat khususnya keterlibatan sebagai tenaga kerja buruh lokal untuk pemasangan pipa tersier dari rumah / pelanggan ke pipa penghantar air limbah. Rencana Pemerintah Kota membangun IPAL mengolah limbah cair berkapasitas 10.000 m3/hari akan menempati lahan seluas 4 Hektar di sekitar bangunan Celebes Convention Centre (CCC) ini akan mengolah limbah cair yang berasal dari perumahan, perkantoran, perhotelan, restoran dan mall. Air hasil pengolahan akan digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk air baku intake PDAM dan keperluan lainya seperti hidran umum untuk masyarakat miskin. Kebutuhan sosialisasi kepada masyarakat yang dilewati pipa air limbah merupakan hal mutlak untuk menambah wawasan masyarakat umum agar rencana pelayanan air limbah dapat diterima baik oleh masyarakat. Pembangunan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak kualitas lingkungan fisik (debu, bising, kerusakan badan jalan, akses jalan terganggu) pada lokasi yang dilewatinya. Adapun kecamatan yang dilalui pipa air limbah meliputi Kelurahan kelurahan yang berada di 6 Kecamatan: Makassar, Mariso Ujung pandang, Tamalate, Mamajang dan Bontoala. Beberapa jalan jalan utama yang di lalui adalah sbb: Jl. Veteran selatan, Jl. Monginsidi, Jl. Dr Ratulangi, Jl. Lanto Dg Pasewang, Jl.Kakatua, Jl. Haji Bau, Jl. Penghibur dan Jl. sekitar Tanjung Bunga. Akibat dari pembangunan ini diperkirakan dapat terjadi perubahan sikap dan presepsi masyarakat akibat kegiatan tersebut seperti ancaman kesehatan dan keselamatan kerja serta peluang kerja.

Kegiatan selama masa konstruksi sarana ini diperkirakan dapat mengganggu adalah termasuk: (i) Mobilisasi dan demobilisasi pekerja, alat dan material, (ii) pembuatan jembatan pipa (iii) penggalian tanah dan pemasangan pipa (iv) penimbunan, pembersihan dan perbaikan konstruksi jalan. Dalam pelaksanaan AMDAL tersebut yang sementara disiapkan oleh pihak pemrakasa (Dinas Tarkim Sul-Sel) terdapat rencana pengelolaan dan pemantauan sebelum, selama dan pasca kegiatan proyek yang seluruhnya masuk dalam laporan RKL (Rencana Kelola Lingkungan /RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Donor yang mendukung kegiatan ini adalah: (i) Pemerintah Australia melalui The Indonesia Infrastructure Initiative (INDII) memberikan bantuan kepada Indonesia membiayai AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kawasan Losari (Sulawesi Selatan), (ii) ADB Asian Development Bank (ADB) berkomitmen untuk memberikan pinjaman senilai Rp 98 miliar untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Losari. Dalam hal ini sharing dan diskusi mengenai kemungkinan terjadi permasalahan dan kebutuhan masyarakat karena kegiatan ini akan difasilitasi oleh masing masing LPM Kelurahan (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) melalui

Asosiasi /Forum LPM Kota Makassar. Institusi ini akan memfasilitasi dan menekan pemrakasa untuk dapat mendata dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk dapat bekerja sebagai tenaga pekerja lokal. Dalam rapat Komisi Amdal Kota Makassar, kebutuhan sosialisasi dan diseminasi informasi kegiatan ini sangat diperlukan sebagai tambahan wawasan kepada tokoh masyarakat dan stakeholder terkait. Upaya sosialisasi secara berjenjang kepada seluruh elemen masyarakat agar diperoleh keberhasilan terhadap pelaksanan sambungan pipa air limbah ke rumah rumah ke jaringan pipa air limbah merupakan hal yang sangat penting. Ahirnya, sebuah Dokumen Perencanaan Strategis Sanitasi Daerah yang melibatkan seluruh stakeholder baik lintas sektoral maupun pelibatan seluruh unsur masyarakat adalah suatu hal yang mutlak. Dokumen ini termasuk mengatasi masalah lingkungan global dengan berbagai aktifitas lokal yang mendukung sanitasi daerah.

Anda mungkin juga menyukai